Waktu rasanya berlalu begitu cepat. Ramadhan akan pergi meninggalkan kita. Hari ini, Selasa (9/4/2024) Insya Allah merupakan hari terakhir bulan Ramadhan 1445 Hijriah. Bumi dan para Malaikat menangis sedih karena kepergian Ramadhan. Namun apakah kita juga sedih karenanya?
Kita lihat di sekeliling, masyarakat justru sibuk dengan hiruk pikuk menyambut Idul Fitri. Mal, pasar dan pusat perbelanjaan sudah sangat padat seminggu terakhir. Manusia berjubel masing-masing ingin memenuhi kebutunan menjelang hari raya. Seolah mereka telah benar-benar siap menyambut hari kemenangan.
Jika manusia senang menyambut hari raya Idul Fitri, lain halnya dengan malaikat. Makhluk mulia tanpa dosa ciptaan Allah SWT yang senantiasa bertasbih memuji-Nya dan diciptakan hanya untuk menghamba kepada-Nya semata.
Malaikat yang waktunya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah, begitu sedih menyaksikan kepergian bulan suci Ramadhan. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Ketika datang akhir malam bulan Ramadhan, langit dan bumi, serta para Malaikat menangis karena merupakan musibah bagi umat Nabi Muhammad SAW.
Para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, musibah apakah itu? Rasulullah menjawab: “Lenyaplah bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadhan dikabulkan, dan sedekah diterima, kebaikan dilipat gandakan, dan azab ditolak.”
Dalam keterangan lain disebutkan:
ِإذَا كَانَ َاخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتِ السَّمَوَاتُ وَاْلاَرْضُ وِالْمَلاَئِكَةُ مُصِيْبَةً لِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قِيْلَ اَيُّ مُصِيْبَةٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم هِيَ ذَهَابُ رَمَضَانَ لِاَنَّ الدَّعْوَاتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ وَالصَّدَاقَةً مَقْبُوْلَةٌ
Artinya: “Ketika tiba akhir malam Ramadhan, langit, bumi dan Malaikat menangis karena adanya musibah yang menimpa umat Nabi Muhammad. (Sahabat) bertanya, Musibah apakah wahai Rasulullah?” Nabi menjawab: “Berpisah dengan bulan Ramadhan, sebab pada bulan ini doa dikabulkan dan shadaqah diterima.”
Malaikat bersedih atas kepergian Ramadhan lantaran begitu sayangnya kepada kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW.
Saking mulianya bulan Ramadhan yang dianugerahkan kepada umat Nabi Muhammad SAW, di dalamnya terdapat suatu malam yang menyimpan pahala berlipat ganda, berupa kebaikan yang setara dengan seribu bulan yaitu lailatul qadar.
Sehingga layak dikatakan jika langit dan bumi pun menangis menyaksikan kepergian bulan Ramadhan, karena cintanya kepada umat Rasulullah SAW.
Betapa tidak, selama bulan suci penuh berkah ini, dosa-dosa diampunkan dan pintu taubat dibuka lebar-lebar. Sebagaimana kata Rasulullah SAW dalam sabdanya:
“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan karena Allah maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” (HR. Bukhari-Muslim).
Memasuki akhir Ramadhan, yang seharusnya bersedih ialah kita sebagai umat Nabi Muhammad karena telah kehilangan bulan penuh kemuliaan dan ampunan.
Sebuah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT yang belum tentu dapat kita raih pada tahun-tahun berikutnya dan belum tentu juga bakal bertemu dengan Ramadhan berikutnya.
Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Sekiranya umatku ini mengetahui kebaikan di bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar sepanjang tahun ini semuanya menjadi Ramadhan,” (HR. Ahmad).
Sungguh tidak ada musibah yang lebih besar kecuali perginya bulan Ramadhan. Habib Quraisy menukil perkataan Imam Hasan Al-Basri. Beliau berkata: “Berbuat baiklah di sisa Ramadhan niscaya diampuni kesalahan yang lalu maka manfaatkanlah hari-hari yang tersisa karena anda tidak tau kapan bisa meraih Rahmat Allah.” (Hilyah Auliya 11837)
Kaum mukmin juga ikut bersedih dengan kepergian bulan yang penuh berkah dilipatgandakannya amal ibadah. Seperti kata Ibnu Rajab Al-Hambali: “Bagaimana bisa seorang mukmin tidak menetes air mata ketika berpisah dengan Ramadhan, Sedangkan ia tidak tahu apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa lagi.”
Perasaan gembira di akhir Ramadhan jelas menunjukkan bahwa kita masih belum memahami arti kebaikan dan kemuliaan bulan suci Ramadhan.
Semoga ke depan kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW senantiasa memperbaiki diri dan bersiap menyambut bulan Ramadhan berikutnya, tentunya dengan bersungguh-sungguh beribadah semata-mata untuk mengharap ridha-Nya.
—000—
Referensi: Berbagai sumber
Tinggalkan Balasan