

Tawakal bukan sekadar berserah diri, tapi puncak dari iman yang hidup. Ia adalah keyakinan penuh bahwa setelah segala daya dan upaya dikerahkan, yang menentukan hasilnya hanyalah Allah. Dan siapa pun yang bertawakal dengan sebenar-benarnya, akan melihat keajaiban hidup yang luar biasa.
Tawakal berasal dari kata “wakala” yang berarti menyerahkan urusan kepada pihak lain. Dalam konteks iman, tawakal berarti menyerahkan seluruh urusan kepada Allah SWT dengan tetap berusaha secara maksimal.
Allah SWT berfirman:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ
“Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya.”
(QS. At-Talaq: 3)
Inilah janji Allah. Bila kita berserah diri sepenuhnya setelah berikhtiar, maka Allah akan mencukupi. Artinya, Dia yang akan menjadi penjamin, pelindung, dan pemelihara kita—lebih dari cukup, lebih dari manusia mana pun.
Tawakal: Sifat Para Nabi dan Orang Beriman
Rasulullah ﷺ adalah teladan utama dalam tawakal. Beliau berjuang habis-habisan di medan dakwah dan perang, namun hatinya tetap bersandar pada Allah. Saat dalam persembunyian di Gua Tsur bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq, beliau berkata dengan tenang:
لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا
“Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”
(QS. At-Taubah: 40)
Ini bukan ucapan biasa. Ini adalah buah dari tawakal yang total: ketenangan dalam ancaman, keyakinan dalam kekalutan.
Dahsyatnya Buah Tawakal
- Hati Menjadi Tenang “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28) Tawakal menghindarkan kita dari cemas berlebihan. Ketika tawakal hadir, kekhawatiran tentang rezeki, jodoh, kesuksesan, dan masa depan mulai sirna. - Pertolongan Allah Datang Tak Terduga “Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”
(QS. At-Talaq: 2-3) Tawakal yang sejati tak akan membuat hidup sempit. Justru, Allah membuka pintu-pintu yang bahkan tidak pernah terpikir sebelumnya. - Dikasihi dan Dicintai Allah “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”
(QS. Ali Imran: 159) Siapa yang tidak ingin menjadi orang yang dicintai Allah? Tawakal adalah jalan cinta yang tidak memerlukan banyak kata, hanya butuh iman yang teguh.
Pandangan Khulafaur Rasyidin Tentang Tawakal
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq RA
Beliau adalah sosok tawakal sejati. Ketika mendampingi Rasulullah di Gua Tsur, beliau tetap tenang meski musuh ada di depan gua. Ucapannya yang terkenal:
“Jika salah seorang dari mereka menunduk ke kaki mereka, niscaya mereka akan melihat kita!”
Namun Rasul menenangkan: “Jangan takut, Allah bersama kita.”
Ini menunjukkan bahwa Abu Bakar sadar akan bahaya, tapi hatinya tetap bergantung pada Allah.
2. Umar bin Khattab RA
Umar sangat menekankan tawakal aktif, bukan pasif. Beliau berkata:
“Janganlah seseorang di antara kalian duduk-duduk saja dari mencari rezeki, lalu berkata: ‘Ya Allah, berikanlah aku rezeki’, padahal ia tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.”
Artinya, tawakal sejati itu dimulai dengan usaha sungguh-sungguh, bukan hanya doa tanpa tindakan.
3. Utsman bin Affan RA
Utsman menunjukkan tawakal dalam bentuk infak dan dermawan, yakin bahwa kekayaannya tidak akan habis bila digunakan di jalan Allah. Di masa sulit, ia menyumbangkan 1000 dinar untuk perjuangan Islam. Itu buah dari tawakal: memberi tanpa takut miskin.
4. Ali bin Abi Thalib RA
Ali mengatakan:
“Tawakal adalah meninggalkan rasa putus asa dari makhluk dan berharap hanya kepada Allah.”
Tawakal menurut Ali bukan berarti meninggalkan sebab, tapi menggantungkan hasilnya hanya pada Allah, bukan pada usaha semata.
Penutup: Serahkan, Tapi Jangan Lepaskan Usaha
Tawakal bukan alasan untuk menyerah, tapi kekuatan untuk terus melangkah. Bagi mereka yang sungguh bertawakal, Allah akan membukakan jalan keluar, menghadirkan rezeki dari arah tak terduga, dan memberikan ketenangan hati dalam badai kehidupan.
Tawakal adalah senjata paling dahsyat—diam namun menghancurkan kecemasan, tersembunyi namun mengundang langit untuk turun membantu.
“Jika kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung yang pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi).
—000—
*Ketua LDNU Jawa Timur
Tinggalkan Balasan