

Qiyamul lail, atau shalat malam, bukan sekadar ibadah sunah biasa. Ia adalah amalan yang mampu menghidupkan hati, menerangi jiwa yang gelap, dan memperkuat hubungan hamba dengan Rabb-nya. Kemampuan untuk bangun di keheningan malam dan bermunajat kepada Allah SWT merupakan karunia yang tidak diberikan kepada semua orang. Ia adalah tanda keistimewaan dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang terpilih.
Keutamaan Qiyamul Lail dalam Al-Qur’an
Allah SWT memuji para hamba-Nya yang terbiasa shalat malam dalam firman-Nya:
إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَعُيُونٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air”. (QS. Adz-Dzariyat: 18)
انُوا۟ قَلِيلًا مِّنَ ٱلَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
“mereka mengambil sebagian malam untuk tidur, dan di akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”
(QS. Adz-Dzariyat: 18)
Dan firman Allah lainnya:
قُمِ ٱلَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا. نِّصْفَهُۥٓ أَوِ ٱنقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا. أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا
“Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya),
(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.
Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.
(QS. Al-Muzzammil: 2–4)
Surat ini turun kepada Nabi Muhammad SAW pada masa awal kenabian, menunjukkan betapa pentingnya qiyamul lail dalam pembinaan ruhani dan kekuatan dakwah.
Keutamaan Qiyamul Lail dalam Hadis Nabi SAW
Rasulullah SAW bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ، صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam (qiyamul lail).”
(HR. Muslim, no. 1163)
Dan beliau juga bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ؟
“Tuhan kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lalu Dia berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.’”HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa waktu sepertiga malam terakhir adalah momen paling istimewa dalam sehari semalam, di mana rahmat Allah terbuka lebar bagi siapa pun yang mengetuk pintu-Nya.
Pendapat Ulama Salaf tentang Qiyamul Lail
Para ulama salaf sangat menjaga shalat malam karena mereka tahu betapa dahsyatnya pengaruh ibadah ini terhadap hati dan kehidupan mereka:
- Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: “Tidaklah ada suatu amalan yang lebih berat bagi jiwa kecuali qiyamul lail. Namun ia adalah kemuliaan orang-orang mukmin.”
- Ibrahim An-Nakha’i berkata: “Orang-orang salaf menyukai untuk membangunkan keluarga mereka untuk qiyamul lail meski hanya untuk dua rakaat.”
- Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menulis: “Sesungguhnya dalam shalat malam terdapat rahasia yang luar biasa. Ia adalah penjaga dari penyakit hati, penguat tekad, dan pembuka jalan menuju Allah.”
- Imam Asy-Syafi’i berkata: “Barangsiapa ingin menerangi hatinya, maka hendaklah ia membiasakan qiyamul lail.”
Qiyamul Lail adalah Anugerah, Bukan Sekadar Kemauan
Banyak orang ingin bangun malam, namun tidak semua diberikan taufik. Oleh karena itu, orang yang bisa menegakkan qiyamul lail haruslah bersyukur, karena itu adalah anugerah dari Allah.
Imam Al-Awza’i rahimahullah berkata:
“Aku mendengar mereka berkata: Tidak ada seorang pun yang bangun malam kecuali karena Allah telah menginginkannya menjadi hamba yang diberi kebaikan.”
Hidupkan Hatimu di Saat yang Lain Terlelap
Di saat kebanyakan manusia terlelap dalam tidur, ada sebagian kecil hamba Allah yang memilih untuk berdiri, sujud, dan menangis dalam kegelapan malam, berharap ridha dan cinta-Nya. Qiyamul lail adalah momen paling jujur antara hamba dan Tuhannya. Tidak ada pujian, tidak ada sorotan—hanya ada keikhlasan yang murni dan harapan yang tinggi.
Menghidupkan malam adalah cara untuk menghidupkan hati. Dan hati yang hidup akan lebih mudah menerima hidayah, lebih lembut terhadap kebenaran, serta lebih teguh dalam iman.
—000—
*Pengasuh Pesantren Al-Quran Nurul Falah Surabaya
Tinggalkan Balasan