• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

“Marginalisasi” Peran Panelis Debat Capres-Cawapres

19 Januari 2024 by admin Tinggalkan Komentar

Oleh: Ari Baskoro*

Ketika seorang pelajar/mahasiswa menyampaikan suatu materi pembelajaran, mungkin tidak akan semua rekannya memiliki pemahaman yang sama dengan pokok-pokok pikiran yang disampaikannya. Lazim kiranya bila hal itu memicu suatu perbedaan pendapat diantara mereka.

Dalam ranah ilmiah, pro-kontra merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Manusiawi bila itu memang harus terjadi. Meski demikian, jika dikemas dengan tepat, keragaman cara pandang justru dapat memperluas cakrawala berpikir seseorang. Hierarki kekayaan intelektual manusia, pada dasarnya dibangun secara bertahap, karena adanya tantangan dan diversitas. Idealnya seorang guru/pendidik, dipandang murid-muridnya sebagai “hakim yang bijak” yang layak “digugu” dan “ditiru”.

Dalam hal yang lain, guru juga mampu mengondisikan pluralitas berpikir murid-muridnya dalam suatu bingkai yang konstruktif. Tanpa embel-embel suatu keberpihakan!. Kompetensi yang diampunya, secara “berwibawa” dapat memberi gambaran akan suatu tingkat kepercayaan dan kebenaran. Seorang guru yang kompeten juga dapat mengukur tingkat kognitif dan kecerdasan beretika  murid-muridnya. Itu merupakan suatu parameter penilaian kelulusan anak didiknya. Tentunya semua elemen masyarakat telah dapat “membuktikan” tingkat kesahihan postulat tersebut. Pekerti seorang guru,dapat memprediksi kepentingan yang lebih besar bagi masa depan murid-muridnya. Alhasil atmosfer pendidikan yang kondusif dan kehadiran seorang guru, diharapkan mampu melegakan semua pihak.

Dalam skala yang lebih tinggi, paradigma di atas tak ubahnya seperti debat pasangan calon (paslon) Capres-Cawapres yang banyak menyedot atensi publik. Sudah selayaknya bila ada “guru” yang hadir di situ. Mereka telah diberi wewenang memberikan soal kepada “murid-muridnya” yang harus dijawab dan dibahas di hadapan jutaan pasang mata. Sayang sekali karena alasan keterbatasan waktu, “sang guru” tidak bisa memberikan ulasan-ulasannya. Belum tentu jawaban paslon Capres-Cawapres, sesuai dengan maksud dan harapan sang “guru”/panelis. Setiap pemirsa yang memiliki latar belakang beraneka ragam, akan “terpaksa” menerima “dengan pasrah” pernyataan sang kandidat pemimpin bangsa.

“Pesan” yang mampu diolah dan diterima pemirsa,sangat berkorelasi dengan latar belakangnya. Terutama tingkat pendidikannya.Entah kesimpulan debat itu tepat atau tidak, semua pemirsa berhak “merasa benar” atas olah pemikirannya sendiri. “Kebenaran” nisbi tersebut, bisa menjadi bola liar pasca debat. Para buzzer pun dengan cerdas menangkap peluang tersebut.

Penyebar luasan berbagai editan informasi melalui macam-macam kanal sosial media, segera dilakukan demi kepentingan golongan tertentu. Suasana akan semakin riuh dengan banyaknya polling pendapat dari para netizen/warganet. Topik yang diangkat pun pada umumnya kurang memiliki relevansi dengan konteks materi debat Capres-Cawapres. Intinya, semua lapisan masyarakat merasa berhak berpartisipasi dalam pesta demokrasi,sesuai kadar pemahaman masing-masing.

Ketiadaan kesempatan “berbicara”bagi “sang guru” yang tingkat kepakarannya sebagai panelistidak diragukan lagi, memicu berlanjutnya silang pendapat. Sekali lagi, publik hanya bisa terkesima dengan argumentasi hebat dari masing-masing Capres-Cawapres, tanpa bisa mengetahui tingkat kebenarannya. Sorak sorai tim suksesnya masing-masing, dianggap semakin melegitimasi kebenaran pernyataan jagoan mereka.

