
Surabaya (Trigger.id) – Hari ini kita merayakan Idul Fitri, hari kemenangan bagi orang-orang yang telah menunaikan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan ketakwaan. Sebulan penuh kita telah menjalani latihan spiritual untuk mengendalikan hawa nafsu, memperbanyak ibadah, dan meningkatkan kesabaran. Namun, pertanyaan besar yang harus kita renungkan bersama adalah: apakah setelah Ramadhan ini kita termasuk orang-orang yang bertakwa?.
Maka, di hari Idul Fitri ini, mari kita renungkan: Apakah kita sudah memiliki ciri-ciri ketakwaan ini? Apakah kita sudah menjadi pribadi yang dermawan, sabar, dan pemaaf? Jangan sampai setelah Ramadhan berlalu, kita kembali kepada sifat-sifat buruk kita.
Semoga khutbah ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua agar terus berusaha meningkatkan ketakwaan, tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi sepanjang hidup kita. Taqabbalallahu minna wa minkum. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
اللَّه أَكْبَرُ ٣×. اللَّه أَكْبَرُ ٣×. أَكْبَرُاللهُ أ٣×. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ. وَاللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِي الْمَحْشَرْ. نَبِيٌّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Segala puji hanya kepada Allah Swt. Tuhan yang Maha Merajai. Selawat serta salam Allah, semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad Saw. Sosok yang dinantikan syafaatnya di yaumulkiamah kelak. Amiin.
Hadirin kaum muslimin wal muslimat, jemaah Salat Idulfitri rahimakumullah,
Dalam Surah Ali ‘Imran ayat 133-134, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan beberapa ciri-ciri orang yang bertakwa, yaitu:
1. Bersegera Memohon Ampunan dari Allah
۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali ‘Imran: 133).
Orang yang bertakwa adalah mereka yang selalu berusaha untuk mendapatkan ampunan Allah. Mereka tidak menunda-nunda taubat ketika berbuat kesalahan dan selalu mencari ridha-Nya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagian ulama menjelaskan tentang 10 hari kedua puasa Ramadhan adalah hari-hari maghfirah atau hari-hari penuh ampunan. Jadi kalau puasa Ramadhan kemarin kita tidak memohon atas segala kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan, alahkah ruginya kita. Padahal Allah SWT memerintakan kita berpuasa agar menjadi orang-orang yang bertaqwa (muttaqin).
Siapakah orang-orang yang bertaqwa atau muttaqin itu, Allah SWT menjelaskan:
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran 134)
اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
- Bersedekah merupakan perintah agama. Bersedekah tidak harus menunggu kaya. Dalam kondisi kekurangan-pun dalam ayat tadi, kita juga diiperintahkan menafkahkan atau bersedekah. Dan inilah tantangan bagi kita semua, bahwa salahsatu ciri orang yang bertaqwa itu adalah orang yang mau bersedekah baik dalam kondisi cukup maupun kekurangan.
- Selanjutnya adalah وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ. Orang yang bertaqwa itu adalah orang yang mampu menahan amarahnya. Selama satu bulan kemarin puasa mengajarkan kepada kita untuk menjadi orang-orang yang sabar. Orang-orang yang hatinya bersih dan jauh dari rasa marah. Ujian terberatnya adalah kita harus mampu menahan marah kepada orang-orang terdekat kita. Kepada istri atau suami kita, kepada anak-anak kita dan kepada orang tua kita. Disinilah ujian terberatnya, mampukah kita menahan marah kepada orang-orang yang kita cintai atau orang-orang terdekat kita.
- Ciri berikutnya dari pribadi orang yang bertaqwa adalah وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ. Suka atau pandai memberi maaf. Minta maaf itu sulit, tetapi memberi maaf atau memaafkan itu jauh sulit. Istri kepada suami atau sebaliknya, lalu anak kepada orang tua dan sebaliknya. Kalau dalam sebuah keluarga satu sama lain saling senang memberi maaf, betapa bahagianya keluarga tersebut. Namun hal ini tidaklah mudah, tetapi harus kita lakukan, karena yang demikian inilah Allah menutup ayat 134 surat Ali Imran ini dengan kalimat وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
اللهُ أَكْبَرُ ٣× لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Khusus untuk وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ, suka memberi maaf kepada sesama manusia, khatib berwasiat kepada diri kami sendiri dan kepada para jamaah, segera lakukanlah saling memberi maaf satu sama lain. Kepada sesama jamaah, kepada tetangga, terutama kepada sesama anggota keluarga kita masing-masing. Istri kepada suami dan sebaliknya termasuk anak kepada orang tua, ini wajib hukumnya.
