• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Kecerdasan Buatan dan Prediksi Reaksi Adversi Obat

22 Februari 2023 by isa Tinggalkan Komentar

Ilustrasi alergi obat. Foto: Freepik

“Saat ini AI dan machine learning (pembelajaran mesin), telah dikembangkan untuk membantu dokter dalam mengambil suatu keputusan. Khususnya dalam hal memprediksi terjadinya suatu reaksi adversi obat yang semula tidak mungkin dapat diprediksi.”

Oleh: dr. Ari Baskoro SpPD (Divisi Alergi-Imunologi Klinik Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya)

Manusia dilahirkan dengan kecerdasan alamiah yang telah dimilikinya. Dalam beberapa tingkat yang amat bervariasi, hewan juga memilikinya. Otak merupakan organ kompleks yang berada di balik fungsi penting tersebut. Jaringan sarafnya didukung sekitar 86 miliar neuron (sel-sel saraf). Semuanya terjalin secara “sempurna”, melalui 100 triliun sinapsis.

Hingga kini belum bisa dipahami secara keseluruhan, bagaimana jalinan yang demikian rumitnya tersebut mampu membuat seseorang menjadi cerdas. Pembelajaran, kreativitas, pengalaman hidup, dan pola pikir inovatif, disebut-sebut mampu meningkatkan kualitas kognitif seseorang.

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), diciptakan oleh kecerdasan manusia.Saat ini teknologi canggih tersebut, telah lazim digunakan untuk membantu kehidupan manusia sehari-hari. Termasuk manfaatnya dalam aspek kesehatan.

Walaupun tanpa “jiwa”, AI memiliki beberapa keunggulan. AI dapat bekerja tanpa lelah.Bisa mengerjakan beberapa tugas sekaligus, dengan waktu yang lebih efisien. Kemampuan AI juga dapat ditingkatkan melalui “pembelajaran”. Semakin banyak data yang kemudian diolah melalui algoritme tertentu, memberi peluang AI memproses data, sekaligus dapat meningkatkanperformanya secara terukur. “Jaringan saraf tiruan” ini,dapat mengenali pola, mengklasifikasi data, dan dapat memprediksi kejadian pada waktu yang akan datang.

Saat ini AI dan machine learning (pembelajaran mesin), telah dikembangkan untuk membantu dokter dalam mengambil suatu keputusan. Khususnya dalam hal memprediksi terjadinya suatu reaksi adversi obat yang semula tidak mungkin dapat diprediksi.

Reaksi adversi obat

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), reaksi adversi terhadap obat (adverse drug reaction/ADR), terjaditanpa suatu kesengajaan. Bisa menimpa pada siapapun juga, serta merupakan suatu insiden yang sangat tidak diinginkan/tidak terduga. Manifestasi klinisnya dapat sangat berbahaya. Bahkan bisa fatal dan mengancam jiwa.

Semua unsur obat yang digunakan, baik untuk tujuan pencegahan, diagnosis, ataupun pengobatan, mampu menimbulkan ADR.Tanpa terkecuali, termasuk obat herbal ataupun obat-obat bebas (OB). Artinya dapat dibeli tanpa resep dokter. Meski demikian, hanya obat-obat golongan tertentu saja yang mempunyai potensi risiko lebih tinggi, dibanding obat-obat  lainnya.

Hingga kini ADR masih tetap menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Bila terjadi, akan dapat memperburuk hasil pengobatan. Angka rawat inap pun akan meningkat. Dampaknya tidak hanya menambah biaya pengobatan, tetapi juga memengaruhi kualitas hidup, keselamatan, dan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan.

Di Amerika Serikat dan Kanada, ADR diperkirakan menjadi penyebab kematian peringkat ke empat, setelah penyakit jantung, kanker, dan stroke. Di sisi lain, ADR menduduki peringkat ke enam, sebagai penyebab kematian terbanyak di seluruh dunia.

