
Surabaya (Trigger.id) – Selama ini banyak anggapan ujian praktik mengemudi untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) sangat sulit dan bikin stres. Banyak diantara mereka merasa kapok dan tak mau ikut ujian. Lha terus SIM-nya dari mana?.
Redaksi Trigger.id tidak membahas tentang orang atau pihak-pihak tertentu yang bisa mendapatkan SIM dengan cara-cara ilegal. Namun Trigger.id menyoroti banyaknya keluhan masyarakat yang merasa mengurus SIM itu susah dan bikin stres. Apa benar ya?.
Trigger.id merangkum dari berbagai sumber yang bisa menjadi referensi bagaimana caranya agar tidak sering gagal dalam pengurusan SIM, terutama pada saat praktik mengemudi.
Mengamati proses ujian praktik pembuatan SIM C untuk kendaraan roda dua di beberapa Satpas pengurusan SIM, nampak bahwa banyak sekali peserta yang gagal. Mereka memang diberikan dua kali kesempatan mencoba rintangan dalam satu sesi ujian. Namun itupun tidak cukup.
Para peserta berguguran. Dari puluhan orang yang mengikuti satu sesi yang lolos bisa dihitung dengan jari. Sebagian besar sudah tumbang di rintangan pertama.
Uniknya, sebagian di antara mereka, sudah menjalani beberapa tes atau ujian praktik. Seorang laki-laki yang redaksi temui mengaku sudah sepuluh kali mencoba.
Sementara peserta lain bernama Lucia asal Mojokerto mengaku perlu enam kali melakukan ujian praktik sampai akhirnya berhasil lolos dan lulus.
Enam kali berarti menghabiskan waktu enam minggu. Sebab ketika gagal, peserta ujian SIM diberi kesempatan mencoba kembali di pekan berikutnya. Maka dari itu, selain skill yang mumpuni, ujian SIM perlu kesabaran tinggi.
Di Satpas Kolombo milik Polrestabes Surabaya redaksi Trigger.id menjumpai Andi yang baru saja selesai ikut ujian praktik mengemudi dan langsung dinyatakan lulus.
Menurut Andi, kuncinya harus ekstra sabar, rileks. “Skill aja ga cukup mas, harus sabar memang dan jangan gugup,” kata Andi singkat.
Sementara pengalaman Joko lain lagi. Sehari sebelum menempuh ujian praktik mengemudi, ia browsing di Youtube untuk mencari tahu bagaimana cara-cara jitu agar lolos ujian praktik. Dan kalau perlu bisa datang ke lokasi ujian praktik sore hari untuk latihan dan merasakan langsung kondisi di lapangan,
“Jadi dari kepolisian terutama di Satpas itu kan ada lapangan praktik ya. Masyarakat kan boleh memakai itu. Itu kan fasilitas milik negara, kapan saja bisa dipakai kalau sedang tidak digunakan untuk ujian” terang petugas yang kami temui.
Selama ini peserta ujian sering gagal karena kurang atau tidak pernah latihan. Tes SIM, membutuhkan keteguhan mental dan pengalaman. Kalau sudah grogi di hadapan para penguji, potensi gagal pun tinggi.
Tentang anggapan ujian yang susah, petugas selalu cari-cari alasan agar peserta gugur dan sebagainya, petugas yang kami temui bilang, bahwa ujian praktik ini sudah diteliti dan relevan dengan kondisi lapangan. Bahkan menurutnya, realita di lapangan kadang menuntut pengendara berhadapan dengan situasi yang lebih sulit ketimbang ujian SIM.
“Di jalan tidak mungkin hanya ada satu kendaraan, mungkin saja ada yang berhenti mendadak di depan jadi perlu zig-zag. Itu ambil keputusan mau kanan dan kiri harus bereaksi cepat. Dan itu harus diuji kemampuannya,” terangnya.
Redaksi Trigger,id beberapa kali menemui beberapa pelatih atau instruktur mengemudi. Mereka yakin bahwa tingginya angka kegagalan saat ujian praktik disebabkan dasar pengetahuan tentang berkendara yang minim.
Secara teknis, banyak pengendara motor di Indonesia yang hanya memahami persoalan menjalankan kendaraan di jalan. Namun tidak mengetahui teori-teori dan fungsi bagian kendaraan yang digunakan seperti lain sain, lampu rem dan sebagainya. Belum lagi rambu-rambu lalu lintas, misal traffic light , rambu larangan mendahului dan seterusnya. (ian)
Tinggalkan Balasan