

Ibadah dan amal sholeh adalah bentuk usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridha-Nya. Ini merupakan bukti kesungguhan manusia dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Judul diatas tersebut selaras dengan ajaran Islam bahwa meskipun amal ibadah dan perbuatan baik sangat penting, rahmat dan kasih sayang Allah merupakan kunci utama masuk surga.
Dalam beberapa hadis, Nabi Muhammad SAW menekankan bahwa rahmat Allah adalah penentu utama masuk surga. Sebagai contoh, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidak seorang pun di antara kalian yang masuk surga karena amalnya.” Mereka berkata, “Tidak juga engkau, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak juga aku, kecuali Allah meliputiku dengan rahmat-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Memohon ampunan dan taubat merupakan cara untuk mengharapkan rahmat Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman,
۞ قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53).
Keimanan yang kuat akan membawa seseorang kepada sikap tawakal dan berserah diri kepada Allah, meyakini bahwa semua yang terjadi adalah atas izin dan kehendak-Nya.
Menyebarkan kasih sayang kepada sesama manusia juga merupakan bentuk dari mencerminkan kasih sayang Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Orang-orang yang penuh kasih sayang akan dikasihi oleh Allah yang Maha Pengasih. Kasihilah yang di bumi, niscaya kalian akan dikasihi oleh yang di langit.” (HR. Tirmidzi).
Terdapat sebuah kisah terkenal dalam hadis yang menggambarkan seorang hamba yang yakin akan masuk surga dengan bekal ibadahnya, namun ternyata tidak demikian. Berikut adalah kisah tersebut:
Kisah seorang ahli ibadah dan seorang pendosa:
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Ada seorang ahli ibadah dari Bani Israil yang menyembah Allah selama 60 tahun. Kemudian turunlah hujan dan menyuburkan bumi, lalu di hadapannya ada genangan air. Ia meminum air tersebut dan memandang sebuah buah yang jatuh dari pohon lalu memakannya. Kemudian ia menemui Allah dan Allah berkata, ‘Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga dengan rahmat-Ku.’ Ahli ibadah itu berkata, ‘Wahai Tuhanku, dengan amalanku.’ Allah berkata, ‘Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga dengan rahmat-Ku.’ Ahli ibadah itu berkata, ‘Dengan amalanku.’ Allah kemudian berfirman, ‘Bandingkan amalannya dengan nikmat yang telah Aku berikan kepadanya.’ Maka, dibandingkanlah satu matanya dengan 60 tahun ibadahnya, dan ternyata nikmat satu matanya lebih berat daripada amal ibadahnya. Allah berkata, ‘Masukkan dia ke dalam neraka.’ Ketika ia diseret ke neraka, ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, masukkan aku ke dalam surga dengan rahmat-Mu.’ Maka, Allah memerintahkan untuk mengembalikannya, dan Allah berkata, ‘Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga dengan rahmat-Ku.'”Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak dan dinilai sahih oleh Al-Hakim serta disetujui oleh Adz-Dzahabi.
Kisah ini menegaskan bahwa ibadah dan amal kebaikan kita, seberapa pun besar nilainya, tetap tidak sebanding dengan rahmat dan kasih sayang Allah. Nikmat-nikmat yang Allah berikan, bahkan satu nikmat saja, sudah jauh lebih besar dari seluruh amal ibadah kita. Oleh karena itu, kita harus selalu bersyukur dan memohon rahmat Allah dalam segala hal, karena itulah yang akan membawa kita ke surga-Nya.
—000—
Referensi: AI dan berbagai sumber
Tinggalkan Balasan