

Di balik hiruk-pikuk pelaksanaan ibadah haji yang dipenuhi doa dan semangat spiritual, ada pekerjaan sunyi yang tak banyak disorot namun sangat bermakna. Di tengah panasnya suhu Makkah yang menyentuh lebih dari 45 derajat Celsius, Zarkoni Hasbi Suid menjalani tugas mulia sebagai penjaga kepulangan terakhir jamaah haji Indonesia—mereka yang wafat di Tanah Suci.
Zarkoni bukan sekadar petugas biasa. Ia adalah bagian dari Tim Layanan Lansia di Daerah Kerja (Daker) Makkah yang sehari-harinya berkutat dengan jenazah jamaah haji Indonesia. Dari mengurus surat kematian, memandikan jenazah, mengatur proses salat jenazah di Masjidil Haram, hingga memastikan pemakaman di kompleks Al Sharaya, semua dijalani dengan penuh tanggung jawab dan rasa hormat.
Prosedur Penuh Kehati-hatian
Tugas ini bukan hanya administratif. Jika seorang jamaah wafat di hotel, bukan di rumah sakit, prosedurnya jauh lebih kompleks. Zarkoni harus berkoordinasi dengan banyak pihak—syarikah, dokter kloter, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), hingga rumah sakit An-Nur. Setelah pemeriksaan medis dilakukan dan surat kematian resmi dikeluarkan, jenazah dibawa ke tempat pemandian khusus, lalu dishalatkan di Masjidil Haram.
“Kalau jenazah dimandikan pukul 11 siang, biasanya kami jadwalkan dishalatkan setelah Zuhur. Tapi kalau malam, kami tunggu Subuh,” ujar Zarkoni. Ia menegaskan, waktu sangat diperhitungkan karena jenazah tidak boleh terlalu lama berada di Masjidil Haram.
Usai dishalatkan, jenazah dibawa ke Al Sharaya, lokasi pemakaman sekitar 15 kilometer dari Masjidil Haram yang diperuntukkan bagi jamaah non-warga Makkah. Di sana, liang lahat telah tersedia. Beton penutup dibuka, jenazah dikebumikan, lalu ditimbun tanah kembali.
Saat Keharuman Menyergap Liang Lahat
Zarkoni, seorang dosen di Universitas Islam Negeri Suthan Thaha Saifuddin, Jambi, mengaku bahwa pekerjaan ini menyisakan banyak pengalaman spiritual mendalam. Salah satu momen yang paling membekas adalah ketika ia mengurus jenazah seorang rekannya—seorang hafiz Al-Qur’an.
“Saat saya azankan jenazah di dalam liang lahat, tiba-tiba keluar aroma harum. Saya merinding, menangis. Itu pengalaman spiritual yang tidak akan saya lupakan,” kenangnya dengan suara bergetar.
Bagi Zarkoni, momen itu adalah pengingat bahwa tugasnya bukan hanya menyelesaikan prosedur, tapi juga menjadi bagian dari penghormatan terakhir bagi para tamu Allah. Ia mengaku tak pernah menghitung berapa jenazah yang telah ia urus, karena baginya, setiap langkah dalam mengantarkan para jamaah ke peristirahatan terakhir adalah bentuk ibadah.
Mengantar dengan Hormat dan Doa
Tak hanya jenazah yang dihormati, pihak keluarga pun mendapat perlakuan istimewa. Ketika salat jenazah digelar di Masjidil Haram, keluarga akan ditempatkan di posisi khusus tepat di belakang imam—simbol penghormatan dari otoritas setempat. Sementara di pemakaman Sharaya, hanya laki-laki yang diperbolehkan masuk ke area kuburan, sementara perempuan hanya sampai di gerbang. Seluruh prosesi dikawal ketat oleh tim Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).
“Kami pastikan tidak ada jenazah yang terabaikan. Semua kami kawal sampai akhir,” tegas Zarkoni.
Kematian yang Tak Pernah Jauh
Per 14 Juni 2025, sebanyak 275 jamaah haji Indonesia telah wafat, mayoritas berusia di atas 64 tahun dan sebagian besar laki-laki. Penyebab terbanyak adalah penyakit jantung, infeksi berat, gagal organ, serta gangguan pernapasan dan dehidrasi akibat suhu ekstrem.
Setiap malam, Zarkoni merenungkan pengalamannya. Baginya, pekerjaan ini bukan sekadar tugas logistik, tetapi pengingat akan kefanaan hidup dan pentingnya khidmat kepada sesama muslim.
“Pekerjaan ini membuat saya makin sadar betapa dekatnya kematian, dan betapa besar arti pelayanan terhadap tamu-tamu Allah,” ujarnya lirih.
Meski fisik dan mental terkuras, semangat Zarkoni tak pernah surut. “Saya berharap semua yang wafat di sini mendapatkan husnul khatimah. Dan semoga kami, para petugas, diberi kekuatan untuk menjalankan amanah ini hingga akhir musim haji,” tutupnya.
Di tengah lautan jamaah dan kesibukan ibadah, Zarkoni dan petugas sepertinya adalah penjaga senyap dari kepulangan paling sakral: perjumpaan terakhir seorang hamba dengan Tuhannya, di Tanah Suci.
—000—
*Pimred Trigger.id
Tinggalkan Balasan