

Dalam Islam, nilai manusia tidak diukur dari kekayaan, kedudukan, atau keturunan, melainkan dari amal perbuatan yang dilakukannya. Amal yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Allah SWT adalah penentu utama derajat seseorang di hadapan-Nya.
Sesungguhnya, nilai manusia tidak ditentukan oleh pangkat, harta, atau status sosialnya, melainkan oleh amal perbuatannya di hadapan Allah. Amal yang baik, ikhlas, dan penuh ketaatan kepada-Nya adalah tolok ukur derajat manusia di dunia dan akhirat.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
(QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa sekecil apa pun amal kebaikan atau keburukan yang kita lakukan, semuanya akan diperhitungkan oleh Allah. Amal yang bernilai di sisi Allah harus dilakukan dengan niat ikhlas hanya untuk mencari ridha-Nya, bukan untuk pamer atau mendapatkan pujian. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Amal yang sedikit tetapi dilakukan terus-menerus lebih dicintai Allah daripada amal besar yang dilakukan sekali saja. Amal saleh adalah bekal utama yang akan menyelamatkan manusia di akhirat. Allah berfirman:
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77).
Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَى أَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa Allah SWT menilai manusia berdasarkan keikhlasan hati dan amal perbuatan yang dilakukan, bukan dari penampilan luar atau kekayaan yang dimiliki.
Amal adalah investasi sejati untuk kehidupan akhirat. Allah menjanjikan keberuntungan bagi mereka yang beramal dengan baik. Sebagaimana firman-Nya:
وَالْعَصْرِ إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
(QS. Al-Asr: 1-3)
Nilai manusia di hadapan Allah SWT bergantung pada amal perbuatannya yang didasarkan pada iman dan niat ikhlas. Dengan beramal saleh, manusia tidak hanya meningkatkan derajatnya di dunia, tetapi juga memastikan keberuntungan di akhirat.
Mari kita terus meningkatkan amal kebaikan kita, karena hanya amal yang akan menemani kita di hadapan Allah SWT.
—000—
*Ulama, tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan