
Moskow (Trigger.id) — Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan percakapan via telepon pada Minggu (22/6), membahas pentingnya upaya membawa Iran kembali ke jalur diplomasi. Hal tersebut disampaikan oleh kantor perdana menteri Inggris dalam sebuah pernyataan resmi.
Kedua pemimpin itu menyoroti situasi di Timur Tengah dan menegaskan kembali bahwa program nuklir Iran menimbulkan risiko besar terhadap keamanan global. Mereka juga mendiskusikan langkah yang diambil oleh Washington pada Sabtu malam (21/6) sebagai upaya untuk mengurangi ancaman tersebut.
Dalam pernyataan tersebut disebutkan bahwa Starmer dan Trump sepakat bahwa Iran tidak boleh dibiarkan mengembangkan senjata nuklir.
Pada hari yang sama, militer AS melancarkan serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran yang berada di Natanz, Fordow, dan Isfahan. Pemerintah AS menyatakan bahwa operasi tersebut bertujuan menghancurkan atau minimal melemahkan kemampuan nuklir Iran secara signifikan.
Presiden Trump mengultimatum Teheran agar menghentikan eskalasi dan menerima penyelesaian damai, atau menghadapi konsekuensi yang lebih berat.
Meski demikian, Wakil Presiden AS J.D. Vance menegaskan bahwa serangan tersebut tidak menandakan bahwa AS sedang berperang dengan Republik Islam Iran.
Di pihak lain, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menilai bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk berbicara tentang diplomasi. Ia menyalahkan Amerika Serikat karena telah meninggalkan jalur dialog, dan menegaskan bahwa Iran akan melakukan segala langkah untuk mempertahankan keamanan dan kepentingan nasionalnya.
Organisasi Energi Atom Iran turut merespons, menyatakan bahwa tekanan dari luar tidak akan menghentikan pengembangan industri nuklir Iran.
Serangan AS memicu respons keras dari berbagai negara. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa serangan tersebut merupakan bentuk eskalasi yang berbahaya di kawasan dan berpotensi mengancam stabilitas global.
Sementara itu, Rusia mengecam keras aksi militer AS tersebut, menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional, Piagam PBB, serta resolusi Dewan Keamanan. Moskow juga mendesak Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk merespons secara objektif.
Kecaman serupa juga datang dari China dan Kuba yang menyatakan bahwa tindakan AS akan memperburuk ketegangan dan merusak upaya diplomatik yang selama ini dibangun. (bin)
Sumber: Sputnik-OANA
Tinggalkan Balasan