Biaya moneter yang harus dikeluarkan akibat ADR relatif tidak mudah untuk dinilai. Diperkirakan mencapai $75 hingga $180 miliar setiap tahunnya. Itu hanya data yang mencakup orang dewasa. Dana tersebut berasal dari pembiayaan rawat inap, sebagai akibat langsung ADR. Diperkirakan sebanyak lima persen jumlah rawat inap, berasal dari masalah ADR. Total semua biaya yang dikeluarkanitu, setara atau bahkan lebih besar dibanding beberapa penyakit katastropik/berbiaya mahal. Misalnya diabetes ($45 miliar), penyakit kardiovaskuler ($120-150 miliar), atau kanker ($130-195 miliar). Selama 30 tahun terakhir, kejadian ADR tidak banyak berubah. Tidak mudah untuk mereduksinya (Miles Hacker, 2009)

Alergi Penisilin

Penisilin dan derivatnya merupakan antibiotika yang paling luas penggunaannya. Perannya dalam memberantas infeksi bakteri tidak diragukan lagi. Ironisnya di sisi lain, obat tersebut paling sering terlibat dalam masalah ADR. Khususnya dalam bentuk alergi obat.Prediksi diagnosisnya pun, tidak memiliki tingkat akurasi hingga 100 persen. Hingga kini tes provokasi obat sebagai cara diagnostik yang paling mendekati kebenaran, tidak terlepas dari beberapa kendala. Tes ini memerlukan waktu yang cukup panjang. Risiko memunculkan alergi yang berbahayapun, masih tetap bisa terjadi.

Di sisi lain, golongan obat lainnya tidak memiliki cara tes seperti penisilin. Karena itu, alergi obat masih merupakan masalah besar bagi dunia kesehatan.

Baru-baru ini, The Journal of Allergy and Clinical Immunology:I n Practice, untuk pertama kalinya membahas AI untuk kepentingan prediksi alergi penisilin. Meski masih memerlukan penyempurnaan dalam aplikasinya, temuan teknologi ini nantinya akan sangat membantu tugas-tugas tenaga kesehatan.

Stevens-Johnson Syndrome (SJS)

Manfaat AI terus bergulir. Hingga kini belum ada riset yang mampu memprediksi secara akurat terjadinya SJS. Skrining berdasarkan pemeriksaan genetika tidak praktis, memakan waktu yang cukup lama dan berbiaya besar. Hanya negara-negara maju dan pusat-pusat riset tertentu saja yang dapat melakukannya. Padahal SJS merupakan salah satu contoh ADR yang dapat mengancam jiwa.Tidak terlalu sering, tapi juga tidak jarang terjadi.

Bila SJS terjadi, sering menimbulkan persepsi negatif di tengah-tengah masyarakat. Tidak jarang memicu opini munculnya dugaan malpraktek. Kadang pula dibawa hingga masuk ranah hukum.

Kulit yang melepuh seperti mengalami luka bakar, adalah manifestasi klinis yang khas pada SJS. Itu bisa terjadi setelah beberapa saat menggunakan suatu obat. Sebenarnya bukan hanya obat saja yang melandasi mekanisme terjadinya SJS. Ada beberapa faktorlainnya yang saling berinteraksi. Misalnya faktor genetik, infeksi virus, penyakit keganasan/kanker, dan gangguan fungsi sistem imun.

Gejalanya sering kali diawali dengan demam. Kemudian diikuti manifestasi lainnya yang bisa berupa nyeri tenggorok, lesi-lesi pada bibir/mulut dan mata. Organ-organ dalam pun sering terlibat. Tidak jarang menyerang daerah kemaluan dan seputar dubur. Luka ini terasa sangat nyeri. Komplikasi yang berujung pada kematian, bisa terjadi karenanya.

Mengenali gejala pada fase awal penyakit, tidak selalu mudah.Diagnosis sedini-dininya menjadi kata kunci yang sangat penting, untuk menekan dampak buruk penyakit tersebut.

Baru-baru ini,AI telah dikembangkan untuk dapat mendeteksi secara dini gambaran klinis SJS. Tingkat akurasinya bahkan disebut-sebut lebih baik dari pengenalan awal oleh seorang dokter. Ketepatannya bisa mendekati 95 persen.            

Tidak disangsikan lagi, AI merupakan teknologi inovatif yang semakin banyak dibutuhkan. Untuk saat ini dan pada masa-masa yang akan datang.Berbagai masalah kehidupan manusia diharapkan lebih mudah untuk dapat dipecahkan. Hal itu merupakan suatu tantangan,  sekaligus kesempatan bagi para ahli di bidang teknologi informatika menunjukkan perannya. Sumbangsih nyata erhadap inovasi masalah kesehatan sangat dinantikan.

