
Surabaya (Trigger.id) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dijadwalkan melakukan kunjungan kenegaraan ke Timur Tengah pekan ini. Meskipun ia tidak akan mengunjungi Israel, Trump dikabarkan akan membahas upaya mengakhiri perang di Gaza bersama para pemimpin Arab, termasuk Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS).
Kementerian Luar Negeri AS menyatakan kepada stasiun televisi Saudi, Al-Sharq, bahwa Washington dan Riyadh akan menandatangani sejumlah perjanjian penting selama kunjungan tersebut. Salah satu poin utama yang akan dibahas adalah langkah-langkah diplomatik untuk menghentikan konflik di Gaza.
Namun, isu normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel tidak akan menjadi bagian dari agenda pembahasan. Laporan Reuters menegaskan bahwa hal tersebut juga tidak akan dijadikan prasyarat dalam kesepakatan bantuan AS kepada Riyadh untuk pengembangan program nuklir sipil. Absennya Israel dari daftar kunjungan Trump kali ini mencerminkan perubahan prioritas kebijakan luar negeri AS di bawah kepemimpinannya.
Sementara itu, AS baru-baru ini juga telah menggelar pembicaraan langsung dengan kelompok Hamas terkait pembebasan sandera warga negara AS serta mendesak dilanjutkannya pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. Dalam perkembangan lainnya, Trump mengumumkan kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok Houthi di Yaman, meski tidak mencantumkan tuntutan penghentian serangan misil Houthi terhadap Israel dalam perjanjian tersebut.
AS juga mulai membuka kembali jalur negosiasi dengan Iran seputar program nuklirnya. Menurut sejumlah analis, potensi kesepakatan ini dapat merugikan Israel karena membuka peluang Teheran tetap mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi oleh Washington.
Dalam konteks militer, Pentagon telah mengganti armada pesawat pengebom B-2 di pangkalan militer Diego Garcia dengan pesawat lain. Langkah ini dinilai sebagai sinyal bahwa pemerintahan Trump saat ini lebih memprioritaskan kerja sama strategis dengan negara-negara Teluk dibandingkan dengan Israel. Seorang peneliti dari Atlantic Council menyatakan kepada Associated Press bahwa perubahan sikap ini mencerminkan siapa mitra utama AS di kawasan Timur Tengah saat ini. (ian)
Tinggalkan Balasan