

Sudah sekian lama masyarakat menikmati udara bebas tanpa masker. Kini “kenyamanan” itu mesti dikurangi. Di tengah-tengah situasi ekonomi yang masih redup, “datangnya kembali” COVID-19 berpotensi menimbulkan dampak negatif. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih berlanjut. Sementara itu persaingan memperoleh pekerjaan semakin keras. Setidaknya kericuhan Job Fair Cikarang-Bekasi beberapa hari yang lalu, menggambarkan beratnya perjuangan pencari kerja. Tanpa disadari, kerumunan tersebut memantik risiko. Minus masker dan minimnya informasi terkait “kedatangan kembali” COVID-19, berdampak memicu lonjakan kasus. Potensi itu diprediksi akan bertambah. Pasalnya berkaitan dengan momen libur cuti bersama hari Kenaikan Isa Almasih dan perayaan Iduladha.
Lampu kuning risiko lonjakan COVID-19, telah diumumkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Melalui Surat Edaran Nomor SR.03.01/C/1422/2025, tanggal 23 Mei 2025, masyarakat dihimbau meningkatkan kewaspadaan. Protokol kesehatan, terutama penggunaan masker saat berada dalam kerumunan, masih menjadi tulang punggung pencegahan. Sebanyak 151 kasus telah terkonfirmasi di Indonesia, sejak 1 Januari 2025. Lonjakan terutama terjadi pada minggu ke-19, meliputi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah. Sangat mungkin jumlah riil di lapangan, jauh melampaui catatan tadi. Sebab COVID-19 merupakan fenomena gunung es. Artinya jumlah kasus terkonfirmasi, hanya bagian puncak gunung es. Kasus-kasus lainnya tidak tampak di permukaan. Lagi pula kini deteksi melalui tes PCR tenggorok harus berbayar. Kebijakan itu tidak terlepas dari fase endemi yang telah diputuskan pemerintah. Masyarakat pun pada umumnya enggan untuk dilakukan tes tersebut.
Tren mengkhawatirkan itu tidak hanya terjadi di negara kita, melainkan masalah global. Kini kawasan Asia menjadi “episentrumnya”. Tiongkok, Hongkong, Thailand, Malaysia, India, dan Singapura, telah melaporkan lonjakan kasusnya. Di beberapa negara Eropa (Inggris, Perancis, dan Norwegia), juga mendeteksi masalah serupa. Di belahan benua Amerika, “hanya” Brasil yang melaporkannya. Turunan varian Omicron masih menjadi biang penyebabnya. Sedangkan populasi lansia masih menjadi fokus sasaran COVID-19.
Baca juga: Kemenkes Terbitkan Edaran Waspada COVID-19 Akibat Kenaikan Kasus di Asia
Varian baru
Untuk pertama kalinya varian Omicron terdeteksi pada 24 November 2021. Sejak saat itulah mampu “mengeliminasi” dominasi varian Delta yang sangat mematikan. Kini “turunan” Omicron telah “mengusai” nyaris seluruh kasus COVID-19 di seluruh dunia. Hampir-hampir tidak ditemukan lagi varian lainnya. Setiap peningkatan jumlah kasus, selalu diawali kemunculan subvarian Omicron terbaru. Biasanya berpotensi lebih menular. Bahkan berisiko memicu gelombang baru COVID-19. Kejadiannya bisa berulang-ulang. Sebab SARS-CoV-2 tidak akan hilang. Kemampuan bermutasinya pun, tergolong tinggi.
Meningkatnya kapasitas menular, tidak mesti dibarengi dengan dampak patologinya. Artinya, penyakit yang ditimbulkannya tidak selalu menjurus pada meningkatnya risiko fatalitas. Fenomena itulah yang saat ini terjadi. Dari waktu ke waktu, “turunan” varian Omicron tidak lagi seganas generasi pendahulunya, yakni varian Delta. Kini gejalanya nyaris tidak bisa dibedakan dengan influenza. Hanya pemeriksaan laboratorium virologi yang bisa membedakan mikroba penyebabnya. Meski demikian, munculnya varian virus baru tetap membahayakan bagi segmen masyarakat tertentu. Mereka adalah lansia, penderita penyakit kronis, individu dengan gangguan sistem imun, dan perempuan hamil.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat heterogenitas dalam varian virus yang bersirkulasi di seluruh dunia. Varian XBB.1.5, dikategorikan paling menonjol kapasitasnya bermutasi. Saat ini “generasi turunannya” telah “mengusai” seluruh dunia. Proporsi varian BA.2.86 (Pirola) dan “garis keturunannya”, termasuk JN.1, telah mendominasi di semua negara. Lonjakan kasus yang kini dilaporkan di beberapa negara, termasuk Indonesia, adalah “keturunan” JN.1. Varian paling populer tersebut, dilaporkan pertama kali pada bulan Agustus 2023.
Pencegahan
Cuti bersama terkait hari kenaikan Isa Almasih dan Idul Adha 1446 H, diperkirakan memicu kerumunan. Di sisi lain, kewaspadaan terhadap risiko paparan COVID-19 sudah sangat memudar. Pasalnya negara kita telah menyatakan mengakhiri status pandemi COVID-19 pada 21 Juni 2023.
Upaya menekan melonjaknya COVID-19, perlu digaungkan lagi secara konsisten. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), terbukti masih relevan sebagai tulang punggung pencegahan penularan COVID-19. Khususnya penggunaan masker sangat diperlukan, terutama pada situasi keramaian/kerumunan dan saat mengakses transportasi publik. Pada hakikatnya risiko semakin meningkat, jika berada pada ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang kurang.
Fatalitas COVID-19, hanya terjadi pada kelompok rentan. Hal itu sangat terkait dengan derajat imunitas yang mereka miliki. Sistem imun yang terbangun akibat induksi vaksinasi ataupun setelah paparan alamiah COVID-19 (pada penyintas), tidak dapat bertahan lama. Dalam kurun waktu enam bulan hingga satu tahun, daya proteksinya akan memudar. Untuk itu vaksin penguat sangat diperlukan. Tujuannya dapat mempertahankan tingkat kekebalan terhadap paparan COVID-19 semua varian.
Vaksinasi booster hanya diindikasikan dengan sekala prioritas. Lansia, individu dengan komorbid, serta orang-orang dengan gangguan sistem imun, menjadi target utamanya. Demikian pula dengan individu yang hidup bersama mereka, meski berusia lebih muda. Karena risiko pekerjaan, vaksinasi booster diperlukan juga bagi tenaga kesehatan.
Kini saatnya vaksin IndoVac dan InaVac produksi dalam negeri, menunjukkan perannya. Bisa diberikan sebagai dosis awal bagi yang belum pernah mendapatkan vaksinasi. Dapat pula untuk vaksinasi ulang/booster.
Semoga lonjakan COVID-19 segera berlalu, tanpa menimbulkan korban.
—–o—–
*Penulis:
- Staf pengajar senior di Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
- Magister Ilmu Kesehatan Olahraga (IKESOR) Unair
- Penulis buku:
– Serial Kajian COVID-19 (tiga seri)
– Serba-serbi Obrolan Medis
– Catatan Harian Seorang Dokter
Tinggalkan Balasan