Ketua MUI Jatim
Surabaya (Trigger.id)-Hikmah puasa Ramadhan sungguh luar biasa. Setidaknya ada tiga hal yang akan diterima oleh orang yang berpuasa ketika ia melakukannya dengan keimanan sungguh-sungguh dan penuh harapan kepada Allah Swt. Pertama, pengampunan dosa, yang kedua penyempurnaan akhlak dan perbaikan perilaku, dan ke tiga sudah tentu pahala dari Allah Swt.
Berkaitan dengan yang pertama, Rasulullah Saw bersabda:
مَن صامَ رَمَضانَ إيمانًا واحْتِسابًا غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ
Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR al-Bukhari)
Pengampunan dosa itu akan lebih mantap lagi jika di malam bulan Ramadhan juga diisi dengan ibadah shalat sunnah tarawih sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barang siapa melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan (shalat tarawih) atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni (HR. Muslim).
Dengan demikian, ketika seorang muslim secara istiqamah dapat melaksanakan puasa secara sempurna setiap tahun dengan sepenuh hati, yakni menghincarkan diri dari hal yang akan membatalkannya dan menghindari hal yang menurunkan kualitas ibadah puasanya, serasa baginya mendapat pengampunan dosa sepanjang masa, selama ia tidak melakukan dosa-dosa besar. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Nabi Saw:
الصَّلَوَاتُ الخَمْسُ، وَالْجُمْعَةُ إلى الجُمْعَةِ، وَرَمَضَانُ إلى رَمَضَانَ، مُكَفِّرَاتٌ ما بيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الكَبَائِرَ
Shalat lima waktu, ibadah Jum’at dengan ibadah jum’at berikutnya, dan puasa Ramadhan yang satu dengan puasa Ramadhan berikutnya, itu semua merupakan penghapus dosa antara keduanya, selama menjauhi dosa-dosa besar. (HR. Muslim)
Yang kedua, puasa mempunyai kaitan dengan pembentuikan kepribadian dan penyempurnaan akhlak. Menyempurkan akhlak manusia adalah misi diutusnya Rasulullah Saw. Sabda beliau:
إنّما بُعثتُ لأتمِّمَ صالحَ الأخلاقِ
Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan kebaikan akhlak (HR Imam Malik dalam al-Muwatha’, al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, al-Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra)
Akhlak yang baik adalah cermin dari keimanan seseorang, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah Saw.
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlkqnya (HR al-Tirmidzi)
Karena itu, setiap muslim dituntut untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik dalam setiap tidak tanduk dan ucapannya, memilih diksi yang baik dalam bertutur kata, berkata jujur menjauhi dusta, bersikap tawadhu dalam bertingkah laku, menghindari dari sikap angkuh dan sombong dalam berinteraksi dengan yang lainnya.
Puasa Ramadhan disyari’atkan mempunyai keterkaitan dengan pembentukan dan penguatan karakter yang baik ini. Rasulullah Saw menyampaikan:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْجَهْلَ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Siapa yang tidak bisa meninggalkan perkataan dusta, berbuat yang bodoh dan beramal dengannya, maka Allah tidak butuh dari meninggalkan makan dan minumnya. (HR. al-Bukhari)
Demikian pula, Rasulullah Saw menyampaikan:
إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلا يَرْفُثْ ، وَلا يَجْهَلْ ، فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ
jika salah satu di antara kalian di pagi hari dalam kondisi berpuasa, maka jangan berkata jorok dan jangan bersikap bodoh. Kalau ada seseorang yang menghardiknya atau menghinanya maka katakan kepadanya, sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Nah, disaat berpuasa, seseorang ditekankan terus untuk menjaga diri dari akhlak yang tercela di saat yang sama agar berusaha menghiasi diri dengan akhlak terpuji. Puasa menumbuhkan empati, sikap peduli, dan semangan membantu, serta menumbuhkan kedermawanan. Puasa seseorang tetap sah selama menetapi syarat dan rukunnya, namun jika akhlak buruk tidak dihindari tiada memperoleh manfaat dari puasanya. Nabi Saw mengingatkan:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إَّلا الْجُوْعِ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَر
Banyak orang yang berpuasa tetapi tiada dapat balasan dari puasanya selain hanya lapar, dan betapa banyak orang yang shalat malam (tarawih) tetapi tiada balasan dari shalatnya selain hanya letih mengantuk (HR. Ibnu Majah, al-Nasa’i, dan Ahmad)
Adapun manfaat yang ke tiga bagi orang yang berpuasa, dia akan memperoleh pahala sebagai balasan dari Allah. Dalam hadits qudsi Allah Swt berfirman:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Setiap amal anak adam adalah untuk dia kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Lalu, Rasulullah Saw pun memberikan kabar gembira kepada orang yang menyempurnakan ibadah pusanya dengan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal sebagaimana sabda beliau.
مَن صامَ رَمَضانَ ثُمَّ أتْبَعَهُ سِتًّا مِن شَوَّالٍ، كانَ كَصِيامِ الدَّهْرِ
Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka baginya (pahala) puasa selama setahun penuh. (HR Muslim)
Kemudian bagaimana jika seseorang masih mempunyai hutang puasa Ramadhan, para ulama pun membahasnya. Berdasarkan dzahir hadits di atas, maka tidak ada pahala kesunnahannya, jika nait puasa enam hari di bulan syawal digabung dengan niat qadha puasa Ramadhan. Namun munurut Ibnu Hajar al-Haitami, tetaplah mendapatkan pahala dari sunnah, jika disempurnakan niatnya (lih. Bughyah al-Mustarsyidin hlm. 142). Menurut al-Syarqawi mengabungkan niat puasa Syawal dengan qadha Ramadhan tetap mendapatkan pahala, hanya saja berbeda dengan pahala orang mengkhususkan niat untuk puasa Syawal (lih. Hasyiyah al-Syarqawi I/ hlm. 474). Dengan memperhatikan pandangan di atas, maka bagi ingin menyempurkan puasa Ramadhannya dengan melakukan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal, hendaklah lebih dahulu melakukan qadha puasa Ramadhan, wallahu a’lam.
Penutup
Sungguh inilah anugerah Islam. Bagi seorang muslim yang terus berusaha menjaga diri dari akhlak tercela, berusaha menghiasi diri dengan akhlak terupuji, lalu diikuti dengan melaksanakan amaliyah sunnah puasa enam hari di bulan syawal dengan sempurna, sesungguhnya dia serasa seperti menjalani puasa sepanjang masa. Dosanya diampuni, pahala puasanya disempurnakan, dan akhlaknya tetap terjaga.(kai)
Tinggalkan Balasan