Tidak berselang lama, publik kemudian bisa menyaksikan “debat kusir” yang bisa berujung panas. Bahkan memantik pernyataan atau kata-kata “tak pantas”.  Tontonan itu bisa disaksikan melalui berbagai platform media, terutama televisi. Kini giliran tim sukses yang tampil. Sudah lumayan bila argumentasi pendidikan politiknya bisa dinikmati dan bisa ditarik kesimpulan yang gamblang bagi publik. Lagi-lagi panelis debat Capres-Cawapres tidak dapat dihadirkan dengan berbagai alasan. Demi netralitas ? Demi “pakta integritas”? Rekan-rekan sesama panelis atau lebih tepatnya para pakar bidang terkait, akan berusaha mengulas dan memberikan take-home message. Harapannya bisa dijadikan “penengah” silang pendapat, terhadap gagasan yang dilontarkan tim sukses masing-masing paslon.Arena pembelajaran politik yang harusnya bisa menerjemahkan visi-misi Capres-Cawapres, kadang malah lebih dominan narasi negatif yang saling ingin menjatuhkan lawan politiknya.

Panelis

Seorang panelis sudah tidak perlu diragukan lagi tingkat kepakarannya pada suatu bidang tertentu. Mereka sudah sangat teruji kompetensi dan integritasnya. Sungguh patut disayangkan, tugasnya “hanya” membuat soal, tanpa bisa menilai atau mengulas maksud dari pertanyaannya. Mayoritas mereka yang mendapat kehormatan sebagai panelis, berlatar belakang akademisi dari berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia. Ada pula praktisi dari lembaga tertentu yang sudah dikenal publik sangat mumpuni di bidang masing-masing.

Di lingkungan akademis, seorang pakar sudah dikenal melalui karya-karya ilmiahnya. Kompetensi, pengetahuan, dan keterampilannya yang sudah mapan, diperolehnya melalui rentang waktu yang cukup panjang. Jenjang pendidikan, hasil riset, pengalaman, dan praktiknya pada bidang tertentu, telah diakui oleh berbagai kalangan. Seorang pakar juga memiliki kemampuan untuk membuat pedoman bagi keperluan tertentu. Pengetahuan berharga yang dimilikinya, dapat menavigasi orang lain untuk melakukan perencanaan. Harapannya agar mereka dapat bekerja, bertindak, menyelesaikan, mencipta, dan berpikir seperti mentornya.

Panelis pada debat Capres-Cawapres,mungkin mendapatkan penghargaan tertentu dari negara. Itu sudah selayaknya. Tetapi publik sebenarnya sangat berharap pada peran yang sesungguhnya, sesuai tingkat kepakarannya. Bukan hanya sekedar pembuat soal.Tidak lain agar semakin membantu meneguhkan pilihan publik, pada kandidat yang sesuai dengan keinginannya.Salah satu pertimbangan utama masyarakat adalah, bahwa paslon tersebut berkompeten mengusai permasalahan, selaras dengan isu yang dilontarkan panelis.

Sebagai solusinya, alangkah beruntungnya publik bila para panelis memperoleh kesempatan tersendiri di luar acara debat.Isu-isu terhangat di masyarakat yang terlontar melalui pertanyaan-pertanyaannya, sebaiknya diulas secara mendalam. Bisa dalam bentuk wawancara khusus atau melalui esainya yang mudah diakses  masyarakat. Hal itu dilakukan tanpa mereka harus memberikan “penilaian” kepada masing-masing paslon, demi netralitas dan integritasnya. Di sisi lain, kesempatan penting tersebut merupakan wujud penghargaan dan aktualisasi diripada para pakar, sesuai piramida hierarki Abraham Maslow.

Usulan merevisi format debat Capres-Cawapres yang disampaikan Presiden Jokowi, sangat tepat diterapkan bila berkaitan dengan peran yang lebih dari seorang panelis. Harapannya substansi dan visi-misi paslon akan “lebih terarah” dan terhindar dari saling serang secara personal di luar konteks topik debat.

