
Surabaya (Trigger.id) – Dua dekade telah berlalu sejak Batman Begins (2005) meredefinisi karakter sang Ksatria Kegelapan di layar lebar. Disutradarai oleh Christopher Nolan, film ini tidak hanya menghidupkan kembali franchise Batman setelah era penuh kontroversi dari film-film Joel Schumacher, tetapi juga membuka jalan bagi trilogi The Dark Knight yang revolusioner.
Sebagai bentuk perayaan 20 tahun Batman Begins, berikut adalah peringkat film-film Batman versi ulasan kritikus Entertainment Weekly (EW), berdasarkan nilai huruf yang diberikan saat perilisannya. Film animasi seperti Batman: The Movie (1966) dan Batman: Mask of the Phantasm (1993) tidak masuk dalam daftar karena tidak mendapat penilaian resmi.
🥇 Batman Begins (2005) – A
Film garapan Christopher Nolan ini dianggap sebagai langkah awal yang penuh keyakinan dalam membangun ulang mitologi Batman dengan pendekatan yang lebih serius dan berkelas. Dengan narasi yang matang namun tidak berlebihan, Batman Begins menetapkan standar baru bagi film superhero.
“Sebuah interpretasi orisinal yang mengesankan dan menunjukkan bahwa sutradaranya tahu betul apa yang ia lakukan,” — Lisa Schwarzbaum.
🥈 The Dark Knight (2008) – A–
Sekuel yang lebih gelap dan kompleks ini memperkenalkan Joker versi Heath Ledger yang legendaris. Nolan mengeksplorasi garis tipis antara kebaikan dan kejahatan dengan kedalaman psikologis yang jarang ada di film superhero lainnya.
“Aura glamor predator dan cerita berliku menjadikannya lebih dari sekadar film komik biasa.” — Owen Gleiberman.
🥉 The LEGO Batman Movie (2017) – B+
Sebuah parodi cerdas sekaligus penghormatan pada mitologi Batman, film animasi ini menyajikan humor cepat dan referensi pop culture yang melimpah, walaupun terasa melelahkan di akhir.
“Salah satu bentuk cuci otak korporat paling menyenangkan yang pernah ada.” — Chris Nashawaty.
Batman Forever (1995) – B
Penuh warna dan eksentrik, film ini membawa Batman ke dunia yang lebih ceria, meski tetap menyimpan kegilaan psikologis karakter-karakternya. Sebuah tontonan “asyik gila-gilaan.”
“Tampak seperti dua jam di dalam rumah sakit jiwa yang bahagia.” — Owen Gleiberman.
The Dark Knight Rises (2012) – B
Penutup trilogi Nolan ini mencoba menyatukan elemen filosofis dan aksi besar-besaran, meski kadang terasa terlalu serius dan berat.
“Antara meditasi tentang sistem sosial dan pertarungan superhero klasik.” — Lisa Schwarzbaum.
The Batman (2022) – B
Robert Pattinson memperkenalkan Batman termurung sejauh ini, dengan nuansa noir dan suasana kelam yang mendalam. Film ini berusaha keras menjadi epik, meski tak sepenuhnya berhasil.
“Selama hampir tiga jam, film ini penuh suasana, meskipun bukan berarti sebuah mahakarya.” — Leah Greenblatt.
Batman (1989) – B–
Film Tim Burton yang melegenda ini memperkenalkan Joker versi Jack Nicholson dan estetika gothic yang khas, meski ritme narasinya dianggap kurang dinamis.
“Film ini lebih tampak disutradarai seperti wasit, bukan pencerita.” — Ty Burr.
Batman Returns (1992) – B–
Kelanjutan kisah Batman dari Tim Burton ini dipenuhi karakter dan ide yang berlebihan, membuat film terasa tidak fokus meskipun tetap menyajikan visual spektakuler.
“Spektakel yang penuh karakter dan set, tapi tidak sepenuhnya menyatu.” — Owen Gleiberman.
Batman v Superman: Dawn of Justice (2016) – C+
Film yang sempat menjanjikan eksplorasi konflik emosional antar superhero, namun akhirnya berubah menjadi aksi CGI berlebihan yang lelah ditonton.
“Berawal dari refleksi menarik, berakhir sebagai pesta pukul-pukulan CGI.” — Chris Nashawaty.
Justice League (2017) – C+
Versi bioskop ini mencoba menjadi lebih ringan dan lucu, tapi justru kehilangan fokus pada cerita utama. Hasilnya adalah film yang terasa setengah matang.
“Karakter terasa menyenangkan, tapi narasi utama jadi prioritas ketiga.” — Chris Nashawaty.
Batman & Robin (1997) – C–
Dipenuhi lelucon murahan dan gaya yang berlebihan, film ini sering dianggap sebagai titik terendah franchise Batman.
“Berubah dari novel grafis menjadi sitkom penuh pun.” — Stephen Whitty.
Zack Snyder’s Justice League (2021) – C–
Versi panjang hasil desakan penggemar ini disebut lebih sebagai serial streaming daripada film. Meski lebih lengkap dari versi teatrikalnya, namun tetap dianggap melelahkan.
“Sama panjang dan beratnya dengan drama Marvel di Netflix, tapi lebih menjanjikan dari kenyataannya.” — Darren Franich.
Dua puluh tahun setelah Batman Begins, Batman tetap menjadi salah satu karakter paling dinamis di layar lebar. Baik dalam bentuk animasi, satir, hingga interpretasi gelap penuh refleksi, Caped Crusader tak pernah kehilangan pesonanya — meski beberapa filmnya sempat tersesat di jalan. (bin)



Tinggalkan Balasan