
Gaza (Trigger.id) — Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap kondisi gizi anak-anak di Gaza. Berdasarkan data terbaru, satu dari setiap 10 anak yang diperiksa di klinik UNRWA di wilayah tersebut mengalami malnutrisi. Situasi ini dianggap sebagai krisis kemanusiaan yang “direkayasa dan dibuat oleh manusia”, akibat blokade ketat Israel yang menghambat masuknya bantuan kemanusiaan.
Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan bahwa kekurangan suplai gizi telah mencapai titik kritis. “Penolakan masuknya bantuan telah menyebabkan kekurangan pasokan nutrisi yang sangat parah,” ungkapnya pada Selasa. Ia menegaskan bahwa PBB harus diberi akses untuk mengirim bantuan dalam skala besar, terutama untuk menyelamatkan anak-anak yang kelaparan. Ia juga memperingatkan, “Setiap penundaan gencatan senjata hanya akan menyebabkan lebih banyak kematian.”
UNRWA melaporkan bahwa sejak Januari 2024, lebih dari 240.000 anak di bawah usia lima tahun telah disaring di klinik mereka. Sebelum perang, kasus malnutrisi akut hampir tidak pernah ditemukan di Gaza.
Juliette Touma, Direktur Komunikasi UNRWA, dalam keterangan pers dari Amman, Yordania, mengatakan bahwa pasokan penting seperti obat-obatan, makanan bergizi, bahan kebersihan, dan bahan bakar semakin menipis. “Salah satu perawat mengatakan kepada kami bahwa sebelumnya ia hanya melihat kasus seperti ini di buku teks dan film dokumenter,” ujar Touma.
UNRWA juga menyebutkan bahwa lebih dari 6.000 truk berisi bantuan, termasuk makanan dan peralatan medis, kini tertahan di luar Gaza, menunggu izin masuk.
Sementara itu, organisasi medis Palestina-Australia-Selandia Baru (PANZMA) juga melaporkan tindakan keras Israel yang memperparah situasi. Andee Clark Vaughan, seorang perawat darurat dari PANZMA, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa susu formula bayi disita oleh otoritas Israel dari para pekerja medis yang mencoba masuk ke Gaza.
“Banyak ibu di sini mengalami kekurangan gizi parah, sehingga tidak bisa memproduksi ASI untuk bayinya,” kata Vaughan. Dalam upaya bertahan, para ibu terpaksa mencampur air — yang seringkali tidak aman — dengan kacang atau lentil untuk memberi makan anak mereka.
UNICEF menambahkan bahwa lebih dari 5.800 anak telah didiagnosis mengalami malnutrisi pada bulan lalu, termasuk lebih dari 1.000 kasus malnutrisi akut parah. Angka ini menunjukkan peningkatan selama empat bulan berturut-turut.
UNRWA menyerukan agar dunia internasional tidak tinggal diam. “Dunia tidak bisa terus berpaling,” tegas Touma. (ian)
Tinggalkan Balasan