

Kutipan lirik lagu Bimbo, “Ketika habis Ramadhan, hamba rindu lagi Ramadhan”, menggambarkan perasaan seorang hamba yang kehilangan suasana penuh keberkahan. Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Setiap tahun, kaum Muslimin menantikan kedatangannya dengan penuh harapan dan mengisinya dengan ibadah yang lebih intens dibanding bulan-bulan lainnya. Namun, ketika Ramadhan berakhir, muncul perasaan rindu yang mendalam. Seolah-olah kebersamaan dengan Ramadhan adalah momen berharga yang terlalu cepat berlalu.
Kerinduan Seorang Hamba kepada Ramadhan
Lirik lagu, “Ketika habis Ramadhan, hamba rindu lagi Ramadhan”, menggambarkan perasaan seorang hamba yang kehilangan suasana penuh keberkahan. Perasaan ini muncul karena dalam Ramadhan, umat Islam lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan berpuasa, shalat tarawih, tilawah Al-Qur’an, dan memperbanyak sedekah.
Setelah Ramadhan berakhir, banyak yang merasa khawatir jika ibadah mereka menurun dan kembali terjerumus dalam kelalaian dunia. Oleh karena itu, kerinduan terhadap Ramadhan bukan hanya sebatas momen emosional, tetapi juga refleksi spiritual yang mengingatkan pentingnya menjaga semangat ibadah sepanjang tahun.
Pandangan Ulama tentang Kerinduan kepada Ramadhan
Para ulama menyebut bahwa merindukan Ramadhan adalah tanda keimanan yang kuat. Imam Hasan Al-Bashri pernah berkata:
“Ramadhan itu adalah tamu yang datang setiap tahun untuk membersihkan hati-hati kita. Maka, siapa yang tidak merindukannya, berarti ada yang salah dengan hatinya.”
Begitu pula, Syaikh Ibn Rajab Al-Hanbali dalam Lathaif al-Ma’arif mengatakan:
“Bagi orang yang menikmati ketaatan di bulan Ramadhan, maka ia akan merindukan kembalinya bulan itu sebagaimana seseorang merindukan kekasihnya yang pergi.”
Kerinduan ini adalah tanda bahwa seseorang telah merasakan manisnya ibadah dan keberkahan Ramadhan, sehingga ia berharap bisa kembali menjalaninya dengan lebih baik di tahun berikutnya.
Dalil tentang Keutamaan Amalan Setelah Ramadhan
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.” (QS. Al-Hijr: 99)
Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah tidak boleh berhenti hanya di bulan Ramadhan, tetapi harus berlanjut sepanjang hayat. Rasulullah SAW juga bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa semangat ibadah yang muncul di bulan Ramadhan hendaknya tidak berhenti setelah bulan tersebut berlalu. Salah satu bentuk menjaga keberkahan Ramadhan adalah dengan memperbanyak puasa sunnah, seperti puasa Syawal, Senin-Kamis, dan Ayyamul Bidh.
Bagaimana Menjaga Semangat Ramadhan Sepanjang Tahun?
- Melanjutkan Puasa Sunnah
- Puasa enam hari di bulan Syawal memiliki keutamaan seolah-olah berpuasa sepanjang tahun (HR. Muslim).
- Puasa Senin-Kamis dan Ayyamul Bidh juga dianjurkan untuk menjaga kedekatan dengan Allah.
- Konsisten dengan Tilawah Al-Qur’an
- Tidak hanya di bulan Ramadhan, tetapi juga membiasakan membaca dan mentadabburi Al-Qur’an setiap hari.
- Menjaga Shalat Malam
- Jika shalat tarawih bisa dilakukan di bulan Ramadhan, maka shalat tahajud juga sebaiknya tetap dijaga setelahnya.
- Meningkatkan Sedekah dan Amal Sosial
- Berbagi kepada sesama tidak terbatas di bulan Ramadhan, tetapi menjadi kebiasaan harian yang terus dilakukan.
Merindukan Ramadhan adalah tanda hati yang hidup dan iman yang subur. Namun, lebih penting dari sekadar merindukannya adalah bagaimana menjaga semangat dan keberkahan Ramadhan sepanjang tahun. Dengan terus beribadah, memperbaiki diri, dan mendekatkan diri kepada Allah, kita dapat merasakan keindahan Ramadhan setiap saat, bukan hanya dalam satu bulan, tetapi sepanjang hidup kita.
—000—
*Pemimpin Redaksi Trigger.id
Tinggalkan Balasan