

Dalam Islam, derajat kemuliaan manusia tidak ditentukan oleh nasab (keturunan), golongannya, status sosial serta kekayaannya. Derajat kemuliaan dapat diukur dari ketakwaan, ilmu dan amal perbuatannya.
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat (49:13) menegaskan bahwa nilai seseorang di sisi Allah tidak bergantung pada status sosial, ras, suku, atau keturunan, melainkan pada keimanan dan amal saleh yang dilakukan.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ayat ini menegaskan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah ditentukan oleh tingkat ketakwaannya, bukan oleh nasab atau status keturunannya. Islam mengajarkan bahwa semua manusia berasal dari asal yang sama, dan kemuliaan hanya bisa diperoleh melalui keimanan, amal saleh, dan ketaatan kepada Allah.
Selain itu, dalam hadits Rasulullah SAW juga disebutkan:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).
Ini menekankan bahwa di hadapan Allah, yang penting adalah hati (niat) dan perbuatan seseorang, bukan nasab (keturunan) atau penampilan luarnya. Dengan demikian, kemuliaan sejati diukur melalui ketakwaan, kebaikan, dan ketulusan hati.
Dalam Islam, derajat kemuliaan manusia diukur berdasarkan beberapa kriteria yang diakui dalam Al-Qur’an dan Hadits, dengan fokus utama pada ketakwaan, ilmu, dan akhlak (moralitas). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing:
- Ketakwaan (Taqwa):
- Ketakwaan adalah ukuran utama kemuliaan di sisi Allah. Allah berfirman dalam Surah Al-Hujurat (49:13): “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” Ketakwaan mencakup ketaatan kepada Allah, menjauhi larangan-Nya, dan berbuat baik.
- Ilmu (Knowledge):
- Islam sangat menghargai ilmu dan pengetahuan. Rasulullah SAW berfirman: “Jadilah orang berilmu, jika tidak maka jadilah orang yang senang menuntut ilmu, jika tidak maka jadilah orang yang senang mendengarkan ilmu, jika tidak maka jadilah orang yang senang memberikan kemudahan atau memfasilitasi orang yang mencari ilmu”.
- Dalam Surah Az-Zumar (39:9): Allah berfirman:
أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ
Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
- Kerendahan Hati (Humility):
- Kerendahan hati adalah ciri dari orang yang berilmu dan bertakwa. Kerendahan hati atau tawadu’ adalah puncak dari akhlak. Orang yang rendah hati tak pernah menunjukkan atau pamer tentang derajat ketakwaan dan ilmunya. Surah Al-Furqan (25:63) Allah SWT berfirman:
وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا
Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
Dalam Al-Qur’an, Allah menekankan bahwa kemuliaan manusia tidak diukur oleh kekayaan, status sosial, atau keturunan, melainkan oleh ketakwaan, ilmu, dan akhlak yang baik. Semakin seseorang bertakwa, berilmu, dan rendah hati, semakin tinggi derajatnya di sisi Allah.
Ali bin Abi Thalib RA., adalah contoh sahabat yang sangat cerdas namun tetap rendah hati. Dalam banyak kesempatan, Ali bin Abi Thalib RA. menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa. Contohnya ketika beliau memberikan nasihat kepada para sahabat dan umatnya dengan penuh kasih sayang dan tidak memaksakan pendapatnya. Beliau juga selalu menghormati pendapat orang lain, bahkan ketika ia berbeda pandangan, menunjukkan bahwa kecerdasan sejati diiringi dengan kebesaran hati.
Ali bin Abi Thalib RA. adalah teladan sempurna bagi siapa saja yang ingin menggabungkan kecerdasan dengan kerendahan hati, dua sifat yang menjadikannya salah satu tokoh paling dihormati dalam sejarah Islam.
Dalam Surat Al-Isra Ayat 37, Allah SWT melarang kita berbuat sombong dan merasa lebih tinggi dari manusia lainnya:
وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًا
Artinya: Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.
Al-Qur’an mengajarkan bahwa kombinasi dari ketakwaan, kedalaman ilmu, dan kerendahan hati adalah karakteristik orang yang mulia di hadapan Allah.
—000—
*Akademisi UIN Sunan Ampel Surabaya dan Ketua Lembaga Dakwah Nahdlotul Ulama (LDNU) Jawa Timur
Tinggalkan Balasan