
Oleh: Isa Anshori (Pemred Trigger.id)

Kenduren (Jawa: selamatan) bagi masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa sudah menjadi tradisi turun temurun, termasuk di Wonosalam Kabupaten Jombang Jawa Timur.
Wonosalam yang merupakan kecamatan dengan lokasi topografi tertinggi di kabupaten Jombang, memiliki tradisi andum duren (bagi-bagi durian) yang dikenal dengan sebutan Kenduren yang berawal dari kata kendurenan atau selamatan.
Sembilan desa yang ada di kecamatan Wonosalam (Carangwulung, Galengdowo, Jarak, Panglungan, Sambirejo, Sumberjo, Wonokerto, Wonomerto dan desa Wonosalam), setiap tahun selalu merayakan pesta panen raya buah durian (duren) dengan cara membuat tumpeng durian yang bentuknya lebih mirip seperti gunungan.
Tumpeng tersebut diarak ramai-ramai dengan berjalan kaki menuju lapangan kecamatan Wonosalam. Masing-masing desa berlomba menampilkan tumpeng terbaik mereka. Tak hanya durian yang dibuat tumpeng. Hasil bumi lainnya, baik buah-buahan dan sayuran juga mempercantik dan memperindah tumpeng tersebut.

Sesampai di lapangan kecamatan, tumpeng yang jumlahnya sembilan sesuai jumlah desa di Wonosalam, ramai-ramai diporak (diperebutkan) oleh masyarakat setempat dan juga pengunjung dari luar kecamatan Wonosalam.
Bak pesta rakyat kolosal, warga saling berebut tumpeng durian dan hasil bumi lainnya tersebut. Tak ada keributan meskipun warga saling berebut. Yang ada justru gelak tawa dan keakraban antar warga.
Kemudian sejak 2012, atas inisiatif dari warga Wonosalam juga, dibuatlah tumpeng raksasa, yang tersusun dari berbagai varian durian. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah tahunnya. Tahun ini tumpeng raksasa Kenduren Duren Wonosalam tersusun dari 2023 buah durian.
Sebelum tumpeng raksasa diperebutkan atau dibagikan, berlebih dulu sembilan tumpeng dari desa-desa di Wonosalam yang diperebutkan. Tajamnya duri durian, tak jadi penghalang bagi warga untuk saling berebut. Luka-luka kecil tertusuk dan tergores duri durian itu sudah biasa. Yang penting semua tertawa senang karena mendapat durian gratis. Yang tidak kebagian juga tidak marah karena masih ada kesempatan untuk memperebutkan durian di tumpeng raksasa Kenduren.
Tanpa komando terlalu formal semuanya berjalan alami, tumpeng raksasa durian diperebutkan. Puluhan petugas mengambil satu persatu durian tsb untuk dibagikan (andum) ke warga.
Wonosalam selain sebagai surga durian, beberapa desa di kecamatan tersebut juga penghasil salak, manggis, cengkih, kakao, dan kopi. Kopi Wonosalam bahkan sudah dibudidayakan sejak zaman pemerintah Hindia Belanda, yang melihat potensi kopi di lereng Gunung Anjasmoro tersebut.
Saat itu, Alfred Russel Wallace di abad ke-17 dalam misinya mengumpulkan aneka spesimen fauna saat mengunjungi Wonosalam, memberikan laporan banyak kopi yang tumbuh di lereng pegunungan yang berada di ketinggian 1000 mdpl. Melihat potensinya yang begitu besar, Pemerintah Hindia Belanda pun membudidayakan kopi sebagai komoditas yang potensial di dataran tinggi lereng Anjasmoro.
Kopi Excelsa Wonosalam merupakan jenis tanaman kopi dari genus Coffea, dan Excelsa merupakan salah satu varietas kopi yang populer dan paling dikenal di dunia yakni Robusta, Arabika, Liberica, dan Excelsa. Kopi Excelsa dihasilkan dari perkebunan di lereng Gunung Anjasmoro Wonosalam Jombang.
Selain kaya dengan potensi alamnya, budaya di Kecamatan Wonosalam juga masih terjaga dengan apik. Salah satunya kesenian karawitan yang dikembangkan warga Desa Sambirejo. Sejak 2016, grup karawitan di desa ini sudah eksis dan berkembang sampai sekarang.
Terletak di lereng dan kaki Gunung Anjasmoro, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang menjadi salah satu tempat yang banyak menarik minat wisatawan untuk menikmati pemandangan indah dan asri ketika singgah di Kabupaten Jombang.
Selain karena pesona alamnya, Wonosalam juga patut dijadikan rujukan bertenggang rasa antarumat beragama karena kemajemukannya agama yang dianut warganya.
Kecamatan Wonosalam terletak 35 km sebelah tenggara Kabupaten Jombang. Tidak sedikit dari mereka yang hidup berdampingan tanpa membeda-bedakan agama yang dianut. Seperti Islam, Kristen, Hindu, Buddha dan Kejawen. Begitu juga dengan rumah ibadah. Terdapat masjid, gereja, pura, dan vihara. Selain masjid dan gereja, di Kecamatan Wonosalam juga terdapat banyak pura, di antaranya Pura Giri Wijaya, Pura Tribuana, Pura Pacaringan, Pura Puja Nirwana, Pura Guna Dharma, dan Pura Giri Anjasmoro. Serta Vihara Giri Vana Arama yang berada di Dusun Ampel Gading, Desa Wonosalam.
Tinggalkan Balasan