• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

The Cost of Growth: Menukar Pohon dengan Mobil

6 Desember 2025 by admin Tinggalkan Komentar

Oleh: Prof. Dr. Daniel M. Rosyid*

Perubahan arah kebijakan nasional sejak kewenangan fiskal berada di tangan Purbaya telah menandai babak baru perjalanan Republik. Meski ia dan Sri Mulyani sama-sama mengusung mimpi tentang pertumbuhan bermutu, keduanya menempuh strategi berbeda—jika bukan berlawanan. Di tangan Purbaya, nasionalisme Prabowo menjadi jiwa penggerak; peran negara kembali menonjol, sementara dominasi swasta dipangkas. Ini menjadi antitesis dari model pembangunan Orde Baru yang bertumpu pada investasi, terutama investasi asing, yang kerap menggerus kedaulatan serta merusak lingkungan.

Model pembangunan itu tidak sekadar teknik ekonomi. Ia telah membentuk struktur kekuasaan, lembaga, hingga cara berpikir negara selama 50 tahun. Ersatz capitalism Orde Baru tumbuh menjadi kapitalisme penuh di era SBY dan mencapai puncaknya pada satu dekade kepemimpinan Jokowi. Sementara secara politik, arah pembangunan berubah drastis sejak UUD 18 Agustus 1945 diganti menjadi UUD 2002. UUD baru itu—hasil kompromi para sekuler kiri dan liberal radikal—memberi karpet merah pada kapitalisme global dengan meminggirkan fondasi filosofis para perintis bangsa. Kaum nasionalis dijadikan useful idiots untuk mengesahkan agenda yang pada akhirnya melemahkan kedaulatan rakyat.

Buah Pahit Pertumbuhan: Bencana Hidrometeorologi dan Kerusakan Bumi

Banjir, longsor, dan cuaca ekstrem yang menggulung Indonesia selama berminggu-minggu terakhir bukanlah musibah yang turun begitu saja. Ia adalah buah dari obsesi pertumbuhan ekonomi yang dipaksakan selama lima dekade di atas bumi yang semakin rapuh. Pertumbuhan tinggi dibayar dengan deforestasi, emisi karbon, dan ekosistem yang runtuh. Dunia mengalami pola serupa: kemiskinan tetap kuat mengakar, ketimpangan Utara–Selatan melebar, dan perebutan sumber daya tak kunjung berhenti. Sementara proyek net-zero emission lebih banyak berhenti di dokumen strategi dan panggung konferensi.

Pembangunan yang kita anut sejak Orde Baru dirumuskan sebagai peningkatan konsumsi energi, baja, dan beton per kapita—resep klasik industrialisasi berat yang memerlukan modal raksasa dan bahan baku murah dari alam. Model ini membawa Indonesia jatuh dalam middle income trap, atau yang lebih tepat disebut Dutch disease: struktur ekonominya stagnan seperti pada masa kolonial VoC—sebagai pemasok bahan mentah dunia.

Ironisnya, model ekonomi kolonial inilah yang dulu mengangkat Belanda menjadi kekuatan ekonomi besar Eropa. Kini, pola yang sama kembali membelenggu negeri yang merdeka dengan darah dan air mata.

Para Pemikir yang Lebih Dulu Memperingatkan

Pada awal 1970-an, The Club of Rome meminta MIT memodelkan arah kerusakan bumi melalui World Model, dan prediksinya terbukti mengejutkan akurat: bumi sedang melaju menuju batas ketahanannya. E.F. Schumacher dalam Small is Beautiful mengkritik pembangunan yang eksploitatif, sementara Ivan Illich menawarkan model konvivial society: pertumbuhan tetap ada, namun ditopang teknologi berenergi rendah yang memerdekakan manusia, bukan memperbudaknya.

Amartya Sen dan Elinor Ostrom memandang pembangunan bukan sebagai peningkatan konsumsi, tetapi perluasan kemerdekaan manusia melalui pengelolaan sumber daya bersama (common-pool resources) yang lestari.

