
Surabaya (Trigger.id) – Kanker usus besar (kolorektal) adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah di dunia. Meski begitu, dalam beberapa dekade terakhir, kasus kanker usus besar justru meningkat pada kelompok usia di bawah 55 tahun. Namun, ada banyak langkah yang bisa dilakukan untuk menurunkan risikonya secara signifikan.
Berikut sembilan cara sederhana yang disarankan para pakar untuk menurunkan risiko kanker usus besar:
1. Rutin Melakukan Skrining
Skrining atau pemeriksaan rutin merupakan cara paling efektif untuk mendeteksi dan mencegah kanker usus besar. American Cancer Society merekomendasikan skrining dimulai sejak usia 45 tahun bagi mereka yang berisiko rata-rata.
Skrining, seperti kolonoskopi, dapat menemukan dan mengangkat polip (pertumbuhan prakanker) sebelum berkembang menjadi kanker. Ada juga opsi skrining lain yang kurang invasif seperti tes darah, sigmoidoskopi, tes tinja, dan kolonoskopi virtual.
2. Kenali Riwayat Keluarga
Jika Anda memiliki anggota keluarga inti (seperti orang tua atau saudara kandung) yang pernah menderita kanker usus besar atau memiliki polip, maka risiko Anda meningkat. Anda mungkin perlu memulai skrining lebih awal daripada yang direkomendasikan secara umum.
3. Perbanyak Konsumsi Serat
Mengonsumsi makanan tinggi serat sangat bermanfaat bagi kesehatan usus. Serat membantu menyeimbangkan bakteri baik di dalam saluran pencernaan dan mengurangi senyawa penyebab kanker. Sumber serat terbaik meliputi buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh.
4. Batasi Daging Merah dan Olahan
Daging merah dan daging olahan seperti sosis, ham, atau burger telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker usus besar. Meski tidak harus menghindarinya sepenuhnya, Anda sebaiknya mengurangi konsumsinya dan menggantinya dengan pilihan daging tanpa lemak seperti ayam atau ikan.
5. Aktif Bergerak
Aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu (intensitas sedang) atau 75 menit (intensitas tinggi) dapat menurunkan risiko kanker usus hingga 7%. Olahraga dapat mempercepat proses pencernaan, menguatkan sistem kekebalan tubuh, dan memperbaiki sel yang rusak.
Selain itu, duduk terlalu lama atau gaya hidup sedentari juga dapat meningkatkan risiko, terutama pada usia muda.
6. Jaga Berat Badan Ideal
Obesitas meningkatkan risiko kanker usus sebesar 1,3 kali lipat. Berat badan berlebih menyebabkan peradangan kronis, gangguan keseimbangan hormon, dan peningkatan kadar insulin yang mendukung pertumbuhan sel kanker.
Menjaga berat badan tetap ideal bukan hanya bermanfaat bagi pencernaan, tetapi juga menurunkan risiko berbagai jenis kanker.
7. Batasi Konsumsi Alkohol
Minum alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker usus besar sebesar 1,2 hingga 1,5 kali lipat. Alkohol dapat menyebabkan stres oksidatif, mengganggu penyerapan folat (vitamin B9), serta meningkatkan kadar hormon yang berisiko terhadap kanker.
8. Hindari Merokok
Rokok bukan hanya meningkatkan risiko kanker paru, tapi juga berdampak pada usus besar dan rektum. Zat beracun dalam rokok merusak DNA, melemahkan sistem imun, serta memicu peradangan di usus yang mempercepat proses terbentuknya kanker.
Menariknya, risiko letak kanker juga berbeda antara pria dan wanita: pria lebih rentan terhadap kanker sisi kiri usus, sedangkan wanita lebih rentan pada sisi kanan dan rektum.
9. Kelola Stres
Hubungan antara otak dan usus (gut-brain axis) memainkan peran penting dalam kesehatan pencernaan. Stres kronis dapat menyebabkan ketidakseimbangan mikrobiota usus dan berpotensi meningkatkan risiko kanker.
Untuk mengurangi stres, Anda bisa mencoba berbagai metode seperti cukup tidur, berolahraga, membatasi konsumsi kafein, meditasi, atau berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental.
Ringkasan
Kanker usus besar bukanlah penyakit yang sepenuhnya bisa dicegah, namun risiko kejadiannya bisa ditekan melalui gaya hidup sehat dan deteksi dini. Rutin skrining sejak usia 45 tahun, makan makanan berserat, menjaga berat badan, dan menjauhi rokok serta alkohol adalah langkah konkret yang bisa Anda mulai dari sekarang. Konsultasikan dengan dokter jika Anda memiliki riwayat keluarga yang berkaitan agar bisa mendapat pemeriksaan lebih awal. (ian)
Sumber: Health.com
Tinggalkan Balasan