
Surabaya (Trigger.id) – Delegasi dari Israel dan Hamas memulai putaran baru perundingan tidak langsung terkait gencatan senjata di Gaza yang berlangsung di Qatar. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berangkat ke Washington untuk bertemu dengan Presiden AS Donald Trump dalam upaya mempercepat tercapainya kesepakatan.
Netanyahu menyatakan bahwa pertemuannya dengan Trump pada Senin mendatang diharapkan dapat mendorong tercapainya kesepakatan pembebasan sandera dan penghentian pertempuran di Gaza. Ia menegaskan bahwa para negosiator Israel telah diberi arahan yang jelas untuk meraih kesepakatan gencatan senjata sesuai dengan ketentuan yang diterima oleh Israel.
Sementara itu, Hamas mengklaim telah memberikan tanggapan positif terhadap proposal terbaru gencatan senjata. Namun, masih terdapat perbedaan signifikan antara kedua pihak yang perlu dijembatani agar tercapai kesepakatan final.
Hamas dikabarkan tetap mempertahankan tuntutan utamanya, yaitu penghentian total serangan setelah masa gencatan senjata berakhir dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Tuntutan ini sebelumnya telah ditolak oleh pemerintah Israel.
Sebelum bertolak ke AS, Netanyahu kembali menegaskan tiga tujuan utamanya: membebaskan seluruh sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah gugur; menghancurkan kekuatan Hamas; serta memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
Mediator dari Qatar dan Mesir kini menghadapi tantangan besar dalam mengatasi perbedaan mendasar antara Israel dan Hamas, yang telah menggagalkan berbagai upaya perdamaian sejak berakhirnya gencatan senjata sebelumnya pada Maret lalu.
Selama beberapa bulan terakhir, Israel melanjutkan serangannya ke Gaza dengan intensitas tinggi serta memberlakukan blokade bantuan kemanusiaan selama 11 pekan, yang sebagian baru dilonggarkan beberapa waktu lalu. Israel mengklaim langkah-langkah tersebut bertujuan melemahkan Hamas dan memaksa kelompok tersebut bernegosiasi serta membebaskan sandera.
Dalam 24 jam terakhir, militer Israel menyatakan telah menyerang 130 target Hamas dan menewaskan sejumlah militan. Namun demikian, korban jiwa dari kalangan warga sipil di Gaza terus bertambah. Pejabat rumah sakit Gaza melaporkan lebih dari 30 orang tewas pada Minggu.
Pertanyaan yang kini muncul adalah apakah pembicaraan di Qatar mampu menghasilkan kompromi yang diterima kedua belah pihak, serta apakah Trump dapat meyakinkan Netanyahu untuk menghentikan perang saat pertemuan mereka.
Di dalam negeri Israel, tekanan terhadap Netanyahu kian meningkat. Warga Israel kembali turun ke jalan pada Sabtu malam, mendesaknya untuk segera mencapai kesepakatan demi menyelamatkan para sandera yang masih tertahan di Gaza.
Namun, suara penentangan tetap muncul dari sejumlah menteri garis keras dalam kabinet Netanyahu, seperti Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang menolak penghentian perang sebelum Hamas benar-benar dihancurkan.
Situasi saat ini kembali menunjukkan adanya peluang menuju kesepakatan gencatan senjata, namun belum ada kepastian apakah kedua pihak bersedia melunak dari tuntutan awal mereka.
Warga Gaza yang dilanda krisis kemanusiaan dan keluarga para sandera di Israel masih menunggu dengan harapan besar, agar kali ini upaya damai tersebut tidak berakhir sia-sia seperti sebelumnya.
Sebagai latar belakang, konflik ini bermula dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang di Israel. Sejak saat itu, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan sedikitnya 57.338 korban tewas di wilayah tersebut. (bin)
Tinggalkan Balasan