
Sejak perang Israel-Palestina meletus pada 7 Oktober 2023 lalu, jumlah korban jiwa terus meningkat. Di pihak Palestina sedikitnya 18.884 orang meninggal dunia dan lebih dari 55.000 orang terluka.
Melansir kantor berita WAFA, Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa jumlah korban jiwa di Jalur Gaza telah mencapai 18.600 orang, sementara jumlah korban tewas di Tepi Barat juga melonjak menjadi 286 orang. Selain itu, sebanyak 51.000 warga Palestina luka-luka di Gaza dan sekitar 3.430 lainnya di Tepi Barat.
Sementara Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf yang akrab disapa Gus Yahya menilai hak veto oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah melemahkan penegakan Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Dalam rilis pers yang diperoleh ANTARA, Jumat (15/12/2023), Gus Yahya menyatakan hak veto itu telah melemahkan legitimasi PBB dan memungkinkan terjadinya pelanggaran aturan oleh pihak-pihak yang mengejar tujuan tersendiri melalui berbagai upaya politik, ekonomi, dan militer.
Gus Yahya menyatakan itu semua dalam sebuah acara di Universitas Princeton, New Jersey, Amerika Serikat, pada Rabu (13/12/2023).
Gus Yahya menilai hak veto membuat anggota tetap Dewan Keamanan PBB melindungi kepentingan nasional atau sekutunya sekalipun bertentangan dengan konsensus internasional.
Gus Yahya mengakui peran besar negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, dalam membentuk tatanan internasional pascaperang. Dia menilai, kekuatan ekonomi, militer, dan politik Barat menjadi pilar utama yang mendukung tatanan itu.
“Namun ketika negara-negara lain memanfaatkan peluang yang diberikan oleh keterbukaan, keamanan, dan stabilitas sistem internasional pascaperang, kekuatan Barat yang tadinya hegemonik kini mengalami kemunduran, dan dunia multikutub pun mulai muncul,” papar Gus Yahya. (ant/zam)
Sumber: Antara dan lainnya
Tinggalkan Balasan