
“Mereka tidak bisa menyaksikan bagaimana kiprah Nabi Muhammad membangun peradaban dan membebaskan bangsa Arab dari perbudakan dan kebodohan.”
Oleh: Ust. Salim A. Fillah

Diantara anugerah yang paling indah dan paling berharga adalah anak. Anak-anak yang membuat kehidupan kita menjadi berwarna, dan anak-anak juga yang membuat sesuatu jadi berbeda.
Kehadiran anak-anak sangat diharapkan bagi mereka yang telah melakukan ikatan suci berupa pernikahan. Ujian tentang mereka (anak-anak) disampaikan secara khusus oleh Allah Swt dalam Al Quran.
Kehadiran mereka sangat dinantikan dan bahkan oleh para kekasih Allah, seperti Nabi Ibrahim As. Nabi Ibrahim berpuluh bahkan ratusan tahun menunggu kehadiran anak bernama Ismail As dan Ishak As.
Kehadiran juga kiprah anak terkadang juga tidak bisa disaksikan oleh tuanya di dunia, seperti halnya yang dialami Nabi Musa As, dan juga ayahanya Nabi Muhammad, yakni Abdullah. Mereka tidak bisa menyaksikan bagaimana kiprah Nabi Muhammad membangun peradaban dan membebaskan bangsa Arab dari perbudakan dan kebodohan.
Ada banyak orang yang diuji oleh Allah Swt dengan tidak hadirnya seoranga nak di dalam keluarga mereka. Seperti yang dialami istri Rasulullah yakni Siti Aisyah RA. Tidak ada sesuatu yang lebih diharapkan oleh Aisyah sebagai istri dari manusia paling agung selain kehadiran anak. Dan memang hanya Siti Khadijah saja sebagai istri Rasulullah yang dianugerahi keturunan.
Karena itu, kehadiran anak yang merupakan suatu anugerah terindah dan sangat mahal tersebut harus kita jaga. Dan untuk menjaga anugerah terindah tersebut pertama-tama adalah bersyukur kepada Allah Swt. Mensyukuri kehadiran anak, mengagumi mereka sebagai anugerah terindah dalam kehidupan serta ketakjuban kita terhadap anak kepada Allah Swt.
Oleh karenanya, ketika kita diuji karena anak kita dipuji orang lain, maka kembalikan pujian tersebut kepada Allah Swt. Misalnya ada yang memuji anak kita dengan ucapan, “…. wah anaknya luar biasa dan hebat sekali ya pak”. Maka kembalikan pujian tersebut kepada Allah Swt dengan ucapan Masya Allah atau tabarakallah. Dengan kalimat seperti itu Insya Allah, Allah-lah yang akan menjaga anak-anak kita.
Sebaliknya, jika pujian tersebut kita arahkan pada kehebatan kita sebagai orang tua, maka saat itu juga Allah Swt melepaskan penjagaan-Nya atas anak-anak kita.
Dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 32-34. Diceritakan tentang dua orang pemilik kebun kurma. Pemilik kebun yang satu sangat membanggakan hasil kebunnya yang luar biasa. Kepada pemilik kebun kedua, ia mengagumi kehebatan dirinya sendiri sehingga bisa menghasilkan kebun kurma yang sangat luar biasa. Namun dalam semalam kebun kurma yang luar biasa tersebut hancur berantakan tersapu angin puting beliung.
Dari kisah tersebut, kita bisa menarik pelajaran, bahwa ketika kehebatan dan kecerdasan atas sesuatu tidak dikembalikan kepada Allah Swt, maka saat itu juga Allah melepaskan dan tidak akan menjaga harta benda dan karya kita. Begitu juga dengan anak-anak kita. Ucapkan selalu Masya Allah La quwwata Illah billah, atau kita ucapkan Masya Allah Tabarakallah.
Kembalikan segala pujian terhadap anak-anak kita kepada Allah akan Allah akan senantiasa menjaga anak-anak kita. Kecerdasan dan kehebatan apapun yang ada pada diri anak kita, semuanya karena Allah Swt.
Tinggalkan Balasan