Wahai anak-anakku jangan biarkan orang tua kalian menunggu apalagi jika sampai orang tua kalian meminta maaf lebih dulu. Datangi mereka, cium tangan mereka dan peluk erat-erat orang tua kalian. Karena ridhonya orang tua akan mengantarkan keberkahan hidupmu, doa-doa orang tua akan mengantarkan kesuksesanmu. Raih itu semua sebelum terlambat.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا. قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
(متفق عليه، رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari No. 527 dan Muslim No. 85).
Dari hadits ini jelas Rasulullah menegaskan bahwa derajat berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua lebih tinggi dibanding jihad fi sabilillah atau perang di jalan Allah.
Dalam hadits yang lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
Artinya:
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”
(HR. Tirmidzi No. 1899, Ibnu Hibban No. 429, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).
Hadis ini menegaskan betapa pentingnya berbakti kepada orang tua, karena ridha dan keberkahan hidup seorang anak sangat bergantung pada bagaimana ia memperlakukan orang tuanya. Jika seorang anak mendapatkan ridha orang tuanya, maka ia juga akan mendapatkan ridha Allah. Namun, jika ia menyakiti hati orang tuanya, maka ia bisa mendapat murka Allah.
Di zaman sekarang, banyak anak yang kurang menghormati orang tua. Fenomena ini terlihat dari berbagai aspek kehidupan, seperti:
Banyak anak yang berbicara kasar kepada orang tua, bahkan membentak mereka. Padahal dalam Islam, berkata “ah” saja kepada orang tua sudah dianggap sebagai perbuatan dosa (QS. Al-Isra: 23).
Anak-anak sering lebih sibuk dengan gadget, media sosial, atau teman-temannya daripada meluangkan waktu untuk berbicara dengan orang tua. Padahal, orang tua telah mengorbankan banyak hal demi kebahagiaan anak-anak mereka.
Sebagian anak lupa membalas jasa orang tua ketika sudah sukses. Ada yang membiarkan orang tuanya hidup dalam kesulitan tanpa memberikan perhatian atau bantuan.
Hormat & Bakti kepada Orang Tua adalah Jalan ke Surga. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Celaka! Celaka! Celaka! (Yakni) seseorang yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup di masa tuanya, namun ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim)
Artinya, jika seseorang memiliki orang tua yang masih hidup, itu adalah kesempatan emas untuk berbuat baik agar bisa meraih surga.
Jangan Tunggu Orang Tua Meninggal untuk Menyesal. Banyak anak yang baru sadar akan pentingnya orang tua setelah mereka wafat. Saat itu, penyesalan sudah tidak ada gunanya. Maka, sebelum terlambat, hormatilah, sayangilah, dan bahagiakanlah mereka selagi masih ada waktu.
Islam sangat menekankan pentingnya berbakti kepada orang tua, karena ridha Allah bergantung pada ridha mereka. Tapi sayangnya, banyak anak zaman sekarang yang kurang menghormati orang tua, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Sebagai anak, kita harus selalu menghormati, membantu, dan mendoakan orang tua, karena itu adalah salah satu amalan yang paling dicintai Allah. Semoga kita semua bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan mendapatkan ridha Allah. Aamiin.
بَارَكَ اللهَ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ جَعَلَنَا اللهُ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah II:
الله أكبر الله أكبر الله أكبر — الله أكبر الله أكبر الله أكبر – الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله الله أكبر
الحَمْدُ لِله الَّذِيْ أَحَلَّنَا هَذَا الْيَوْمَ الطَّعَامَ وَحَرَّمَ عَلَيْنَا فِيْهِ الصِّيَامَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا ِإلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ، سَيّدُ الأَنَامْ.
والصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمّدٍ نَبِيِّ الْعَرَبِ وَاْلعَجَمِ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامِ،
أما بعد؛ فيَا عِبَادَ الله اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، فَأَكْثِرُوا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، وقال تعالى: إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا “
اللهم صل على سيد المرسلين وعلى أله وأصحابه والتابعين و تابعي التابعين و تابعيهم بإحسان إلى يوم الدين وارحمنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين
اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين و المؤمنات الأحياء منهم و الأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات
تَحَصَّنَّا بِذي الْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوْتِ وَاعْتَصَمْنَا بِرَبِّ الْمَلَكُوْتِ وَتَوَكَّلْنَا عَلىَ الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوْتُ ,اللهُمَّ اصْرِفْ عَنَّا هَذَا الْوَبَاءَ بِلُطْفِكَ ياَلطِيْفُ يَاخَبِيْرُإِنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ.
و السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Tinggalkan Balasan