
“Pertanyaannya, apakah bencana atau musibah itu datang begitu saja atau hal tersebut wajar karena peristiwa alam?.”
Oleh: Ustadz Dr. H. Das’ad Latif, S.Sos., S.Ag., M.Si., Ph.D (Pengajar di Universitas Hasanuddin Makassar)

Menjelang pergantian tahun atau beberapa hari terakhir ini, musibah datang silih berganti. Belum kering air mata kita mendengar dan menyaksikan gempa di Cianjur Jawa Barat, muncul erupsi Gunung Semeru di Lumajang Jawa Timur.
Belum tuntas memikirkan nasib para pengungsi dan korban dari dua peristiwa alam tersebut, kemarin terdengar kabar gempa mengguncang Kabupaten Jember dan sekitarnya.
Pertanyaannya, apakah bencana atau musibah itu datang begitu saja atau hal tersebut wajar karena peristiwa alam?, ternyata dalam kajian agama jawabannya tidak. Bencana yang datang silih berganti tersebut terjadi karena ulah kita atau dalam bahasa lain musibah datang karena kita undang.
Dalam Al Quran sudah jelas diterangkan bahwa musibah atau bencana itu terjadi karena ulah manusia. Kita sebagai orang yang beriman harus percaya hal tersebut (Al Quran). Kalau kita tidak percaya dengan apa yang ada dalam Al Quran, berarti kita hanya pura-pura beriman.
Dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 114 disitu diterangkan bahwa ada empat penyebab turunnya musibah atau bencana. Allah berfirman:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوٓا۟ إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ ٱلنَّاسِ وَبَآءُو بِغَضَبٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلْمَسْكَنَةُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا۟ يَكْفُرُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَيَقْتُلُونَ ٱلْأَنۢبِيَآءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا۟ وَّكَانُوا۟ يَعْتَدُونَ
Artinya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.
Dari ayat tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, bencana datang itu karena kita kufur terhadap ayat-ayat Allah (ayat yang tercipta dan ayat yang tertulis). Ayat tertulis Al Quranul Karim, ayat tercipta adalah alam semesta ini.
Kita mengaku beriman dan itu ditulis di UUD 1945, “Atas berkat rahmat Allah….”. Tetapi dalam prakteknya kita seringkali mengabaikan panggilan Allah. Saat adzan berkumandang kita ternyata tidak beregas menunaikan shalat, suara adzan dianggap mengganggu dan seterusnya. Adzan itu merupakan panggilan Allah dan harusnya panggilan itu dengan suara keras. Bukan sebaliknya.
Kedua, kita membunuh Nabi secara tidak hak. Apakah kita membunuh Nabi?. Secara fisik pasti tidak karena sekarang tidak ada Nabi lagi setelah Nabi Muhammad SAW. Tetapi sunnah-sunnah Nabi itu yang kita bunuh. Makan sambil berdiri terutama saat undangan pesta, anak-anak kita biarkan berpelukan dalam acara prewedding. Padahal jelas-jelas mereka pasangan yang belum sah sebagai suami istri, mengubah nasab dengan cara mengubah nama belakang istri kita dan sunnah-sunnah yang lain.
Ketiga, perbuatan yang melampaui batas. Contoh bagaimana penghormatan kita terhadap ulama. Bagaimana penghormatan kita terhadap ayat-ayat Allah. Menuliskan kalimat laa ilaha illallah, sudah dianggap membahayakan. Padahal itu adalah kalimat tauhid. Siapa yang melakukan itu semua, ternyata umat Islam sendiri. Ini ironi.
Keempat, melakukan dosa secara terang-terangan. Kita sebagai umat (Islam) sudah tidak malu-malu lagi berbuat dosa. Banyak contohnya. Korupsi sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Budaya menyogok atau menyuap terjadi dimana-mana. Dan yang lebih parah lagi, Kementerian yang seharusnya mengurusi soal pendidikan, akhirat dan Kementerian sosial ternyata yang paling besar nilai korupsinya.
Bagaimana bencana atau musibah tidak datang, karena kita yang mengundang. Bagaimana Allah tidak murka, karena kita sendiri yang menjadi penyebabnya. Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Surat Al-A’raf Ayat 96).
Tinggalkan Balasan