
Solo (Trigger.id) – Kampung Sudiroprajan yang terletak di kawasan Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, telah lama dikenal sebagai ikon wisata budaya serta simbol keberagaman. Selama ratusan tahun, warga etnis Tionghoa dan Jawa hidup berdampingan dengan harmonis, menciptakan perpaduan budaya yang unik dan kaya.
Salah satu wujud nyata pembauran budaya ini adalah tradisi Grebeg Sudiro, sebuah perayaan yang menggabungkan unsur budaya Jawa dan Tionghoa menjelang Tahun Baru Imlek. Dalam acara ini, warga mengarak gunungan kue keranjang dan makanan khas lainnya sebagai simbol kemakmuran dan kebersamaan. Ribuan warga, baik dari Solo maupun luar kota, turut serta meramaikan acara tersebut.
Menurut Suwandi Tan, salah satu tokoh warga etnis Tionghoa di Sudiroprajan, keharmonisan antar etnis di kampung ini merupakan warisan leluhur yang terus dijaga.
“Kami sudah hidup berdampingan dengan saudara-saudara dari etnis Jawa selama turun-temurun. Tidak ada sekat di antara kami. Justru dari perbedaan ini, kami belajar saling memahami dan menghormati satu sama lain,” ujar Suwandi Tan.
Ia juga menambahkan bahwa keberagaman budaya di Sudiroprajan bukan hanya menjadi kekayaan lokal, tetapi juga daya tarik wisata yang terus berkembang. “Grebeg Sudiro, misalnya, tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga menjadi sarana memperkenalkan Solo sebagai kota yang toleran dan kaya budaya. Kami berharap generasi muda tetap menjaga nilai-nilai kebersamaan ini,” tambahnya.
Keberadaan Kampung Sudiroprajan sebagai pusat akulturasi budaya telah menarik perhatian banyak wisatawan dan peneliti budaya. Dengan semangat kebersamaan yang terus dijaga, kampung ini menjadi bukti nyata bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang memperkaya kehidupan sosial masyarakat. (ian)
Tinggalkan Balasan