—–o—–

*Penulis :
Staf pengajar senior di:
Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya

Anggota Advisory Board Dengue Vaccine

Penulis buku:
* Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri)
* Serba-serbi Obrolan Medis

Share This :

Ditempatkan di bawah: nusantara, update, wawasan Ditag dengan:Ari Baskoro, Debat Capres-Cawapres, Marginalisasi Peran, Panelis, Peran Panelis

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Ibadah di Antara Dua Notifikasi: Ketika Teknologi Menguji Kekhusyukan Kita

24 November 2025 By admin

Gol Tunggal Pulisic Menangkan AC Milan dalam Derby della Madonnina

24 November 2025 By admin

Arteta Puji Hattrick Eze: “Itu Buah Kerja Keras, Bukan Kebetulan

24 November 2025 By admin

Legenda Kiper Timnas Ronny Pasla Tutup Usia

24 November 2025 By admin

Mentan Tegaskan Percepatan Swasembada dan Tindak Tegas Impor Beras Ilegal

24 November 2025 By admin

KH Anwar Iskandar Terpilih Pimpin MUI 2025–2030

23 November 2025 By admin

Dua Gol Barnes Bungkam Manchester City 2-1

23 November 2025 By admin

PWI–Polri Gelar Anugerah Jurnalistik Sambut HPN 2026

23 November 2025 By admin

Barcelona Libas Bilbao 4-0 di Camp Nou

23 November 2025 By admin

Gus Yahya Tanggapi Isu Pemakzulan di Tengah Rakor PWNU

23 November 2025 By admin

Lalampa Toboli: Aroma Kampung Halaman yang Kini Dilindungi Negara

22 November 2025 By admin

Kemenangan Fátima Bosch di Miss Universe 2025 Simbol Perjuangan Perempuan Meksiko

22 November 2025 By admin

Kuasa Hukum Tegaskan Nadiem Tak Terlibat Kasus Google Cloud

22 November 2025 By admin

Flick Terbuka Latih Messi Jika Pulang ke Barcelona

22 November 2025 By admin

KPK Sebut Nadiem Makarim Masuk Daftar Calon Tersangka Kasus Google Cloud

21 November 2025 By admin

Sengketa Tanah EV Surabaya Masuki Babak Baru, Wali Kota Eri Dampingi Warga di Rapat DPR

21 November 2025 By admin

Pemerintah Resmi Berlakukan Diskon Transportasi untuk Libur Nataru 2025/2026

21 November 2025 By admin

Khutbah Jumat: Ketika Ujian dan Cobaan Hidup Datang

21 November 2025 By admin

Prof Afif: ISNU Tandai Gerakan Intelektual NU dari Pesantren ke Profesional

20 November 2025 By zam

Dick Advocaat Jadi Pelatih Tertua di Piala Dunia Setelah Antar Curacao Lolos

20 November 2025 By admin

Airlangga Pastikan Pembangunan IKN Tetap Berjalan Usai Putusan MK

20 November 2025 By admin

300 Warga Dievakuasi Akibat Letusan Gunung Semeru

20 November 2025 By admin

Indra Sjafri Tegaskan Indonesia Butuh Ivar Jenner di SEA Games 2025

19 November 2025 By admin

Surabaya Perketat Upaya Cegah Pencemaran Mikroplastik

19 November 2025 By admin

PPIS Unesa Gelar Bright Camp 2025, Perkuat Mitigasi Kekerasan di Kampus

19 November 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

November 2025
S S R K J S M
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
« Okt    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Menambang Kehidupan, Bukan Sekadar Emas: Jejak Hijau Martabe di Jantung Sumatra

21 Oktober 2025 Oleh admin

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Arsenal Pertahankan Rekor Sempurna di Liga Champions
  • Seleksi JPT Pratama Surabaya Berlanjut, Wali Kota Eri Dorong Pejabat yang Inovatif
  • Pemerintah Gelar Rapat Darurat Tangani Bencana Hidrometeorologi di Sumatera
  • JKSN Gelar Istighosah Doakan Penguatan Kepemimpinan NU
  • Gimenez Antar Atletico Bekuk Inter 2-1 Lewat Gol Menit Akhir

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.