
Surabaya (Trigger.id) – Dalam kehidupan seorang muslim, istighfar bukan sekadar lafaz memohon ampun, melainkan jembatan menuju rahmat Allah yang Maha Luas. Di antara bentuk istighfar yang paling agung adalah Sayyidul Istighfar — penghulu dari segala doa permohonan ampun. Sebuah doa yang diajarkan langsung oleh Rasulullah ﷺ dan mengandung pengakuan tauhid, penghambaan, dan kerendahan hati di hadapan Allah Subhanahu wa Ta‘ala.
Lafaz Sayyidul Istighfar
اللّهُمّ أنتَ ربّي لا إله إلاّ أنت، خلقتني وأنا عبدُك، وأنا على عهدِك ووعدِك ما استطعت، أعوذُ بك من شرّ ما صنعت، أبوءُ لك بنعمتِك عليّ، وأبوءُ بذنبي، فاغفر لي، فإنه لا يغفر الذنوب إلا أنت.
“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku berusaha menjalankan perjanjian-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”
(HR. Bukhari, no. 6306)
Keistimewaan Sayyidul Istighfar
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa mengucapkan Sayyidul Istighfar pada waktu siang dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal pada hari itu sebelum malam, maka ia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya di waktu malam dengan penuh keyakinan, lalu ia meninggal sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga.”
(HR. Bukhari, no. 6306)
Hadits ini menunjukkan bahwa Sayyidul Istighfar adalah bentuk istighfar yang paling utama, dan di dalamnya terdapat keutamaan luar biasa — yaitu jaminan surga bagi siapa yang mengucapkannya dengan ikhlas dan penuh keyakinan, lalu wafat dalam keadaan demikian.
Waktu yang Tepat Membaca Sayyidul Istighfar
Mengacu pada hadits di atas, dua waktu yang sangat dianjurkan untuk membaca Sayyidul Istighfar adalah:
Pagi Hari (setelah Subuh hingga matahari terbit):
Agar jika seseorang meninggal pada hari itu, ia meninggal dalam keadaan ampunan dan termasuk penghuni surga.
Petang Hari (setelah Ashar atau menjelang Maghrib):
Agar jika seseorang meninggal malam harinya, ia pun mendapatkan jaminan surga sebagaimana janji Rasulullah ﷺ.
Pandangan Ulama Salafus Shalih
Para ulama salaf sangat menganjurkan istighfar secara umum, dan memuliakan Sayyidul Istighfar secara khusus.
Al-Hasan Al-Bashri berkata:
“Perbanyaklah istighfar kalian di rumah-rumah kalian, di meja makan kalian, di jalan-jalan kalian, di pasar-pasar kalian, dan di majelis-majelis kalian. Kalian tidak tahu kapan rahmat Allah turun.”
Imam Nawawi rahimahullah menegaskan:
“Disunnahkan memperbanyak istighfar setiap saat, dan disunnahkan mengucapkan Sayyidul Istighfar pada pagi dan sore hari, karena mengandung makna tauhid, ubudiyah, dan penyerahan diri yang sempurna kepada Allah.”
Makna Mendalam dari Sayyidul Istighfar
Tauhid Murni:
“Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau” — ini adalah fondasi aqidah.
Pengakuan Keterikatan:
“Aku adalah hamba-Mu” — sebuah pengakuan kehinaan dan keterikatan makhluk kepada Rabbnya.
Ikrar Janji:
“Aku berusaha menjalankan perjanjian-Mu” — pengakuan akan niat baik dan upaya taat.
Pengakuan Nikmat dan Dosa:
“Aku mengakui nikmat-Mu… dan dosaku” — ini adalah bentuk tafakur diri yang tinggi dan jujur.
Permohonan Ampunan:
“Ampunilah aku” — puncak dari semua doa, yang menunjukkan bahwa hanya Allah tempat kembali.
Penutup: Doa Penghulu Ampunan, Kunci Surga
Sayyidul Istighfar bukan hanya doa biasa, melainkan cermin keimanan, kunci rahmat, dan pintu surga. Siapa pun yang mengucapkannya dengan yakin, ia telah menempuh jalan para salihin, menyerahkan diri kepada Allah, dan memohon kepada-Nya dengan penuh harap dan takut.
Mari kita hidupkan doa ini dalam kehidupan kita — pagi dan petang, di hati dan lisan — hingga menjadi nafas jiwa yang terus mengalir, agar kita menjadi bagian dari hamba-hamba Allah yang diampuni dan dirahmati. (ian)
Tinggalkan Balasan