Imam Al-Ghazali memberikan kritik tajam terhadap ahli ilmu yang sombong dan gemar memamerkan pengetahuan mereka. Menurutnya, ilmu yang disertai kesombongan adalah ilmu yang tidak bermanfaat karena justru menjauhkan seseorang dari kebenaran dan Allah.
Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu seharusnya membawa seseorang kepada kerendahan hati, bukan kesombongan. Seseorang yang memiliki ilmu tetapi menggunakannya untuk mencari pengakuan, pujian, atau kekuasaan telah menyimpang dari tujuan sebenarnya, yakni mendekatkan diri kepada Allah dan berbuat baik bagi sesama.
Imam Al-Ghazali menekankan agar seseorang tidak merasa bangga dengan ilmu yang dimiliki jika ilmu tersebut juga dipahami oleh orang lain. Nasihat ini merupakan kritik terhadap perilaku orang-orang yang gemar “memamerkan” kepandaiannya.
Menurut Al-Ghazali, ilmu yang bermanfaat adalah yang diiringi dengan sikap tawadhu’ (rendah hati) dan digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk kesombongan atau untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Hal ini selaras dengan konsep keilmuan yang seharusnya berfungsi untuk kemaslahatan dan memperbaiki akhlak.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin sangat menekankan pentingnya ilmu dalam kehidupan manusia. Ia membagi ilmu menjadi dua kategori: ilmu yang bermanfaat (ilmu naf’i) dan ilmu yang tidak bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mendekatkan seseorang kepada Allah dan memperbaiki akhlaknya. Al-Ghazali mengingatkan agar para penuntut ilmu selalu rendah hati, tidak merasa bangga dengan ilmunya, dan menjadikan ilmu sebagai sarana untuk mencari ridha Allah, bukan untuk tujuan duniawi seperti mendapatkan pujian atau kekuasaan.
—000—
*Pemimpin Redaksi Trigger.id
Tinggalkan Balasan