

Ramadhan, bulan yang penuh berkah, maghfirah, dan rahmat, terasa begitu singkat. Seakan baru kemarin kita menyambutnya dengan suka cita, kini ia bersiap meninggalkan kita. Sebelas bulan ke depan, kita akan hidup tanpa keistimewaan-keistimewaan yang hanya hadir di bulan ini. Rasa sedih dan haru menyelimuti hati para hamba yang merindukan kesempatan kembali bertemu Ramadhan di tahun mendatang.
Para ulama sering mengibaratkan Ramadhan sebagai madrasah ruhaniyah, sebuah sekolah yang melatih kita untuk menjadi hamba yang lebih bertakwa. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menyebutkan bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala hal yang dapat merusak hati dan menjauhkan diri dari Allah SWT. Ramadhan mengajarkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu, meningkatkan ibadah, serta memperbanyak doa dan istighfar.
Keutamaan Ramadhan yang Akan Berlalu
Banyak hadits yang menjelaskan betapa istimewanya bulan ini. Rasulullah SAW bersabda:
قال رسول الله ﷺ: “مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.”
(رواه البخاري ومسلم)
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam kitab Latha’if al-Ma’arif, Ibnu Rajab Al-Hanbali menyebutkan bahwa Ramadhan adalah bulan ketika pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu. Oleh karena itu, bulan ini menjadi waktu terbaik untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Sebelas Bulan Menanti: Bagaimana Kita Memanfaatkannya?
Para ulama menekankan bahwa setelah Ramadhan pergi, seharusnya semangat ibadah tetap terjaga. Hasan Al-Bashri berkata:
“Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai medan perlombaan bagi hamba-hamba-Nya dalam ketaatan. Maka, sebagian mereka ada yang menang dan sebagian lagi ada yang kalah.”
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap menjaga kualitas ibadah selama sebelas bulan ke depan. Beberapa amalan yang bisa dilakukan agar ruh Ramadhan tetap hidup dalam diri kita antara lain:
- Memperbanyak Puasa Sunnah – Seperti puasa Senin-Kamis dan puasa Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah), sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
- Menjaga Salat Malam – Qiyamul lail dan tahajud harus tetap menjadi kebiasaan meskipun Ramadhan telah berlalu.
- Memperbanyak Sedekah – Ramadhan mengajarkan kita tentang kemurahan hati, maka jangan biarkan semangat berbagi luntur.
- Istiqamah dalam Tilawah Al-Qur’an – Jangan hanya membaca Al-Qur’an saat Ramadhan, tapi jadikanlah ia sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Doa dan Harapan untuk Ramadhan Selanjutnya
Menjelang perpisahan dengan Ramadhan, marilah kita berdoa agar Allah SWT menerima amal ibadah kita dan memberi kesempatan untuk bertemu dengan Ramadhan tahun depan dalam keadaan yang lebih baik. Rasulullah SAW mengajarkan doa berikut:
“Allahumma ballighna Ramadhan.” (Ya Allah, sampaikanlah kami kepada Ramadhan.)
Semoga sebelas bulan ke depan menjadi kesempatan bagi kita untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas ibadah, sehingga ketika Ramadhan kembali hadir, kita sudah siap menyambutnya dengan hati yang bersih dan penuh keimanan. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
—000—
*Penceramah dan akademisi Ubaya
Tinggalkan Balasan