

Pemahaman terkait konsep rezeki dalam Islam menjadi hal yang sangat menarik dan perlu Anda diperhatikan agar tenang dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Sebagai agama yang sempurna, Islam tidak hanya membatasi rezeki hanya dalam masalah harta. Namun, konsep rezeki dalam Islam dapat terbagi menjadi beberapa bagian.
Dalam Al-Qur’an, rezeki atau rizq dapat diartikan menjadi beberapa makna atau arti. Dengan mengetahui konsepnya, seorang muslim akan lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan.
Ibnu Khaldun mendefinisikan kata rezeki dikaitkan dengan peranan manusia sebagai pengelola sumber-sumber alam yang telah disediakan oleh Allah. Sedangkan Buya Hamka mendefinisikan kata rezeki sebagai pemberian atau karunia yang diberikan Tuhan kepada makhluk-Nya, untuk dimanfaatkan dalam kehidupan, seperti ayat “Makanlah dari karunia Allah yang halal dan baik”. Karunia diartikan sebagai rezeki atau pemberian dari Allah kepada makhluknya tanpa kecuali.
Konsep Rezeki Dalam Islam
Rezeki sejatinya digunakan untuk mencapai ketakwaan dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi laranganNya menggunakan apa yang sudah Allah berikan melalui cara yang diajarkan oleh syariat Islam.
Rezeki yang Allah berikan tidak selalu tentang harta, namun bisa dalam bentuk yang lain. Allah menjamin setap rezeki semua makhluk ciptanNya, mulai dari manusia, hewan, tumbuhan, hingga mikroorganisme yang hidup di sekeliling kita. Allah tidak merasa berat dengan pemenuhan kebutuhan makhluknya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Hud ayat 6:
۞ وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya: Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
Tidak sepatutnya kita sebagai muslim terlalu khawatir terhadap rezeki yang sudah Allah jamin, apalagi sampai menempuh segala cara yang dilarang oleh syariat Islam.
Mudah sulitnya ujian yang dihadapi adalah bentuk ujian Allah kepada setiap hambaNya. Saat dilanda kesulitan harta, manusia perlu muhasabah karena bisa jadi Allah memberikan rezeki dalam bentuk yang lain, misalnya dalam bentuk jasmani yang sehat, kendaraan, kesehatan, dan keturunan yang shaleh/shalehah.
Rezeki Perlu Diperjuangkan
Rezeki yang Allah berikan tidak diberikan semuanya dalam satu waktu, melainkan Allah memberikannya pada waktu yang tepat. Allah memang sudah menentukan rezeki untuk setiap hambaNya, namun rezeki tersebut harus kita ikhtiarkan melalui cara yang Allah perbolehkan sehingga dengan itu manusia tidak bermalas-malasan dalam bekerja.
Melapangkan pintu rezeki bisa ditempuh dengan beberapa cara, bisa dengan cara bersedekah, melakukan shalat sunnah, puasa sunnah, maupun membantu kesulitan orang lain.
Bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah, tidak saja diberi dan dimudahkan jalan keluar dari kesulitan yang dihadapinya, tetapi juga diberi rezeki oleh Allah dari arah yang tidak disangka-sangka, yang belum pernah terlintas dalam pikirannya. Selanjutnya Allah menyerukan agar mereka bertawakal kepada-Nya, karena Allah-lah yang mencukupkan keperluannya mensukseskan urusannya.
Bertawakal kepada Allah artinya berserah diri kepada-Nya, menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya keberhasilan usaha. Setelah ia berusaha dan memantapkan satu ikhtiar, barulah ia bertawakal. Bukanlah tawakal namanya apabila seorang menyerahkan keadaannya kepada Allah tanpa usaha dan ikhtiar. Berusaha dan berikhtiar dahulu baru bertawakal menyerahkan diri kepada Allah.
—000—
*Pemred Trigger.id
Tinggalkan Balasan