• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

“Hutang Imunitas”, Picu Merebaknya “Pneumonia Berjalan”

8 Desember 2023 by admin Tinggalkan Komentar

Pneumonia Mycoplasma bacteria. Foto: Science Photo Library
Oleh: Ari Baskoro*

Wabah pneumonia (radang paru) yang saat ini terjadi di Tiongkok, menimbulkan kecemasan dunia. Penyakit saluran nafas yang terutama menyerang pada anak tersebut, semula dikatakan sebagai“pneumonia misterius”. Kejadian itu mengingatkan kembali pada peristiwa dimulainya pandemi Covid-19. Awal mula timbulnya juga dari negara yang sama. Bulannya pun tidak berbeda. Tidak mengherankan, spekulasi segera merebak. Jangan-jangan “pneumonia misterius” juga akan memicu timbulnya pandemi baru. Embel-embel “misterius” sontak menimbulkan kekhawatiran. Pasalnya, trauma akibat pandemi Covid-19 belum surut seluruhnya hingga kini.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) segera tanggap merespon situasi yang tidak biasa itu. Data merebaknya penyakit saluran nafas tersebut, telah dimonitor sejak pertengahan Oktober 2023. Ternyata biang keroknya bukan mikroba patogen baru yang menggelisahkan. Hasil analisisnya terdiri dari beberapa mikroba yang selama ini dikenal menjadi “langganan” penyebab penyakit musiman. Tiongkok saat ini telah memasuki musim dingin. Sementara itu mikroba yang semula dikatakan “misterius”, ternyata terdiri dari virus (influenza, respiratory syncytial virus/RSV, SARS-CoV-2) dan bakteri (Mycoplasma pneumonia/MP). MP dan RSV,  selama ini telah dikenal sebagai mikroba “kuno” penyebab infeksi saluran napas. Lebih mudah menginfeksianak-anak,ketimbang pada orang dewasa. Secara epidemiologi dikenal dapat memicu terjadinya lonjakan kasus, setiap tiga hingga tujuh tahun sekali. Belum diketahui dengan pasti latar belakang masalah yang melandasinya. Hanya saja otoritas negara Tirai Bambu, melaporkannya sebagai mikroba yang telah mengalami resistensi terhadap antibiotika.

Risiko terhadap kemungkinannya memantik terjadinya pandemi, segera dikalkulasi oleh WHO. Bakteri MP sebagai mikroba utama penyebab wabah, dinilai tidak berpotensi menyebabkan ancaman global. WHO juga tidak menyatakan adanya peringatan bagi wisatawan,dari dan menuju ke negara yang terjangkit. Tetapi banyak hal yang tetap harus menjadi bahan kajian para pakar, bagaimana wabah itu bisa terjadi ? Kejadiannya dinilai tidak “seperti biasanya”.

Wabah di beberapa negara

Rupanya wabah yang terjadi di Tiongkok, juga dialami oleh beberapa negara di Eropa. Pneumonia mikoplasma (PM) pada waktu yang sama telah mencapai tingkat epidemi di Denmark. Negara lainnya seperti Swedia, Belanda, Swiss, Perancis, dan Inggris, juga mencatat terjadinya lonjakan kasus penyakit yang sama. Beberapa hari berselang, Amerika Serikat khususnya wilayah Ohio, melaporkan insiden PM yang meningkat signifikan.Di negara kita, kasus serupa juga telah terdeteksi pada beberapa anak di Jakarta. WHO ataupun para ahli, belum bisa menarik benang merah, terjadinya fenomena wabah yang terjadi di beberapa negara tersebut. Bersamaan pula waktunya.

Bakteri MP pada umumnya “hanya” menyebabkan infeksi ringan pada sistem pernapasan. Karena itulah gambaran klinisnya sering disebut sebagai“pneumonia berjalan”. Jarang sekali menimbulkan fatalitas atau diperlukannya perawatan di rumah sakit. Mayoritas akan bisa sembuh melalui rawat jalan.Pada seseorang dengan sistem imunitas yang mumpuni, bakteri tersebut dapat terdeteksi di hidung atau tenggorokannya, tanpa menimbulkan penyakit. Tetapi pada individu yang rentan (anak-anak, lansia, gangguan sistem imun), dapat menimbulkan gejala yang lebih berat.

