
Menurut Buya Yahya, beristighfar adalah cara mendekatkan diri kepada Allah dan memohon ampun atas dosa-dosa, namun ditimpa musibah meskipun telah banyak istighfar bukanlah hal yang bertentangan dengan rahmat Allah. Sebaliknya, musibah sering kali menjadi ujian untuk meningkatkan derajat keimanan seseorang dan bentuk kasih sayang Allah yang mengingatkan manusia untuk terus bersabar dan mendekat kepada-Nya.
Beliau juga menekankan bahwa istighfar tidak hanya menghapus dosa tetapi menjadi pembuka keberkahan hidup, termasuk jalan keluar dari kesulitan dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, sebagaimana disampaikan dalam hadits Rasulullah SAW: “Barang siapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap kesempitan, kelapangan dari segala kegundahan, dan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Musibah atau ujian hidup sering kali masih terjadi meskipun seseorang banyak beristighfar. Hal ini bisa dipahami dari beberapa sudut pandang. Pertama, musibah dapat melatih kesabaran dan keimanan seseorang. Istighfar membantu hati tetap tenang dalam menerima takdir Allah.
Kedua, musibah tersebut bagian dari takdir yang lebih baik. Apa yang kita anggap musibah bisa jadi adalah bentuk kasih sayang Allah untuk melindungi kita dari hal yang lebih buruk. Dalam Al-Quran, Allah berfirman:
وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 216).
Musibah juga bisa menjadi pengingat agar manusia lebih bertawakal kepada Allah dan tidak bergantung pada dunia semata. Dalam Islam, musibah dapat juga menjadi cara Allah SWT mengangkat derajat seorang hamba. Seperti yang dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan cobaan kepadanya.” (HR. Bukhari).
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari, bab tentang penyakit dan ujian (Kitab al-Marda wa al-Jaza’). Maknanya menjelaskan bahwa ujian merupakan tanda kebaikan dari Allah SWT bagi seorang hamba yang dikehendaki-Nya untuk mendapatkan pahala, pengampunan, atau peningkatan derajat.
Evaluasi dan Introspeksi
- Penyebab Musibah Lainnya
Istighfar harus disertai dengan usaha memperbaiki diri. Kadang, musibah terjadi karena kesalahan atau kelalaian kita sendiri, misalnya dalam menjaga kesehatan, hubungan, atau lingkungan. - Tidak Berputus Asa
Allah berfirman:
“Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (QS. Az-Zumar: 53).
Musibah bukan tanda bahwa istighfar tidak diterima, melainkan cara Allah mendidik dan mendekatkan kita kepada-Nya. Yang terpenting adalah terus berprasangka baik kepada Allah (husnuzan), memperbaiki diri, dan menjadikan istighfar sebagai kebiasaan yang tulus dalam kehidupan. (bin)
Tinggalkan Balasan