

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Dalam bulan ini, umat Islam tidak hanya diwajibkan untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang dapat mengurangi atau bahkan menghapus pahala puasa. Oleh karena itu, menjaga lisan dan hati menjadi bagian penting dalam menyempurnakan ibadah di bulan suci ini.
Menjaga Lisan dari Perkataan yang Sia-sia dan Dosa
Lisan adalah salah satu nikmat Allah yang dapat menjadi sumber pahala atau justru menjadi penyebab dosa. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang ia tahan.” (HR. Bukhari, no. 1903).
Hadits ini menegaskan bahwa puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari perkataan yang sia-sia, dusta, ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), dan ucapan kotor lainnya. Sebab, jika lisan tidak dijaga, pahala puasa bisa berkurang atau bahkan hilang sama sekali.
Allah SWT juga berfirman:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra’: 36).
Ayat ini mengingatkan bahwa setiap perkataan yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Oleh karena itu, di bulan Ramadhan, seorang Muslim hendaknya memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, serta berbicara hanya dalam hal-hal yang bermanfaat.
Menjaga Hati dari Penyakit-Penyakit Hati
Selain menjaga lisan, menjaga hati juga merupakan hal yang sangat penting di bulan Ramadhan. Penyakit hati seperti hasad (iri dengki), riya’ (pamer), sombong, dan buruk sangka bisa merusak amal ibadah seseorang. Allah SWT berfirman:
“Pada hari itu (hari kiamat), tidak berguna harta dan anak-anak, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89).
Hati yang bersih adalah hati yang jauh dari dendam, iri, dan kesombongan. Oleh karena itu, bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk membersihkan hati dengan memperbanyak istighfar, muhasabah (introspeksi diri), dan meningkatkan kesabaran.
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Tidaklah dua orang yang saling membenci bertemu, kecuali yang lebih baik di antara mereka adalah yang lebih dahulu memberi salam.” (HR. Abu Dawud, no. 5178).
Hadits ini mengajarkan bahwa memaafkan dan menghilangkan rasa benci di dalam hati adalah amalan yang sangat dianjurkan, terlebih di bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan.
Para ulama salafus shalih sangat menekankan pentingnya menjaga lisan dan hati. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Lisan adalah cerminan hati. Jika hati bersih, maka lisannya akan bersih dari perkataan dusta, keji, dan sia-sia.”
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin juga mengingatkan bahwa kebersihan hati merupakan kunci diterimanya amal ibadah. Jika hati seseorang dipenuhi dengan kedengkian, riya’, dan kesombongan, maka puasanya hanya akan menjadi sekadar menahan lapar dan haus tanpa mendapatkan pahala yang sempurna.
Menjaga lisan dan hati di bulan Ramadhan bukan sekadar pelengkap ibadah puasa, tetapi bagian yang sangat esensial dalam menyempurnakan ibadah ini. Seorang Muslim hendaknya berhati-hati dalam berbicara, menghindari perkataan yang sia-sia, dan memperbanyak dzikir serta membaca Al-Qur’an. Selain itu, hati juga harus dijaga dari berbagai penyakit hati seperti iri, sombong, dan dendam agar ibadah puasa yang dilakukan tidak hanya mendapatkan pahala, tetapi juga meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Semoga Allah memberikan kita taufik untuk dapat menjaga lisan dan hati dengan baik di bulan Ramadhan, sehingga kita dapat meraih pahala yang maksimal serta mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya. Aamiin.
—000—
*Muslim Influencer, tinggal di Sidoarjo Jawa Timur
Tinggalkan Balasan