
Surabaya (Trigger.id) – Tindakan kontroversial Elon Musk baru-baru ini, termasuk gestur hormat yang dinilai menyerupai salam Nazi “Sieg Heil,” telah menimbulkan reaksi keras di kalangan pemilik Tesla. Banyak dari mereka merasa malu dan tidak nyaman memiliki kendaraan tersebut, menurut laporan HuffPost pada Jumat.
Seorang warga Chicago, Bruce Mainzer, mengungkapkan bahwa meskipun awalnya menyukai mobil Tesla yang dibelinya pada 2022, rasa tidak suka terhadap Musk semakin meningkat setelah ia mengakuisisi Twitter dan membiarkan konten pro-Nazi beredar di platform tersebut. Akhirnya, ia memutuskan untuk menjual mobilnya dan beralih ke Ford Mustang Mach-E pada Juni 2023. Mainzer, yang keluarganya merupakan imigran yang melarikan diri dari Nazi Eropa, menyatakan bahwa memiliki Tesla menjadi sesuatu yang memalukan baginya.
Tidak hanya itu, pemilik Tesla Cybertruck, Kumait Jaroje, juga mengungkapkan kekhawatiran terkait reaksi negatif yang diterimanya. Menurutnya, pengguna Cybertruck semakin sering mengalami pelecehan verbal hingga aksi perusakan kendaraan, seperti yang terlihat dalam foto di media sosial X (dahulu Twitter) yang memperlihatkan sebuah Cybertruck dicoret dengan simbol swastika di Lower Manhattan.
Gelombang protes ini turut didukung oleh penyanyi Sheryl Crow, yang meluncurkan kampanye #TeslaTakedown dengan menjual mobil Teslanya sebagai bentuk protes. Hasil penjualan tersebut ia sumbangkan ke National Public Radio (NPR), yang menurutnya tengah berada dalam ancaman akibat tindakan Musk.
Dampak kontroversi ini juga tercermin dalam kinerja pasar Tesla, dengan nilai sahamnya mengalami penurunan lebih dari delapan persen dalam sepekan serta prediksi penurunan penjualan hingga 45 persen. Hal ini menunjukkan bagaimana tindakan seorang tokoh publik dapat mempengaruhi persepsi konsumen serta loyalitas terhadap sebuah merek.
Sementara itu, empat belas negara bagian di Amerika Serikat telah mengajukan gugatan hukum terhadap Donald Trump, menuduhnya memberikan kekuasaan yang terlalu besar kepada Musk, yang dijuluki sebagai “baron teknologi abad ke-21.” Gugatan tersebut menekankan bahwa memberikan wewenang luas kepada satu individu yang tidak terpilih bertentangan dengan prinsip konstitusional negara.
Di sisi lain, reporter teknologi Andrew Moseman dalam publikasi Heatmap menyarankan agar pemilik Tesla mempertahankan kendaraan mereka, mengingat dampak lingkungan dari produksi kendaraan listrik baru yang tetap menghasilkan emisi karbon dan konsumsi sumber daya besar.
Di tengah gelombang ketidakpuasan ini, seorang pria asal Hawaii, Matt Hiller, memanfaatkan situasi dengan menjual stiker anti-Elon Musk di platform Etsy sejak Januari 2023. Stiker-stiker dengan slogan seperti “Saya Membeli Ini Sebelum Kami Tahu Elon G***” dan “Anti Elon Tesla Club” menjadi populer di kalangan pemilik Tesla yang ingin menjaga jarak dari citra Musk. Hiller mencatat lonjakan penjualan setelah Musk tampil dalam sebuah acara bersama Trump, dengan rata-rata penjualan 400 hingga 500 stiker per hari dan telah menjual lebih dari 40.000 unit secara global.
Kontroversi ini menunjukkan bagaimana tindakan seorang tokoh publik dapat berimbas pada citra merek dan keputusan konsumen, terutama di era digital di mana opini publik dapat dengan cepat membentuk tren dan gelombang protes. (bin)
Tinggalkan Balasan