
Brussels/Berlin (Trigger.id) – Keputusan penyelenggara Flanders Festival Ghent di Belgia untuk membatalkan konser Munich Philharmonic memicu polemik luas di Eropa. Alasannya, konduktor asal Israel, Lahav Shani, dinilai tidak cukup mengambil jarak dari kebijakan pemerintah Israel terkait perang di Gaza.
Pihak festival menyatakan langkah tersebut diambil demi “menjaga ketenangan” perhelatan musik dan menegaskan keyakinan bahwa musik seharusnya menjadi “sumber persatuan dan rekonsiliasi.” Namun, bukannya ketenangan, keputusan itu justru memunculkan gelombang kritik, terutama dari Jerman.
Jerman Kecam: “Tindakan Antisemit”
Sejumlah politisi dan pakar antisemitisme di Jerman menilai pembatalan konser tersebut sebagai diskriminasi.
- Wolfram Weimer, Menteri Negara bidang Kebudayaan Jerman, menyebut langkah itu sebagai “preseden berbahaya,” bahkan “murni antisemitisme dan serangan terhadap dasar budaya kita.”
- Felix Klein, Komisioner Pemerintah Federal Jerman untuk Penanggulangan Antisemitisme, menilai alasan yang diberikan festival sebagai “tindakan tak terkatakan dan sangat antisemit.”
- Charlotte Knobloch, mantan Presiden Dewan Pusat Yahudi di Jerman, menyebut keputusan itu sebagai “contoh paling nyata dari kebencian terhadap Yahudi saat ini,” dan mengingatkan akan gema sejarah boikot Yahudi pada era Nazi.
Respons Konduktor Lahav Shani
Lima hari setelah pembatalan diumumkan, Lahav Shani menyampaikan pernyataan tertulis. Ia menyesalkan keputusan penyelenggara yang menyeret dirinya ke dalam “badai publik tak terduga” hingga berubah menjadi isu diplomatik.
Shani juga menegaskan pandangannya soal perang di Gaza.
“Seperti banyak orang Israel, saya tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan. Gambar dan laporan dari Gaza sangat mengganggu. Mustahil bersikap acuh terhadap bencana yang menimpa warga sipil. Segala upaya harus dilakukan untuk segera mengakhiri perang ini dan memulai proses panjang rekonsiliasi serta rekonstruksi bagi kedua masyarakat,” ujarnya.
Dukungan untuk Munich Philharmonic
Sebagai respons, Berliner Konzerthaus menggelar konser pengganti secara mendadak. Dalam pidatonya, Weimer menegaskan: “Kita tidak boleh membiarkan program panggung Eropa ditentukan oleh kaum antisemit. Kita adalah Eropa Pencerahan, bukan Eropa yang dikhianati Nazi 90 tahun lalu.”
Sementara itu, sejumlah teater di Eropa menegaskan tidak akan mengikuti jejak Ghent. Philharmonie Luxembourg, yang tetap menggelar konser bersama Shani pada 17 September, menyatakan: “Kami akan terus bekerja sama dengan seniman dari seluruh dunia. Kami menolak mengasosiasikan diri dengan boikot individu berdasarkan kebangsaan, karena tidak semua seniman mendukung kebijakan pemerintah mereka.” (bin)
Tinggalkan Balasan