

Memperingati Hari Santri pada 22 Oktober memiliki makna penting, terutama bagi para santri dalam menghadapi tantangan era digital. Di tengah transformasi teknologi yang pesat, santri tidak hanya dituntut unggul dalam pengetahuan agama, tetapi juga melek digital.
Di tengbh arus informasi berlebih. santri dihadapkan dengan informasi yang tidak terfilter. Mereka harus bisa memilah antara informasi yang benar dan hoaks, terutama terkait isu agama yang sensitif.
Selain informasi hoaks, akses mudah ke konten pornografi dan ekstremisme juga menjadi tantangan besar bagi santri untuk menjaga moralitas dan adab Islami.
Era digital memerlukan keterampilan khusus, seperti pemrograman, keamanan siber, dan literasi media. Ini bisa menjadi tantangan karena tidak semua pesantren fokus pada pendidikan berbasis teknologi.
Hambatan dalam Penerapan Digitalisasi bagi Santri
- Keterbatasan Infrastruktur Teknologi
Banyak pesantren berada di daerah terpencil dengan akses internet terbatas dan sarana belajar digital yang minim, membuat integrasi teknologi menjadi sulit. - Kurangnya Pelatihan dan Tenaga Pengajar Digital
Santri dan pengajar di pesantren umumnya belum familiar dengan penggunaan teknologi digital dalam pendidikan, sehingga pelatihan masih dibutuhkan. - Ketidakseimbangan antara Tradisi dan Modernitas
Beberapa pesantren masih khawatir akan dampak negatif modernitas dan enggan mengintegrasikan teknologi, karena dikhawatirkan mengurangi fokus pada pendidikan agama tradisional.
Potensi Besar jika Santri Melek Digital
- Pengembangan Dakwah Digital
Santri dapat memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk berdakwah secara kreatif dan menjangkau lebih banyak orang, termasuk generasi muda. - Wirausaha Digital
Dengan pemahaman teknologi, santri bisa menjadi pelaku entrepreneur berbasis digital, seperti membuka toko daring atau membuat konten Islami yang bernilai komersial. - Peran dalam Literasi dan Keamanan Digital
Santri yang menguasai dunia digital berpotensi menjadi agen literasi digital yang mengedukasi masyarakat tentang keamanan internet dan penggunaan teknologi secara bijak. - Keterlibatan dalam Inovasi Pendidikan
Dengan penguasaan teknologi, santri bisa menjadi pelopor pembaruan kurikulum pesantren agar lebih relevan dengan kebutuhan zaman, seperti dengan pembelajaran daring atau aplikasi berbasis Islami.
Santri di era digital memiliki peluang besar untuk berkontribusi tidak hanya dalam aspek keagamaan tetapi juga ekonomi dan pendidikan melalui penguasaan teknologi. Namun, ini memerlukan dukungan berupa pelatihan keterampilan digital, akses infrastruktur, serta perubahan paradigma dalam pengajaran di pesantren. Dengan demikian, santri dapat menjadi garda terdepan dalam menciptakan ekosistem digital yang Islami dan produktif.
Program Santri Digitalpreneur
Program Santri Digitalpreneur, yang diprakarsai oleh Sandiaga S. Uno, bertujuan untuk membekali para santri dengan keterampilan digital dan kewirausahaan, mempersiapkan mereka menghadapi ekonomi kreatif di era digital. Program ini menargetkan santri di seluruh Indonesia dengan potensi besar dari lebih dari 28.000 pesantren dan 4,5 juta santri yang tersebar di berbagai wilayah.
Santri Digitalpreneur menawarkan pelatihan di bidang kreatif, pemasaran digital, hingga produksi konten, termasuk animasi. Melalui pelatihan ini, santri didorong menjadi inovatif dan adaptif. Program ini juga mendukung pemasaran produk karya santri melalui platform seperti Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, sekaligus meningkatkan keterampilan mereka dalam promosi dan pengemasan produk.
Sandiaga menekankan bahwa program ini tidak hanya berfokus pada ekonomi digital, tetapi juga mempromosikan karakter akhlakul karimah, mengintegrasikan aspek religius dan kompetensi profesional. Santri diharapkan berperan aktif dalam UMKM dan sektor pentahelix untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif nasional.
—000—
*Pemimpin Redaksi Trigger.id
Tinggalkan Balasan