
Oleh: dr. Ari Baskoro SpPD K-AI –*

Gugatan batasan usia minimal bagi Capres-Cawapres, sedang dalam proses persidangan di Mahkamah Konstitusi (MK). Dari ketentuan semula 40 tahun, untuk dapat diturunkan menjadi 35 tahun.Pro-kontra antara yang mendukung dan yang tidak setuju terhadap materi gugatan tersebut, juga berkembang di masyarakat. Banyak pihak yang mengaitkannya dengan agenda politik tertentu menyongsong Pemilu 2024. Lepas dari persoalan dukung mendukung, apa sebenarnya makna usia di balik sikap/pandangan politik seseorang ? Seperti kaidah biologi pada umumnya, perkembangan usia tahap demi tahap, akan sangat menentukan kematangan cara/proses berpikir seseorang.
Setiap manusia akan mengalami perubahan fisiologi yang terkait dengan pertambahan usia. Perkembangan fisiologis tersebut, lazimnya akan diiringi dengan perubahan psikologis dan perilaku. Pola perkembangannya juga bisa dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonomi.Dapatbersifat timbal balik dan saling memengaruhi.
Mayoritas organ tubuh akan mengalami puncak fungsional. Hal itu biasanya terjadi pada dekade ketiga dan keempat kehidupan. Setelahnya akan terjadi penurunan secara bertahap.
Proses biologi “penuaan”
Proses degenerasi, akan segera terjadi setelah tercapainya fase dewasa. Banyak aspek biologi-fisiologis yang mendasari mekanisme tersebut. Performa berbagai organ tubuh, seperti otak, jantung, ginjal, paru, ataupun sistem pencernaan dan lever, nantinya akan menurun secara bertahap. Itu semua terjadi sebagai konsekuensi logismekanisme “penuaan yang terprogram”,padasel-sel yang menyusun masing-masing organ tersebut. Dampaknya, kapasitas cadangan masing-masing organakan menyusut secara bertahap. Meski demikian, penuaan kronologis (berdasarkan umur) tidak selalu sejalan dengan penuaan biologis (berdasarkan kapasitas fungsional). Sifatnya sangat variatif dan individual. Pada umumnya proses menua pada perempuan lebih lambat dibanding laki-laki. Karena itulah usia harapan hidup (UHH) kaum Hawa, secara epidemiologi lebih lama dibandingkan kaum Adam.
Perubahan yang menarik untuk diamati, adalah apa yang terjadi pada pembuluh darah. Risiko terjadinya arteriosklerosis akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Proses penebalan dinding pembuluh darah oleh jaringan ikattersebut, bersifat progresif. Dampaknya, pembuluh darah menjadi kurang elastis. Tidak mengherankan, bila semakin bertambahnya usia seseorang, risiko terjadinya hipertensi juga akan meningkat. Walaupun demikian,kaidahtersebut tidak seratus persen berlaku. Faktanya proses arteriosklerosis sudah bisa terjadi saat usia remaja.Penyempitan pembuluh darah pada area tubuh tertentu, membawa risiko terjadinya gangguan suplai oksigen dan nutrisi pada organ-organ tubuh. Pembuangan karbon dioksida dan limbah metabolik, juga menjadi terganggu karenanya. Dampak rentetannya menimbulkan perubahan pada sel-sel dan jaringan di seluruh tubuh. Tidak hanya hipertensi, proses menua selalu diikuti risiko meningkatnya berbagai penyakit. Contohnya adalah kanker, penyakit Alzheimer, diabetes, penyakit kardiovaskuler, stroke, dan mungkin masih banyak lagi lainnya.
Banyak faktor yang saling terkait dalam memicu terjadinya arteriosklerosis dan penurunan fungsi masing-masing organ. Faktor genetik,obesitas, pola hidup sehat (misalnya rajin berolah raga, diet makanan sehari-hari)dan penyakit tertentu, serta faktor lingkungan,sangat berperan penting melandasi mekanisme tersebut. Stres kehidupan dan budaya, juga bisa ikut berperan. Dalam banyak hal, kehilangan cadangan fungsi organ-organ tubuh, akan menyulitkan pemulihan keseimbangan (equilibrium) dalam tubuh.
Perkembangan psikologis
Aspek perkembangan menuju kematangan jiwa, juga berproses sesuai usia.Sering kali perubahan yang bisa diamati adalah dalam kaitannya dengan kondisi fisik, aspek kognitif, sosial, emosional, dan komunikasi. Perkembangan ini pada setiap individu mempunyai kecepatan yang berbeda-beda.
Fase middleadulthood (dewasa menengah), merupakan tahap perkembangan yang cukup lama. Itu dimulai pada rentang usia 35-45 tahun dan berakhir sekitar 55-65 tahun. Pada fase ini, seseorang ingin lebih fokus pada “tujuan hidup” dan banyak berkontribusi terhadap lingkungannya. Inilah “fase keemasan” seseorang dengan karier puncaknya. Capaian ini akan berusaha “dipertahankan”, sampai pada saatnya mereka berpulang. Tentu saja dengan harapan meninggalkan jejak kenangan manis untuk generasi berikutnya. Harapan itu bisatercermin dari aktivitasnya dalam upaya meningkatkan karier, keluarga,dan keanggotaan serta keterlibatannyadalam suatu kelompok.
“Kaum muda” cenderung lebih dominan dalam menginisiasi perubahan politik dan sosial. Mereka juga lebih fleksibel dalam penyesuaian diri,untuk mengembangkan dan mengadopsi teknologi baru. Termasuk kebutuhannya akan pendidikan.
Para aktivis dalam fase perkembangan ini, tidak akan ragu dalam mempertaruhkan nyawa mereka. Hal itu dilakukan demi masa depan yang lebih baikbagi generasiberikutnya.
Pemilih muda
Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), komposisi pemilih dalam Pemilu 2024, akan didominasi oleh kelompok usia muda.Terbanyak pada rentang usia antara 17-39 tahun. Diperkirakan proporsinya mencapai 60 persen dari total pemilik suara sah. Persentase itu setara dengan 114 juta pemilih. Tetapi di sisi lain, tampaknya ada “keengganan” generasi muda untuk terjun secara langsung ke dunia politik praktis, sebagai anggota partai politik.Jumlahnya peminatnya diperkirakan hanya mencapai 1,1 persen.Pendapat tersebut dikemukakan oleh Center For Strategicand International Studies (CSIS).
Ada sisi menarik pemilih muda. Mereka cenderung bersikap dinamis, adaptif dan responsif. Terutama pergeseran minat mereka pada isu-isu politik dan karakteristik kepemimpinan nasional. Survei CSIS juga menunjukkan adanya peningkatan ketertarikan pemilih muda terhadap karakter calon pemimpin yang jujur dan anti-korupsi. Perubahan perilaku kaum muda dalam pandangan politiknya, tidak terlepas dari penetrasi internet dan media sosial.
Faktor kesehatan fisik dan psikologis, tidak dapat dipungkiri akan menjadi modal penting bagi calon pemimpin bangsa. Selain melalui skrining kesehatan fisik dan mental, rekam jejaknyaakan sangat menentukan kualifikasi kesehatan calon pemimpin tersebut. Usia merupakan faktor yang bisa sangat menentukan.
Apa pun hasil yang akan diputuskan oleh MK, semoga akan dapat membawa angin segar bagi masa depan bangsa ini.
*Penulis:
- Divisi Alergi-Imunologi Klinik Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
- Penulis buku Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri) dan Serba-serbi Obrolan Medis
Tinggalkan Balasan