

Kain tradisional kerap dianggap sekadar peninggalan masa silam. Namun di tangan Eni Joe, desainer Indonesia yang konsisten mengangkat kekayaan tekstil nusantara, kain tradisional justru menjelma menjadi bahasa visual yang terus berbicara—menyampaikan pesan budaya yang terus berkembang di panggung global.
Hal inilah yang terasa kuat dalam koleksi terbarunya bertajuk “Sunset Gala Reverie”, yang memukau para pencinta mode di ajang Indonesia Fashion Week tahun ini. Lewat koleksi ini, Eni Joe menghadirkan kembali pesona kain Endek Bali dalam balutan gaya kontemporer yang memikat hati dan mata.
Endek, kain tenun khas Bali yang dahulu banyak dikenakan dalam upacara adat dan kegiatan sakral, diangkat Eni Joe menjadi karya fashion yang tidak hanya elok secara visual, tapi juga memuat kedalaman makna. Ia tidak sekadar menggunakan Endek sebagai hiasan, melainkan merangkai benang-benang tradisi itu ke dalam narasi mode yang baru—yang bisa diterima dan dinikmati oleh generasi saat ini.
Siluet busana dalam koleksi ini mengalir lembut, menyiratkan keanggunan seperti senja yang perlahan menyentuh cakrawala Bali. Palet warna yang digunakan pun tak kalah puitis: merah jingga, emas pudar, dan ungu lembayung, seakan menggambarkan perubahan langit di penghujung hari. Semua berpadu dalam motif elegan khas Endek yang tetap dijaga keasliannya.
“Sunset Gala Reverie adalah perayaan akan transisi,” ujar Eni Joe dalam salah satu sesi wawancaranya. “Transisi antara masa lalu dan masa kini, antara tradisi dan modernitas. Saya ingin menunjukkan bahwa kain tradisional tidak harus tinggal di museum—ia bisa hadir di runway, di gala dinner, bahkan dalam kehidupan sehari-hari dengan tetap membawa roh budayanya.”
Kepekaan Eni Joe dalam memadukan elemen lokal dengan sentuhan global memang bukan hal baru. Namun dalam koleksi ini, ia membawa pendekatan yang lebih reflektif. Tak hanya berbicara tentang estetika, ia juga menyisipkan pesan keberlanjutan dan pelestarian. Ia menggandeng para penenun lokal dari Bali dalam proses produksi, memastikan bahwa warisan ini tidak hanya hidup di panggung, tapi juga di komunitas asalnya.
Dengan Sunset Gala Reverie, Eni Joe tidak sekadar menghadirkan pakaian. Ia membawa pengalaman visual yang menyentuh, membawa kita berjalan dalam senja yang penuh harapan—di mana tradisi dan masa depan saling menyapa dalam keindahan yang utuh.
Dan seperti langit senja yang tak pernah sama, karya Eni Joe kali ini kembali membuktikan bahwa kain tradisional Indonesia punya tempat abadi dalam peta mode dunia—asal ada yang setia merangkainya dengan cinta.
—000—
*Pemimpin Redaksi Trigger.id
Tinggalkan Balasan