Share This :

Ditempatkan di bawah: jatim, Kesehatan, wawasan Ditag dengan:Adversi Obat, Alergi Obat, Ari Baskoro Sppd, Kecerdasan Buatan

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Energi Tuan di Negeri Sendiri: Jalan Menuju Swasembada dari Hulu ke Hilir

10 Oktober 2025 By admin

Aktor Peraih Oscar Javier Bardem Sebut Tentara Israel Berlaku Seperti Nazi

10 Oktober 2025 By admin

Pakar PBB Desak Israel Dihukum atas Pelanggaran Hukum Internasional

10 Oktober 2025 By admin

Infantino Serukan Keterbukaan Global dalam Penentuan Jadwal Piala Dunia

10 Oktober 2025 By admin

Jazz dan Blues: Dua Saudara dalam Dunia Musik

10 Oktober 2025 By admin

Axl Rose Kibarkan Bendera Palestina Saat Konser Guns N’ Roses di Bogota

9 Oktober 2025 By admin

Trump Umumkan Israel dan Hamas Setujui Tahap Pertama Rencana Gencatan Senjata di Gaza

9 Oktober 2025 By admin

Kualifikasi Piala Dunia 2026, Arab Saudi Taklukkan Indonesia 3-2

9 Oktober 2025 By admin

KPK Temukan Fakta Baru: Biro Travel Tak Berizin Bisa Dapat Kuota Haji Khusus

8 Oktober 2025 By admin

Timnas Indonesia Asah Eksekusi Bola Mati Jelang Hadapi Arab Saudi

8 Oktober 2025 By admin

Pertamina Imbau Masyarakat Tak Terpengaruh Isu Negatif Soal Etanol pada BBM

8 Oktober 2025 By admin

Kluivert: Timnas Indonesia Siap Tarung Habis-habisan Demi Tiket Piala Dunia 2026

7 Oktober 2025 By admin

Kementerian PUPR Siap Bangun Ulang Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo

7 Oktober 2025 By admin

Arsenal Geser Liverpool dari Puncak Klasemen Liga Inggris

6 Oktober 2025 By admin

Delegasi Hamas Tiba di Mesir untuk Bahas Rencana Gencatan Senjata Gaza

6 Oktober 2025 By admin

Menjaga Harmoni Laut: Kisah Nelayan Bajo Berburu Gurita dengan Panah Tradisional di Wakatobi

6 Oktober 2025 By admin

Negosiator Menuju Kairo Bahas Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera di Gaza

5 Oktober 2025 By admin

Basarnas Temukan Lagi 13 Jenazah Korban Reruntuhan Mushalla Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo

5 Oktober 2025 By admin

Titi Kamal: Teror Santet Getih Ireng, Film Horor Terbaru yang Siap Guncang Bioskop

5 Oktober 2025 By admin

BMKG Prediksi Hujan Ringan Warnai Balapan Utama MotoGP Mandalika 2025

5 Oktober 2025 By admin

5 Makanan dengan Kandungan Magnesium Lebih Tinggi dari Almond

4 Oktober 2025 By admin

Ruben Amorim Bantah Taktik Jadi Biang Keterpurukan Manchester United

4 Oktober 2025 By admin

TikTok Tanggapi Pembekuan Sementara Izin PSE oleh Kemkomdigi

4 Oktober 2025 By admin

Jeda BRI Super League, Eliano Reijnders Antusias Bela Timnas Indonesia

3 Oktober 2025 By admin

Emas untuk Kehidupan: Dari Perut Bumi Martabe, Tumbuh Harapan Anak Negeri

3 Oktober 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Oktober 2025
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Sep    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Ketika Sehat Tak Bisa Dibeli, Sebuah Renungan dari Lorong Rumah Sakit
  • Pemkot Surabaya Kembangkan SITALAS untuk Perkuat Kebijakan Responsif Anak
  • Kemkomdigi Tegur X karena Tak Bayar Denda Pornografi
  • PSSI Tunggu Erick Thohir Bahas Nasib Kluivert Setelah Gagal ke Piala Dunia 2026
  • Trump Tegaskan Tidak Akan Biarkan Israel Langgar Gencatan Senjata di Gaza

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.