Ironisnya, nilai dasar itu sebenarnya telah tertanam di dalam UUD 18 Agustus 1945—diteorikan oleh para ulama dan cendekiawan pendiri bangsa jauh sebelum Sen dan Ostrom memformulasikannya di Harvard atau Oxford.

Riba, Hutang, dan Ekonomi yang Menjerat

Pembangunan ekstraktif membutuhkan pembiayaan besar berbasis hutang ber-riba. Riba inilah instrumen paling elegan dalam eksploitasi global: negara kaya cukup mencetak uang out of thin air untuk membeli emas, minyak, kayu, kopi, atau nikel dari negara miskin yang harus mengorbankan hutan dan sungai mereka.

Inilah korupsi terbesar dan paling rapi dalam sejarah manusia. Dibandingkannya, korupsi di negara berkembang hanyalah amatir.

Mobil: Simbol Peradaban yang Salah Arah

Salah satu ikon peradaban modern adalah mobil—puncak hilirisasi tambang: baja, aluminium, karet, minyak, dan gas. Namun para perencana pembangunan gagal membedakan perbedaan eksistensial antara pohon dan mobil.

  • Manusia dapat hidup tanpa mobil.
  • Namun manusia tidak dapat hidup tanpa pohon.

Demi mobil, pohon ditebang, hulu hancur, kota sesak, udara tercemar, dan manusia menjadi budak energi—sebagaimana disebut Illich. Tanpa bahan bakar atau listrik, mobil tak lebih dari rongsokan mahal.

Kegagalan yang sama terjadi dalam membedakan mobil dan kapal, padahal Indonesia adalah negara kepulauan. Industri mobil disubsidi, dielu-elukan, dan dijadikan totem kemajuan. Sementara industri kapal—yang menjadi syarat utama Deklarasi Djuanda untuk menyatukan Nusantara—dimarjinalkan. Akibatnya:

  • Hutan di hulu habis,
  • kapal di laut berkurang,
  • kota kehilangan ruang hijau,
  • dan jalan raya dipadati budak energi.
Pembangunan yang Lupa pada Manusia

Pembangunan modern dijalankan dengan propaganda besar bernama modernisasi. Dua instrumen teknokratiknya adalah:

  1. Sekolah massal yang memaksa masyarakat menyesuaikan diri dengan mesin ekonomi industri, bukan mengembangkan kearifan yang mereka miliki.
  2. Televisi, yang menciptakan selera konsumsi dan gaya hidup yang semakin menjauhkan manusia dari bumi.

Dalam struktur seperti ini, bangsa-bangsa berkembang menjadi pasar sekaligus pemasok bahan baku murah bagi negara maju. Normanya dibangun, standarnya diatur, lembaganya dirancang untuk memastikan struktur kolonial tetap bertahan: No more, no less.

Menjemput Arah Baru

Jika pembangunan terus didefinisikan sebagai kenaikan konsumsi per kapita, maka Indonesia akan terus memproduksi bencana. Kita harus keluar dari paradigma “pertumbuhan demi pertumbuhan” menuju paradigma kelestarian demi keberlanjutan hidup manusia.

Arah itu sebenarnya telah digariskan oleh pendiri bangsa melalui UUD 18 Agustus 1945—konsep ekonomi tanpa riba, kedaulatan politik MPR, dan pengelolaan sumber daya sebagai anugerah bersama yang harus dijaga.

Indonesia tidak membutuhkan lebih banyak mobil, tetapi lebih banyak pohon, lebih banyak kapal, lebih banyak ruang hidup yang manusiawi. Bila tidak, biaya pertumbuhan yang kita bayar hari ini—bencana, polusi, ketimpangan, dan kerusakan ekologis—akan semakin mahal sampai akhirnya mustahil ditebus.

—000—

*Guru Besar Teknik Perkapalan Institut Tenologi 10 Nopember Surabaya

Share This :

Ditempatkan di bawah: update, wawasan Ditag dengan:Daniel M. Rosyid, Menukar, Mobil, Pohon, The Cost of Growth

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Arsenal Lolos Dramatis ke Semifinal Carabao Cup

24 Desember 2025 By admin

Kaleidoskop Media Massa 2025: Perlu Intervensi Negara Menjaga Eksistensi Media

24 Desember 2025 By admin

UGM Bentuk Tujuh Pokja Tanggulangi Bencana Hidrometeorologi di Sumatra

24 Desember 2025 By admin

Stok Pangan Surabaya Aman Delapan Bulan Jelang Nataru

24 Desember 2025 By admin

Mentan Tegaskan Impor Pangan Ilegal Tak Ditoleransi

24 Desember 2025 By admin

4 Kebiasaan Dokter Onkologi untuk Menurunkan Risiko Kanker

23 Desember 2025 By admin

Iran Tegaskan Program Rudal Tak Bisa Dirundingkan

23 Desember 2025 By admin

Hantam Bologna 2-0, Napoli Juarai Piala Super Italia

23 Desember 2025 By admin

Albanese Minta Maaf, Australia Siapkan Reformasi Pascapenembakan Bondi

23 Desember 2025 By admin

Menghayati Kasih Sayang Ibu, Perspektif Genetika-Imunologi

22 Desember 2025 By admin

Pemerintah Siapkan PP Atur Jabatan Sipil Anggota Polri

22 Desember 2025 By zam

Gus Yahya Tegaskan Patuh Putusan Musyawarah Kubro dan Dorong Islah PBNU

22 Desember 2025 By zam

Barca Perlebar Jarak dari Real Usai Tekuk Villarreal 2-0

22 Desember 2025 By zam

MU Tumbang 1-2 dari Aston Villa di Villa Park

22 Desember 2025 By zam

Mayoritas Tapi Tak Berbobot: Tafsir Sabda Nabi tentang Umat Akhir Zaman

21 Desember 2025 By admin

Gol Penalti Gyokeres Antar Arsenal ke Puncak

21 Desember 2025 By admin

Liga Italia Serie A: Juve Tekuk Roma 2-1

21 Desember 2025 By admin

ICJ Sidangkan Dugaan Genosida Rohingya

21 Desember 2025 By admin

Prabowo Setujui PP Reformasi Polri

21 Desember 2025 By admin

20 Desember dan Retaknya Solidaritas Manusia di Tengah Kepentingan Dunia

20 Desember 2025 By admin

UNRWA Ingatkan Krisis Kelaparan di Gaza Masih Mengancam

20 Desember 2025 By admin

Persebaya Percayakan Shin Sang-gyu Dampingi Tim Saat Hadapi Borneo FC

20 Desember 2025 By admin

Bologna Tembus Final Piala Super Italia Usai Singkirkan Inter Milan

20 Desember 2025 By admin

Napoli Singkirkan AC Milan, Lolos ke Final Piala Super Italia 2025

19 Desember 2025 By admin

Putusan MK soal Royalti Perlu Aturan Turunan Jelas

19 Desember 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Desember 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  
« Nov    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Menambang Kehidupan, Bukan Sekadar Emas: Jejak Hijau Martabe di Jantung Sumatra

21 Oktober 2025 Oleh admin

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Jadwal Serie A: Milan Hadapi Verona, Inter Tantang Atalanta
  • BNPB: 24 Daerah Masuk Tahap Transisi Darurat ke Pemulihan
  • Dirjen Bina Haji: Kartu Nusuk Dibagikan di Asrama Haji sebelum Keberangkatan
  • Forkopimda Banda Aceh Imbau Warga Tak Rayakan Tahun Baru 2026
  • Tangis dan Imunitas di Tengah Bencana

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.