Jakarta (Trigger.id) – Masih ingat bagaimana sikap masyarakat menghadapi krisis moneter 1998, dan kesulitan ekonomi dampak pandemi Covid-19 lalu.
Satu yang harus dilakukan, mengubah perilaku atau gaya hidup konsumtif menjadi lebih berhemat dan realistis. Bentuknya macam-macam. Yang semula ke kantor naik mobil pribadi mulai ‘mengandangkan’ mobil kebanggaannya dan menggantinya dengan naik sepeda motor atau naik kendaraan umum.
Kemudian yang biasa dua-tiga hari sekali jalan-jalan ke mall atau nonton film, mulai mengurangi kebiasaan tersebut hanya satu kali dalam seminggu atau dua minggu. Kemudian yang biasa liburan ke luar kota, ikut juga memangkas kebiasaan tersebut hanya jika sangat perlu saja.
Dunia usaha juga begitu. Yang semula menerapkan enam hari kerja dalam seminggu, mereka menguranginya dengan cukup lima atau empat hari saja kerja. Otomatis penghasilan para karyawan/buruh juga ikut terpangkas.
Lalu stasiun televisi swasta juga sama. Beberapa diantaranya harus menghentikan siaran non stopnya, dan mengakhiri siaran tepat ;pukul 00.00.
Cerminan dampak krisis moneter di atas seakan membayangi kehidupan masyarakat saat ini, dipicu naiknya BBM non subsidi Pertamax yang cukup signifikan. Mau tidak mau pemilik kendaraan yang biasanya menggunakan BBM Pertamax mulai harus berpikir cermat. Mau terus menggunakan Pertamax dengan resiko harus mengubah kebiasaan hidup, atau berani turun kelas dengan mengkonsumsi BBM Pertalite dengan resiko kerusakan mesin kendaraan karena menggunakan BBM bertimbal.
Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Budi Gunawan mengajak masyarakat berdaptasi gaya hidup setelah adanya kenaikan harga BBM jenis Pertamax. “Soluisi paling tepat menghadapi kondisi ekonomi yang mengarah pada stagnasi adalah dengan mengadaptasinya sesuai dengan kemampuan ekonomi riil masing-masing,” ujar Budi dalam pers rilisnya, Senin (4/4).
Menurut Budi Gunawan, solusi tersebut tidak hanya berlaku untuk individu saja, tetapi juga untuk bangsa yang harus kembali membudayakan nilai-nilai kearifan lama yang hampir hilang karena desakan budaya konsumerisme. (ian)
Tinggalkan Balasan