
Surabaya (Trigger.id) — Dalam eskalasi terbaru konflik kawasan, Iran kembali menunjukkan kekuatan militernya melalui peluncuran rudal jarak jauh bernama Sejjil dalam gelombang ke-12 Operasi Janji Jujur 3 yang ditujukan ke wilayah Israel. Rudal Sejjil dikenal sebagai salah satu senjata strategis milik Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) dan digambarkan memiliki daya jangkau tinggi meskipun membawa muatan berat.
Pada Rabu (18/6/2025), IRGC mengonfirmasi penggunaan rudal ini untuk menghantam sejumlah target di wilayah pendudukan. Mereka mengklaim berhasil menembus dan menghancurkan sistem pertahanan udara Israel, membuka jalan bagi rudal dan drone Iran menembus wilayah tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dilansir media Tasnim dan dikutip Al Jazeera, IRGC mengeluarkan peringatan keras kepada warga Israel. “Rudal-rudal Pasukan Dirgantara Garda Revolusi akan menghalangi kalian bahkan untuk menikmati udara bebas. Dalam beberapa hari mendatang, kalian tidak akan melihat sinar matahari,” ujar mereka dalam nada mengancam.
Makna Sejjil dalam Konteks Keislaman
Yang menarik, nama Sejjil tidak dipilih secara sembarangan. Nama ini diambil dari istilah dalam Al-Qur’an surat Al-Fiil, yang menggambarkan kehancuran pasukan gajah Abrahah saat hendak menyerang Ka’bah. Dalam ayat tersebut disebutkan bagaimana Allah mengirim burung-burung ababil yang melemparkan batu dari tanah terbakar kepada pasukan tersebut:
“Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar.” (QS Al-Fiil: 3-4)
Kata “sijjil” dalam ayat ini diartikan sebagai batu yang sangat keras, terbuat dari tanah yang dipanaskan—menyiratkan kehancuran dahsyat yang ditimpakan kepada musuh. Menurut Ibnu Katsir, sebagian ulama tafsir menyebut kata tersebut berasal dari gabungan bahasa Arab dan Persia, merujuk pada batu dari tanah liat yang mengeras.
Simbol Perlawanan dan Kehancuran
Makna historis dan simbolis dari istilah “Sejjil” memberikan pesan ideologis yang kuat. Dalam sejarah Islam, pasukan Abrahah yang menyerbu Ka’bah akhirnya hancur total oleh serangan dari langit. Dalam tafsir para ulama seperti Ibnu Hisyam, Ibnu Abbas, hingga Al-Hasan Al-Basri, digambarkan bahwa para pasukan itu luluh lantak seperti dedaunan yang telah dimakan ulat—tak berdaya dan tercerai-berai.
Sisa-sisa pasukan itu tak membawa kemenangan, melainkan justru pulang dalam keadaan terluka parah dan penuh penderitaan. Bahkan sang pemimpin, Abrahah, disebutkan mengalami luka fatal hingga jantungnya terlihat sebelum akhirnya wafat. Kepemimpinan di Yaman pun kemudian jatuh ke tangan anaknya, Yaksum, dan selanjutnya Masruq bin Abrahah.
Antara Simbolisme dan Strategi Militer
Penggunaan nama Sejjil oleh Iran tak hanya mengandung makna militer, tetapi juga menyiratkan pesan ideologis dan keagamaan yang kuat. Dengan menyematkan nama yang berakar dari Al-Qur’an, Iran tampaknya ingin menyampaikan bahwa tindakan militernya dilandasi semangat perlawanan terhadap kezaliman, mirip dengan kisah historis dalam surat Al-Fiil.
Dalam konteks politik Timur Tengah yang terus memanas, penggunaan simbol-simbol agama dalam strategi militer ini menunjukkan betapa konflik tidak hanya berlangsung dalam ranah fisik, tapi juga dalam medan wacana dan narasi keimanan. Rudal Sejjil bukan sekadar senjata berat, melainkan juga pesan keras yang menyatukan antara sejarah, kepercayaan, dan kekuatan. (bin)
Tinggalkan Balasan