Surabaya (Trigger.id) – Siapapun tak mengira jika dampak pandemi Covid-19 sangat-sangat dahsyat. Hampir semua sektor terdampak termasuk dunia hiburan dan seni pertunjukkan. Semua sub sektor ekonomi kreatif tersebut hancur lebur, termasuk para pelakunya yang merasa shock atas peristiwa tersebut.
“Mereka itu mulai teriak-teriak tidak lama setelah Covid-19 masuk Maret 2020, lalu April mereka tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Indah Kurnia Ketua Surabaya Entertainers Club (SEC).mengenang nasib teman-temannya saat itu.
Kata Indah, saat itu para penyanyi, musisi, sound man dan seterusnya tidak bisa bertemu satu sama lain. Mereka tak hanya libur manggung tetapi juga tidak bisa menjalin komunikasi tatap muka. Inilah yang paling berat bagi para pekerja seni hiburan. Apalagi tak lama setelah pemerintah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lalu diikuti dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), praktis semuanya lumpuh.
“Yang bisa saya lakukan membantu teman-teman untuk berkomunikasi dengan Gubernur Jatim, lalu mereka yang jumlahnya sekitar 250 orang semuanya mendapat bantuan tunai 250 ribuan dan sembako senilai 250 ribuan juga per orang,” papar Indah Kurnia yang juga anggota Komisi XI DPR RI dari Dapil Jatim 1.
Perjuangan Indah tidak berhenti disitu, ia lalu menghubungi Juliari Batubara Menteri Sosial saat itu. Indah menitipkan semua teman-temannya sesama pelaku seni musik, untuk bisa mendapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Kementerian Sosial. “Waktu itu semua pelaku seni musik di Surabaya dan sekitarnya masuk dan mendapat bantuan. Dari mulai teman dekat sampai mereka yang saya tidak pernah kenal sama sekali juga dapat bantuan lewat saya,” cerita Indah.
Indah berpikir, jika hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah pasti jauh dari ukuran cukup, termasuk bagi para pekerja seni. Dibantu FX Boy musisi jazz Surabaya sekaligus salah satu personil Surabaya All Stars, Indah Kurnia mengundang para musisi, kebetulan yang datang kebanyakan musisi jazz. “Saya serius membantu teman-teman, lalu kita berkumpul di RM. Omah Sae di jalan Musi Surabaya dan tercetuslah ide mendirikan komunitas musisi dan pecinta jazz. Banyak usulan nama waktu itu, dan saya usul Surabaya Pahlawan Jazz yang akhirnya dipilih untuk wadah yang kita bentuk,’ terang Indah.
Kata Indah, bentuk keseriusan dirinya membantu para pekerja dan penikmat jazz di Surabaya tersebut, nama perkumpulan Surabaya Pahlawan Jazz didaftarkan ke notaris, sehingga keluarlah akta pendiriannya. Tepat tanggal 12-12-2020 berdiri secara resmi Surabaya Pahlawan Jazz.
Indah Kurnia menyediakan mobil Caravan yang dimodifikasi menjadi panggung serta tempat rumah makan Omah Sae sebagai sarana manggung terbatas. “Iya terbatas karena saat itu masa pandemi, dimana semua seni pertunjukkan tidak diperbolehkan ditonton secara langsung dan akhirnya kita harus akrab dan kenal dengan dunia streaming atau online,” lanjut Indah.
Menurut Indah, sebenarnya ia ingin mengumpulkan seluruh pelaku musik di Surabaya dan sekitarnya, namun itu terlalu luas dan akhirnya saat itu hanya para pelaku jazz yang merapat. “Saya hanya mengumpulkan para pelakunya lho dan bukan pecinta jazz. Kebetulan saat itu yang kumpul teman-teman jazzer utamanya dari Surabaya All Stars,” terang Indah.
Setiap event Surabaya Pahlawan Jazz yang kemudian terkenal dengan istilah Thursjam Session, pasti membutuhkan dukungan dana termasuk menggerakkan roda organisasi. Selain dengan dana pribadi, Indah Kurnia bersyukur mendapat support dari banyak pihak, termasuk PT. Pelindo, dan beberapa perusahaan lainnya.
Sekarang, hampir dua tahun Surabaya Pahlawan Jazz berdiri dan telah beberapa kali menggelar special event dan event rutin Thursjam Session sampai 40 edisi. Kata Indah Kurnia, Surabaya Pahlawan Jazz harus terus berkiprah karena sudah banyak pihak yang memberikan apresiasi dan mengakui eksistensinya. “Jangan hanya bersemi di saat pandemi, melejit di masa sulit, tapi SPJ harus terus bersemi pasca pandemi,” tegas Indah Kurnia. (ian)
Tinggalkan Balasan