
Jakarta (Trigger.id) – Presiden Prabowo Subianto, pada Kamis (23/1) di Jakarta, memberikan arahan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana di berbagai wilayah Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, Presiden menekankan pentingnya koordinasi yang lebih baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta masyarakat dalam rangka mitigasi bencana dan penanganan darurat.
Presiden Prabowo menyoroti ancaman bencana alam yang kerap terjadi, seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan kebakaran hutan. Menurutnya, perubahan iklim global turut memperbesar risiko bencana di Tanah Air, sehingga upaya mitigasi harus dilakukan dengan serius dan terintegrasi.
“Indonesia adalah negara yang sangat rentan terhadap bencana. Sebagai negara kepulauan dengan geologi yang kompleks, kita tidak bisa hanya reaktif saat bencana terjadi. Kita harus proaktif, siap dengan perencanaan matang, dan memiliki sistem yang tanggap terhadap segala kemungkinan,” ujar Presiden Prabowo dalam pidatonya.
Ia juga menginstruksikan BNPB untuk memperkuat program edukasi bencana bagi masyarakat, terutama di daerah-daerah yang rawan bencana. Presiden menilai bahwa kesadaran masyarakat akan potensi bencana dan langkah-langkah mitigasi dapat menyelamatkan banyak nyawa.
“Kesiapsiagaan bukan hanya tugas pemerintah. Masyarakat harus paham apa yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana. Kita harus membangun budaya sadar bencana yang kuat di tengah masyarakat,” tambah Presiden.
Selain itu, Presiden meminta agar teknologi modern digunakan untuk memantau dan memperkirakan potensi bencana secara lebih akurat. Data dan informasi yang tersedia harus disampaikan secara cepat kepada masyarakat melalui berbagai saluran komunikasi.
Di akhir pidatonya, Presiden Prabowo menegaskan bahwa alokasi anggaran untuk penanggulangan bencana akan diprioritaskan dalam APBN, guna memastikan bahwa sumber daya yang dibutuhkan tersedia dan dapat digunakan secara efektif.
“Kita tidak hanya fokus pada tanggap darurat, tetapi juga pada upaya pencegahan dan pemulihan pasca-bencana. Dengan demikian, kita dapat membangun Indonesia yang lebih tangguh menghadapi tantangan di masa depan,” tutupnya.
Sebelumnya, Pada Senin, 20 Januari 2025, terjadi bencana tanah longsor di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Hingga Jumat, 24 Januari 2025, jumlah korban tewas mencapai 22 orang, dengan 4 orang masih dinyatakan hilang.
Bencana ini juga menyebabkan kerusakan infrastruktur, termasuk 27 rumah rusak berat, 5 jembatan rusak, 3 akses jalan tergenang, tanggul jebol, dan 3 kendaraan rusak.
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan belasungkawa dan menginstruksikan tindakan cepat dalam penanganan bencana ini.
Bencana ini meninggalkan dampak psikologis yang mendalam bagi keluarga korban dan warga setempat, dengan banyak yang meninggalkan desa untuk mengatasi trauma. (bin)
Tinggalkan Balasan