
Surabaya (Trigger.id) – Tahun 2025 mungkin dimulai dengan lambat di industri perfilman, namun memasuki musim semi, layar lebar kembali bergairah. Deretan film seperti A Minecraft Movie, Sinners, hingga debut “New Avengers” dalam Thunderbolts sukses menarik penonton. Tak hanya itu, tren live-action remake dari animasi klasik seperti Lilo & Stitch, How to Train Your Dragon, dan Snow White juga turut memeriahkan. Film bertema kecerdasan buatan pun turut meramaikan layar, termasuk Companion, M3GAN 2.0, dan Mission: Impossible — The Final Reckoning yang sekaligus menjadi penutup perjalanan Tom Cruise dalam waralaba tersebut.
Namun, dari sekian banyak judul, inilah 10 film terbaik tahun 2025 versi Entertainment Weekly, disusun secara alfabetis:
1. 28 Years Later
Film horor karya Danny Boyle dan Alex Garland ini menjadi lanjutan dari 28 Weeks Later. Diperankan oleh Aaron Taylor-Johnson, Jodie Comer, dan Ralph Fiennes, film ini menghadirkan kisah mencekam yang tak terduga—penuh kengerian, humor gelap, dan sentuhan emosional. Kombinasi ini menjadikannya salah satu film horor terkaya dalam beberapa tahun terakhir.
2. The Ballad of Wallis Island
Debut di Sundance dan rilis diam-diam pada Maret, film ini mengisahkan Charles Heath (Tim Key), pemenang lotre eksentrik yang berusaha menyatukan kembali duo folk legendaris. Dibalut humor lembut dan kisah kehilangan, film ini menyajikan narasi hangat tentang cinta, duka, dan penyembuhan diri.
3. Black Bag
Film spionase unik yang mengedepankan drama rumah tangga. Michael Fassbender dan Cate Blanchett memerankan pasangan agen intelijen yang saling mencurigai. Dengan durasi singkat namun intens, film ini lebih memilih ketegangan psikologis daripada ledakan aksi, ditopang oleh akting memukau dua pemeran utamanya.
4. Companion
Debut penyutradaraan Drew Hancock ini menggabungkan horor, romansa, dan kritik sosial soal teknologi. Meski pesannya kadang kabur, gaya visual mencolok dan nuansa satir menjadikan Companion sebagai dongeng balas dendam yang relevan di era digital.
5. F1
Film olahraga garapan Joseph Kosinski ini, dengan Brad Pitt di layar dan Hans Zimmer di belakang musik, menjadi salah satu film kompetisi terbaik sepanjang masa. Bagi penggemar Formula Satu atau penonton awam, film ini menyuguhkan drama mendebarkan dengan sinematografi dan editing berkelas tinggi.
6. The Life of Chuck
Adaptasi dari cerita pendek Stephen King, film ini digarap Mike Flanagan dalam struktur tiga babak mundur. Diperankan Tom Hiddleston, film ini meramu fiksi ilmiah, drama, dan elemen supernatural menjadi kisah kehidupan dan kematian yang mengharukan—termasuk adegan menari lima menit yang akan sulit dilupakan.
7. Marlee Matlin: Not Alone Anymore
Film dokumenter yang menyentuh tentang perjalanan Marlee Matlin, aktris tunarungu pertama peraih Oscar. Disutradarai oleh Shoshannah Stern, film ini menggunakan American Sign Language dan menempatkan pengalaman komunitas tuli sebagai pusat narasi yang inovatif sekaligus menginspirasi.
8. Sinners
Karya Ryan Coogler ini bukan sekadar film vampir. Berlatar 1930-an di Mississippi, dan dibintangi dua versi Michael B. Jordan sebagai saudara kembar, film ini mengupas isu ras, sejarah, dan kekerasan dalam balutan musik blues yang kuat. Vampirnya baru muncul belakangan, tapi cerita dan atmosfernya menggigit sejak awal.
9. Sorry, Baby
Debut Eva Victor sebagai sutradara dan pemeran utama ini menggabungkan humor tajam dengan tema trauma emosional. Cerita Agnes yang berusaha pulih dari kejadian kelam menjadi refleksi mendalam tentang rasa sakit dan penyembuhan, dikemas dengan kehangatan dan kekonyolan yang seimbang.
10. Thunderbolts*
Marvel bangkit lewat Thunderbolts, yang berbeda dari film superhero kebanyakan. Yelena Belova (Florence Pugh) memimpin sekelompok antihero dalam misi berbahaya, sekaligus menghadapi konflik batin mereka sendiri. Sarat emosi, aksi yang solid, dan humor khas Marvel, film ini menandai awal era baru para “New Avengers.”
Kesimpulan:
Tahun 2025 membuktikan bahwa sinema masih penuh kejutan—dari horor yang menggugah hingga drama introspektif dan blockbuster yang menyentuh hati. Di tengah kebangkitan genre-genre lama dan eksplorasi tema-tema baru, para pembuat film terus menunjukkan bahwa layar lebar tetap menjadi medium paling kuat untuk bercerita. (bin)
Tinggalkan Balasan