
– Sebanyak 33 mahasiswa dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) sukses menjadi awardee Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2024. Para mahasiswa akan diberangkatkan ke Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Irlandia, Australia, Selandia Baru, Jepang, serta beberapa negara lain di Asia dan Eropa.
Dekan Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat SPsi MSc PhD, mengungkapkan jumlah mahasiswa yang diberangkatkan tahun ini merupakan pencapaian baru Fakultas Psikologi UGM. “Bisa dikatakan, jumlah ini lebih dari 10% dari total 250 mahasiswa aktif di Fakultas Psikologi,” terangnya.
Maka, ia menyampaikan ucapan selamat dan apresiasi atas keberhasilan mahasiswa lolos program IISMA. “Selamat untuk para mahasiswa yang mendapatkan kesempatan mengikuti IISMA tahun ini. Dari tahun ke tahun, semakin banyak mahasiswa Fakultas Psikologi mendapatkan program seperti ini,” ungkap Rahmat, lewat situs resmi ugm.ac.id.
Pramudyawardhani Mahira Kusumaningtyas, yang dikirim ke University of Padua di Italia, mengaku tertarik Program IISMA sejak masih di SMA. “Saya duduk di kelas 11 ketika program ini pertama kali diluncurkan. Oleh karena itu, ketika diterima di UGM, saya berencana mendaftar IISMA di tahun kedua kuliah,” tutur Mahira.
Sayangnya, pendaftaran pada 2023 belum membuahkan hasil. Walaupun sempat pesimis, Mahira bertekad mendaftar lagi tahun ini. Ia melakukan banyak evaluasi dari hasil seleksi sebelumnya agar tidak mengulang kesalahan yang sama.
Mahira menjelaskan strateginya lolos tahap seleksi administrasi, esai, dan interviu. Ia meningkatkan kemampuan menulis esai dengan meminta bantuan IISMA awardee sebelumnya. Ia juga sangat hati-hati mencantumkan berkas yang diminta. “Berkas-berkas harus dipastikan lengkap dan tidak ada kesalahan,” ujarnya.
Laras Utami, yang lolos ke University of Birmingham di Inggris, juga membeberkan pengalaman seleksi IISMA. Karena tingginya minat peserta lain yang ikut mendaftar IISMA, gangguan sekecil apapun akan diperhitungkan dalam proses seleksi.
Ketika tahap interviu, Laras justru mengalami hambatan di perangkatnya. “Tiba-tiba kamera laptop aku mati. Panik. Aku harus beralih ke ponsel. Sedangkan interviunya menunggu di ruang meeting. Aku merasa nggak punya harapan lagi sejak itu,” kenangnya.
Tentu Laras gelisah. Namun, saat melihat pengumuman hasil, ia diterima di Birmingham. “Saya bersyukur. Apalagi beberapa teman yang mendaftar juga dinyatakan lolos sebagai IISMA awardee,” terangnya. (zam)
Tinggalkan Balasan