
Surabaya (Trigger.id) – Program Kebijakan Satu Anak yang diterapkan di Tiongkok sejak 1979 hingga 2015 telah memberikan dampak signifikan terhadap demografi dan masyarakat negara tersebut. Berikut adalah rangkuman berita terbaru mengenai dampak kebijakan tersebut:
Penurunan Populasi dan Tantangan Demografis
Populasi Tiongkok mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut, mencapai 1,408 miliar pada akhir 2024, turun 1,39 juta dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya angka kelahiran meskipun kebijakan telah dilonggarkan untuk mengizinkan hingga tiga anak per keluarga. Tingkat kesuburan tetap rendah, yaitu 1,2, jauh di bawah tingkat penggantian 2,1 yang diperlukan untuk mempertahankan populasi. Populasi yang menua ini menimbulkan tantangan ekonomi, dengan lebih dari 400 juta orang diperkirakan berusia di atas 60 tahun dalam dekade mendatang, yang mengancam keberlanjutan sistem pensiun.
Penurunan Angka Pernikahan
Angka pernikahan di Tiongkok juga menurun drastis. Pada 2024, pendaftaran pernikahan baru turun 20,5%, mencapai angka terendah sejak 1978. Penurunan ini mencerminkan perubahan sosial yang mendalam, di mana generasi muda semakin enggan menikah dan memiliki anak, sebagian karena tekanan ekonomi dan perubahan nilai-nilai budaya.
Kesenjangan Gender dan Implikasinya
Kebijakan Satu Anak juga menyebabkan ketidakseimbangan gender yang signifikan, dengan preferensi terhadap anak laki-laki yang mengakibatkan surplus pria. Diperkirakan antara 30 hingga 50 juta pria menghadapi kesulitan dalam mencari pasangan hidup, yang mendorong tren seperti mencari pengantin pesanan melalui pos dari Asia Tenggara, menimbulkan masalah etis dan hukum.
Dampak pada Emisi Karbon
Penelitian menunjukkan bahwa pelonggaran kebijakan anak di Tiongkok dapat meningkatkan emisi karbon di masa depan. Dengan meningkatnya populasi akibat kebijakan yang lebih longgar, target Tiongkok untuk mencapai netralitas karbon pada 2060 mungkin menjadi lebih sulit dicapai.
Peningkatan Kewirausahaan Perempuan
Di sisi lain, penelitian dari Universitas Michigan menemukan bahwa Kebijakan Satu Anak secara tidak langsung meningkatkan kewirausahaan perempuan. Dengan memiliki lebih sedikit anak, banyak perempuan mengalihkan waktu dan energi mereka untuk memulai usaha, yang berkontribusi pada peningkatan pendapatan individu dan rumah tangga.
Secara keseluruhan, Kebijakan Satu Anak telah meninggalkan warisan kompleks bagi Tiongkok, dengan dampak yang masih dirasakan hingga saat ini di berbagai aspek kehidupan masyarakat. (ian)
Tinggalkan Balasan