Seseorang yang sedang terinfeksi MP, dapat mentransmisikannya pada orang lain melalui batuk atau bersin. Meski demikian, diperlukan waktu kontak yang cukup intens. Penularan umumnya terjadi di tempat yang ramai, seperti sekolah, asrama, fasilitas perawatan lansia/panti jompo, atau bisa terjadi di rumah sakit.

Fenomena “hutang imunitas”

Saat bayi dilahirkan, hampir-hampir tidak memiliki daya imunitas terhadap paparan mikroba. Kekebalan yang ditransfer dari ibunya, hanya memiliki daya proteksi yang amat terbatas. Jangka waktunya pun sangat singkat. Dengan bertambahnya usia, sistem imunitas itu akan terbangun. Daya proteksinya pun, akan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sejatinya mikroba tertentu yang berada pada lingkungan hidup manusia, “berjasa besar” melatih sistem imun manusia. Fenomena itu ibarat seseorang yang akan menghadapi lawan berat dalam suatu pertandingan. Diperlukan “latihan” dan “pelajaran” menghadapi berbagai macam mikroba secara berkesinambungan, untuk mencapai tingkat imunitas yang optimal.

MP tergolong sebagai mikroba yang memiliki daya patogen dan peradangan dengan derajat rendah. Tetapi keberadaannya justru diperlukan untuk membantu pematangan sistem imun yang tangguh. Hanya pada individu yang rentan secara imunologis, paparan MP mampu menimbulkan dampak klinis.

Pandemi Covid-19 yang terjadi, mengharuskan semua orang untuk menghindari paparan SARS-CoV-2 sebagai virus penyebabnya. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan pembatasan aktivitas sosial masyarakat, terbukti mampu menekan terjadinya penularan. Langkah itu sangat diperlukan, karena SARS-CoV-2 adalah virus baru. Sistem imun semua manusia belum mampu mengenalinya. Apalagi menangkalnya. Vaksinasi Covid-19 mampu “mengenalkan” dan “menangkal” paparan Covid-19, agar tidak menimbulkan gejala klinis yang berat.

Di sisi lain, pembatasan aktivitas sosial masyarakat serta penggunaan masker guna mencegah paparan Covid-19, juga menekan secara drastis paparan mikroba lainnya. Sistem imun menjadi kurang terlatih.Akibatnya muncullah keadaan yang disebut sebagai “hutang imunitas”. Individu dengan “hutang imunitas”, berisiko lebih besar mengalami PM. Demikian pula orang-orang yang rentan secara imunologis.

Mulainya musim dingin dan terbukanya kembali aktivitas sosial secara penuh di Tiongkok, memicu paparan berbagai macam mikroba yang lebih besar. Termasuk di antaranya adalah MP. Konsep “hutang imunitas” menjadi dasar teori terjadinya wabah di Tiongkok. Tetapi hal itu kurang tepat untuk diterapkanpada wabah yang terjadi di Eropa. Negara-negara di Benua Biru tersebut, telah jauh lebih lama bebas dari “lockdown”. Perubahan musim menjadi penjelasan utama persoalan tersebut.

Banyak hal yang belum terungkap, bagaimana “pneumonia berjalan” bisa menjadi wabah. Apalagi pada waktu yang sama, namun di tempat dan situasi yang berbeda. Untuk itu, para ahli sedang melakukan riset mengungkap “misteri” yang terjadi. Di dalam negeri, PHBS masih penting untuk diterapkan. Diprediksi selama liburan Nataru, akan terjadi pergerakan lebih dari 100 juta orang. Kerumunan masyarakat pasti terjadi. Harapannya apa yang terjadi di Tiongkok, tidak akan merembet ke tanah air.

