
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia beriman, maka pasti bakal kami (Allah) berikan kepada-nya kehidupan yang baik”.
Oleh: Drs. H. Djahidin Jamil (Pimpinan Pengadilan Agama Sungai Penuh Jambi Periode 2014-2017)

Manusia di berbagai tingkatan usia selalu berharap agar mendapatkan masa depan yang baik. Dimasa anak-anak manusia berangan-angan kiranya diusia remajanya ia menjadi orang yang tampil dan unggul dari kawan-kawannya, baik disegi pendidikan,keterampilan dan lain sebagainya.
Dimasa remaja, manusia selalu berkhayal dan berandai-andai kiranya ia diwaktu dewasanya menjadi orang yang berhasil, baik di segi ekonomi, pendidikan, keluarga, sehingga ia membayangkan bagaimana ia bisa mendapatkan penghasilan yang lumayan, rumah dan kendaraan yang mewah serta didampingi oleh seorang isteri yang cantik bagi peria, atau dibimbing oleh suami yang ganteng dan tampan bagi seorang wanita.
Seorang mukmin yang betul-betul beriman, terutama beriman dengan Allah dan hari yang akhir pasti mereka berharap dan mengkhayalkan bagaimana ia bisa mendapatkan kehidupan yang baik di akhirat kelak, sehingga ia membayangkan bagaimana nikmatnya hidup di surga yang serba indah dan serba ada. Apa yang diinginkan, akan muncul sendiri tanpa dicari. Isteri yang mendampingi selalu perawan setiap kali digauli. Begitulah kenikmatan surga yang selalu diimpikan oleh setiap insan yang beriman.
Dalam mewujudkan dan merealisasikan impian masa depan yang baik itu, baik masa depan yang duniawi apalagi masa depan yang ukhrawi, maka sebaiknya kita kembali dan berpedoman kepada beberapa ayat Allah, antara lain surat an-Nahl ayat 97 sebagai berikut:
من عمل صالحا من ذكر او انثى وهو مؤمن فلنحيينه حياة طيبة
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia beriman, maka pasti bakal kami (Allah) berikan kepada-nya kehidupan yang baik”.
Beberapa ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kata-kata hayatan thayyibah (kehidupan yang baik) dalam ayat tersebut adalah kehidupan yang baik di akhirat kelak, yaitu kehidupan di surga yang serba indah dan nikmat. Penafsiran ini didukung oleh kurang lebih 60 ayat yang tersebar dalam Al-Qur’an. Seperti yang terdapat dalam surat an-Nisak ayat 57 sebagai berikut
واَّلِذين امنوا وعملوا الصالحات سندخلهم جنات تجرى من تحتها الانـهار خالدين فيها ابـدا
“Dan orang-orang yang beriman dan beramal salih bakal Kami (Allah) masukan kedalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, dan mereka kekal didalamnya untuk selama-lamanya”,
Selain pengertian diatas, Hayatan Thayyibah dapat juga diartikan dengan kehidupan yang baik, aman dan tenteram di dunia ini. Pengertian dan penafsiran ini selain didukung oleh riel dan kenyataan, juga didukung oleh beberapa ayat, seperti yang terdapat dalam surat Al-Qasas ayat 67 sebagai berikut :
فاما من تاب وامن وعمل صالحا فعسى ان يكون من المفلحـين. سورة القـصص اية
“Maka adapun orang yang bertaubat, beriman dan percaya diri serta beramal saleh /mengerjakan pekerjaan yang baik, maka ia akan termasuk orang yang beruntung kelak. (Q.S. Al-Qasas: 67)
Berikut surat Al-Baqarah ayat 277 yang berbunyi sebagai berikut :
ان الذيـن أمنوا وعملوا الصالحات واقا موا الصلاة واتوا الزكاة لهم اجرهم عند ربـهم ولا خوف عليهم ولا هم يحـزنون سورة البقرة اية .
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh (mengerjakan pekerjaan yang baik) dan mereka mendirikan shalat dan membayarkan zakat, mereka akan mendapatkan upah disisi Tuhannya, dan mereka tidak akan merasa takut dan gelisah dalam kehidupannya”.
Dari dua ayat tersebut dapat dipahami bahwa orang yang beriman dan percaya diri serta mau mengerjakan pekerjaan yang baik, maka Allah akan memberikan keberuntungan kepada mereka dimasa depannya, sebagaimana yang tercantum dalam ayat yang pertama, dan mereka akan terhindar dari rasa takut dan gelisah dalam kehidupannya, sebagaimana yang dipahami dari ayat yang kedua.
Keberuntungan tersebut, apakah mereka diberi kekayaan yang bermanfaat oleh Allah, atau mereka diberi anak dan keturuan dalam satu rumah tangga yang bahagia yang sakinah atau yang lain-lainnya, semuanya tergantung kepada pemberian Allah. Yang penting orang tersebut merasa beruntung dari pemberian Allah itu. Keberuntungan yang dilengkapi dengan rasa aman, tenteram serta terhindar dari rasa takut dan gelisah itulah, salah satu yang dimaksud dari Hayatan Thayyibah.
Sumber: badilag-mahkamahagung.go.id
Tinggalkan Balasan