

Dalam pandangan Islam, bencana alam, kelaparan, hilangnya pekerjaan, kemiskinan, dan ujian lainnya adalah bagian dari sunnatullah (ketetapan Allah) yang ditujukan untuk menguji manusia. Allah menciptakan ujian bukan untuk menyiksa, tetapi memiliki hikmah besar bagi kehidupan manusia.
Ujian adalah sarana untuk menguji sejauh mana keimanan seorang hamba kepada Allah dan melatih kesabarannya.
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 155)
Kesabaran dalam menghadapi ujian menjadikan seorang Muslim lebih tangguh dan dekat dengan Allah. Ujian menjadi cara Allah untuk menghapus dosa-dosa seorang hamba dan meninggikan derajatnya di sisi-Nya.
“مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلَا وَصَبٍ، وَلَا هَمٍّ، وَلَا حُزْنٍ، وَلَا أَذًى، وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةُ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ.”
Artinya: “Tidaklah seorang Muslim tertimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, gangguan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dengan menerima ujian dengan ikhlas, seorang Muslim menjadi lebih suci dan lebih dekat dengan surga.
Namun diantaranya sekian banyak ujian atau bahaya diatas, ketahuilah bahwa bahaya terbesar bagi seorang muslim menurut Al-Qur’an dan hadits adalah hilangnya keimanan (iman), yang dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam syirik, kemunafikan, atau kefasikan. Bahaya ini berdampak pada hubungan manusia dengan Allah (habl min Allah) dan sesama manusia (habl min al-nas). Berikut rinciannya:
1. Syirik (Menyekutukan Allah)
Allah SWT berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱفْتَرَىٰٓ إِثْمًا عَظِيمًا
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa: 48)
Syirik adalah dosa yang paling besar karena merusak inti tauhid, yaitu keesaan Allah.
Sementara terkait kesyirikan tersebut, Rasulullah ﷺ bersabda:“
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟” قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: “الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ
Artinya: Maukah aku beritahukan kepadamu dosa yang paling besar? Yaitu menyekutukan Allah…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syirik membawa pelakunya keluar dari Islam dan menyebabkan amal kebaikan menjadi sia-sia.
Kemunafikan juga merupakan dampak bahaya lepasnya iman dari seorang muslim. Sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (QS. An-Nisa: 145).
Rasulullah ﷺ bersabda:“Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara, ia berdusta; jika berjanji, ia ingkar; dan jika dipercaya, ia berkhianat.”
(HR. Bukhari dan Muslim). Munafik merusak iman secara internal dan dapat memecah belah umat Islam.
Allah mengingatkan bahaya cinta dunia yang juga bagian dari hilangnya keimanan seseorang:
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ
Artinya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak (QS. Al-Hadid: 20).
Rasulullah ﷺ bersabda:“Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan atas kalian, tetapi yang aku takutkan adalah ketika dunia dibentangkan untuk kalian sebagaimana telah dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, hingga dunia itu membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Cinta dunia yang berlebihan menyebabkan seseorang lupa akhirat dan mudah melanggar hukum Allah. Termasuk mengikuti hawa nafsu. Disini Allah menyindir manusia dengan pertanyaan yang menohok, Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya?”
(QS. Al-Jasiyah: 23).
Bahaya lepasnya iman juga berakibat seseorang lali terhadap shalatnya, dengki, sombong dan riyak. Penyakit hati menggerogoti amal dan menjauhkan seseorang dari rahmat Allah.
Menghindari bahaya-bahaya ini membutuhkan kesadaran, usaha yang sungguh-sungguh, dan doa agar Allah selalu melindungi iman kita. Menghindari bahaya-bahaya ini membutuhkan kesadaran, usaha yang sungguh-sungguh, dan doa agar Allah selalu melindungi iman kita.
—000—
*Ulama, tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan