
Surabaya (Trigger.id) – Menghadapi potensi cuaca ekstrem di penghujung tahun, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menggelar simulasi penanganan kedaruratan di 26 titik lokasi pada Minggu (26/10/2025). Kegiatan ini bertujuan memperkuat kesiapsiagaan dan mempercepat respons jajaran Pemkot ketika terjadi bencana akibat cuaca ekstrem.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (Darlog) BPBD Kota Surabaya, Linda Novanti, menjelaskan bahwa simulasi tersebut melibatkan 12 kecamatan dengan berbagai jenis kejadian darurat. Dari total 26 titik, terdapat 11 lokasi genangan yang menyebabkan kemacetan, 11 titik pohon tumbang, tiga rumah roboh, serta satu titik luapan air sungai.
“Simulasi ini diawali dengan informasi dari BMKG mengenai kemunculan awan cumulonimbus (CB) yang berpotensi menimbulkan hujan deras. Setelah menerima laporan dari Command Centre (CC) 112, petugas segera melakukan penanganan di titik-titik terdampak,” ujar Linda, Senin (27/10/2025).
Beberapa lokasi yang dijadikan tempat simulasi antara lain di Kecamatan Benowo untuk penanganan genangan dan kemacetan di kawasan Wisma Tengger, Kelurahan Kandangan, serta di Kecamatan Dukuh Pakis untuk simulasi penanganan pohon tumbang di Jalan Mayjen Sungkono, depan Taman Makam Pahlawan (TMP).
Menurut Linda, kegiatan ini juga menjadi ajang koordinasi lintas perangkat daerah (PD) agar setiap unsur mengetahui peran dan tanggung jawabnya dalam situasi darurat. “Dengan simulasi ini, kita jadi tahu siapa yang harus bergerak dan melakukan apa. Misalnya jika terjadi luapan sungai di Simomulyo, maka sudah jelas perangkat daerah mana saja yang turun, mulai dari DLH, DPKP, hingga DSDABM,” jelasnya.
Dalam pelaksanaan simulasi, BPBD menyiapkan berbagai perlengkapan pendukung, seperti gergaji mesin (chainsaw), pompa air, hingga kendaraan skywalker milik Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP).
Linda menambahkan, kegiatan ini merupakan langkah antisipatif agar petugas lebih tanggap dan siap menghadapi situasi serupa di masa mendatang. “Desember tahun lalu kita mengalami kondisi cuaca ekstrem yang cukup parah. Karena itu, simulasi ini penting agar semua pihak tahu apa yang harus dilakukan ketika terjadi keadaan darurat,” pungkasnya. (bin)



Tinggalkan Balasan