
Washington (Trigger.id) – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama dari rencana gencatan senjata yang ia ajukan untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza. Kesepakatan ini juga mencakup pertukaran tahanan dan pembebasan sandera.
“Saya dengan bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui fase pertama dari Peace Plan kami,” tulis Trump di platform Truth Social, Rabu (8/10) waktu setempat.
Ia menambahkan bahwa “seluruh sandera akan segera dibebaskan, dan pasukan Israel akan ditarik ke garis yang telah disepakati.”
Mediator utama Qatar mengonfirmasi tercapainya kesepakatan tersebut, meski belum mengungkapkan rinciannya.
“Para mediator mengumumkan bahwa malam ini telah dicapai kesepakatan atas seluruh ketentuan dan mekanisme pelaksanaan fase pertama perjanjian gencatan senjata Gaza, yang akan mengarah pada berakhirnya perang, pembebasan sandera Israel dan tahanan Palestina, serta masuknya bantuan kemanusiaan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, melalui platform X.
Trump juga menyampaikan bahwa negosiasi berjalan “sangat baik” dan berencana mengunjungi Timur Tengah akhir pekan ini. “Saya mungkin akan ke sana sekitar akhir pekan, mungkin hari Minggu,” ujarnya di Gedung Putih.
Pertemuan lanjutan diadakan di Sharm el-Sheikh, Mesir, dengan kehadiran pejabat tinggi dari Qatar, Turki, Mesir, dan Amerika Serikat, yang berperan sebagai mediator untuk menyatukan posisi kedua belah pihak terkait proposal 20 poin yang diajukan Trump.
Menurut sumber diplomatik, tahap pertama rencana tersebut mencakup gencatan senjata sementara dan pembebasan 48 sandera Israel yang ditahan di Gaza — termasuk 20 yang diyakini masih hidup — serta pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel.
Dalam proses negosiasi itu turut hadir menantu Trump, Jared Kushner, dan utusan khusus Steve Witkoff, bersama Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer, yang dikenal sebagai penasihat dekat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, juga ikut bergabung dalam perundingan tersebut. Dari pihak Hamas, hadir Khalil al-Hayya dan Zaher Jabarin, dua negosiator yang selamat dari upaya pembunuhan oleh Israel di Doha bulan lalu.
Pejabat senior Hamas, Izzat al-Risheq, menyambut baik keterlibatan Qatar, Turki, dan Mesir dalam perundingan tersebut. Menurutnya, kehadiran mereka “memberi dorongan kuat” bagi tercapainya hasil positif menuju akhir perang dan pertukaran tahanan.
Selain Hamas, kelompok Palestinian Islamic Jihad (PIJ) juga dikabarkan akan berpartisipasi dalam pembicaraan tidak langsung di Mesir. PIJ merupakan kelompok bersenjata yang lebih kecil di Gaza namun masih menahan sejumlah sandera Israel.
Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menyebut pembicaraan telah menunjukkan “kemajuan signifikan” dan optimistis gencatan senjata akan segera diumumkan jika kesepakatan penuh tercapai.
Sementara itu, analis politik senior Al Jazeera, Marwan Bishara, menilai negosiasi masih menghadapi perbedaan tajam, terutama soal waktu dan skala penarikan pasukan Israel, bentuk pemerintahan pascaperang di Gaza, serta status Hamas ke depan.
“Bisa dikatakan tahap awal dari rencana awal ini mulai menunjukkan hasil,” ujar Bishara. “Kedua pihak tampaknya telah menyepakati parameter dasar untuk pertukaran sandera dan tahanan.”
Namun, ia menambahkan, perbedaan tetap ada dalam penafsiran akhir.
“Menurut rencana, setelah Hamas menyerahkan para sandera, perang seharusnya berakhir,” katanya. “Tapi bagi Israel, perang baru akan benar-benar berakhir jika Hamas menyerahkan seluruh senjatanya.” (ian)
Tinggalkan Balasan