
Oleh: Isa Anshori (Pemred Trigger.id)

Lalai adalah sifat tercela dan menyimpan bahaya besar. Hati yang lalai adalah hati yang tidak tahu diuntung dan tidak sadar manakala diingatkan dengan berbagai petunjuk dari perintah-perintah Allah Swt. dan larangan-larangan-Nya.
Hati yang lalai tidak akan pernah mengindahkan nasihat-nasihat siapapun termasuk nasihat dari Allah Swt. karena telah terbelenggu oleh sifat lalai dan lupa, akibat keasyikan bekerja dan bermain dengan berbagai keindahan dunia dan pelampiasan hawa nafsu.
Kita tahu bahwa sebaik-baik hati yang dikasihi Allah, ialah, hati yang suci murni dari segala rupa kejahatan, hati yang senantiasa tunduk kepada yang hak dan petunjuk yang diliputi oleh kabajikan dan kebaikan.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa hati itu ada empat macam:
1) Hati yang tidak berselaput (dengan syak wasangka), padanya terdapat sebuah pelita yang menerangi. Itulah hati seorang mukmin;
2) Hati yang hitam tidak menentu tempatnya. Itulah hati seorang kafir;
3) Hati yang terbelenggu di atas kulitnya. Itulah hati seorang munafik;
4) Hati yang mendatar, padanya iman dan nifak.
Perumpamaan iman yang meliputinya, seperti batang tumbuh-tumbuhan yang disirami dengan air tawar. Dan perumpamaan nifaq yang ada padanya, seperti setumpuk kudis yang diselaputi oleh nanah dan darah busuk.
Yang mana di antara keduanya berkuasa, ke situlah hati akan tertarik. Hati yang terakhir ini adalah sifat bagi hati kaum yang bercampur-aduk amalannya dari kebanyakan kaum Muslimin, sehingga keburukannya melebihi kesempurnaan.
Allah Swt. berfirman dalam surat Al-A’raf Ayat 179
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَٱلْأَنْعَٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْغَٰفِلُونَ
Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Ayat di atas menerangkan tentang penghuni neraka yang kebanyakan diisi dari golongan jin dan manusia. Keistimewaan manusiapun disebutkan ia adalah makhluk yang diciptakan dengan kesempurnaan dengan keberadaan akal untuk berfikir.
Tidak seperti hewan yang memiliki otak tapi tak mampu berakal atau berpikir. Ada istilah yang menyatakan ‘manusia seperti hewan’, maksudnya adalah bukan dalam bentuk fisik manusia itu berwujud seperti hewan, namun sifat dan perangainyalah yang menyerupai hewan.
Misalnya, orang yang tidak tahu malu dengan berbuat keburukan semaunya sendiri, suka maksiat atau orang yang tidak beretika.
Penyerupaan seperti halnya hewan wajar, karena hewan berbuat apapun dia tidak akan pernah merasa malu karena dia termasuk mahluk yang tak berakal. Ketika manusia yang memiliki akal namun tidak dipakai untuk berfikir agar menghasilkan perbuatan baik, maka tak ubahnya ia bagaikan hewan.
Ketika Allah memberikan hati kepada kita tetapi tidak kita gunakan untuk memahami ayat-ayatNya, memberikan mata tetapi tidak untuk melihat kebesaranNya dan memberika telinga tetapi tidak kita gunakan untuk mendengarkan ayat-ayatNya. Jika hal tersebut kita lakukan, kata Allah kita tak ubahnya seperti hewan ternak dan bahkan lebih buruk dari herwan ternak. Dan itulah golongan orang-orang yang lalai.
Tinggalkan Balasan