——o—–

*Penulis :
Staf pengajar senior di:
Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya

Anggota Advisory Board Dengue Vaccine

Penulis buku:
* Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri)
* Serba-serbi Obrolan Medis

Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, Tips, update, wawasan Ditag dengan:Ari Baskoro, Mycroplasma Pneumonia, Penyakit Saluran nafas, Radang Paru, Tiongkok

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Menlu Sugiono: Pengiriman 10 Ribu Ton Beras ke Gaza Terkendala Akses Masuk

1 Juli 2025 By admin

Fluminense Singkirkan Inter Milan di 16 Besar Piala Dunia Antarklub 2025

1 Juli 2025 By admin

Film Terakhir Fast & Furious Tayang 2027, Vin Diesel: Brian Kembali Hadir

1 Juli 2025 By admin

Makepung, Pacuan Kerbau Pelestari Tradisi dan Identitas Budaya Bali

1 Juli 2025 By admin

Jazz: Simbol Kebebasan, Pemberontakan, dan Pertukaran Budaya Global

1 Juli 2025 By admin

Cristiano Ronaldo Tolak Piala Dunia Antarklub Demi Mimpi Terakhir di Piala Dunia 2026

30 Juni 2025 By admin

AS Desak Israel Capai Gencatan Senjata dan Pertukaran Tawanan di Gaza

30 Juni 2025 By admin

Indonesia Harus Siapkan Regulasi AI Demi Wujudkan Kedaulatan Digital

30 Juni 2025 By admin

Maratua Jazz & Dive Fiesta 2025 Dimulai, Kolaborasi Irama dan Alam Tarik Ribuan Wisatawan

30 Juni 2025 By admin

Dua Gol Harry Kane Antar Bayern Muenchen Lolos ke Perempat Final Piala Dunia Antarklub 2025

30 Juni 2025 By admin

Jeff Bezos dan Lauren Sanchez Akhiri Pesta Pernikahan Megah Selama Tiga Hari di Venesia

30 Juni 2025 By admin

Membuka Pintu Keberkahan Rezeki, Belajar Dari Kisah Abdurrahman bin Auf RA

30 Juni 2025 By admin

Yoan Bonny Segera Bergabung dengan Inter Milan dari Parma

30 Juni 2025 By admin

Marc Marquez Juarai MotoGP Belanda 2025, Samai Rekor Giacomo Agostini

30 Juni 2025 By admin

Waspada Empat Hal yang Meracuni Hati

29 Juni 2025 By admin

Katy Perry Absen dari Pernikahan Jeff Bezos dan Lauren Sánchez

29 Juni 2025 By admin

Riuhnya Festival Kuda Tradisional Cibogo, Warisan Budaya Rakyat Sumedang

29 Juni 2025 By admin

Berjalan Lebih dari 100 Menit Sehari Bisa Kurangi Risiko Sakit Punggung Bawah Kronis

29 Juni 2025 By admin

Israel Keluarkan Perintah Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Tengah

29 Juni 2025 By admin

Tragedi Rinjani, Kemenparekraf Tegaskan Pentingnya Kepatuhan SOP Pendakian

29 Juni 2025 By admin

Makan Mangga Setiap Hari, Apa Dampaknya terhadap Kadar Gula Darah Anda?

29 Juni 2025 By admin

Wali Kota Surabaya Ajak Pelajar Teladani Bung Karno Lewat Tur Literasi

29 Juni 2025 By admin

Trump Sebut Gencatan Senjata di Gaza Mungkin Terjadi dalam Sepekan

29 Juni 2025 By admin

Remaja Suriah Didakwa Terkait Rencana Teror di Konser Taylor Swift di Wina

28 Juni 2025 By admin

BPH Kaji Masa Tinggal Jamaah Haji Jadi 30 Hari pada Musim Haji 1447 H

28 Juni 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Juli 2025
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  
« Jun    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Gen Z, Antara Fenomena Waithood dan Penyakit Menular Seksual
  • 418 Jemaah Haji Wafat, Kemenkes: Pentingnya Pengetatan Istitha’ah Kesehatan
  • 10 Film Terbaik Tahun 2025, dari Horor Distopia hingga Blockbuster Superhero
  • Kunjungan Presiden Prabowo ke Saudi Perkuat Kerja Sama Strategis di Bidang Haji
  • Menkes Ajak BGN Perkuat Intervensi Gizi Ibu Hamil untuk Tekan Angka Stunting

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.